Showing posts with label MAKALAH PAUD. Show all posts
Showing posts with label MAKALAH PAUD. Show all posts

MAKALAH LANDASAN DAN HAKIKAT PENYELENGGARAAN PAUD

Keterangan 
untuk download silahkan disini :
-----------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR 

Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan limpahan rahmatnya maka saya bisa menyelesaikan sebuah makalah bimbinagn konseling. berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)”
Penulis meminta maaf dan mohon pemaklumannya bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan kita semua… amin

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.    Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 2
BAB II PEMABAHASAN............................................................................... 3
A.    Pengertian............................................................................................... 3
B.     Dasar Pemikiran Bimbingan dan Konseling........................................... 3
C.     Ruang Lingkup Anak Berkebutuhan Khusus......................................... 4
D.    Metode dan Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK..................... 5
E.     Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ABK..................................... 6
F.      Tujuan Bimbingan dan Konseling ABK................................................. 8
G.    Teknik dan Intervensi Bimbingan dan Konseling ABK......................... 8
BAB III ANALISIS.......................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 12
A.    Kesimpulan............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai tempat dimana peserta didik secara formal memperoleh pendidikan dan pengajaran terkait dengan berbagai disiplin keilmuan serta nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan pada peserta didik. Peserta didik pada lembaga sekolah memiliki keberagaman masing-masing antar satu dan lainnya, sehingga kepribadian, jenis kebutuhan, hambatan dalam mengikuti pembelajaran pun tentunya beragam. Disinilah yang menjadi titik awal persoalan penyelenggaran pendidikan di sekolah, dan tentunya juga penyelenggaraan program bimbingan dan konseling disekolah.
Sekolah memberikan perlakuan yang sama kepada semua siswa, hal ini berakibat pada terhambatnya perkembangan peserta didik . Peserta didik dengan kemampuan dibawah rata-rata akan tertinggal ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sedangkan siswa dengan kemampuan diatas rata-rata akan menjadi jenuh karena harus menyesuaikan diri dengan kelambatan siswa lainnya dalam proses pembelajaran. Hasil dari kesenjangan persoalan tersebut adalah tentunya tehambatnya proses dan tugas perkembangan peserta didik.
ABK membutuhkan jenis dan bentuk pelayanan yang khusus, terkait dengan aktivitas pendidikan yang dijalani, maupun model bimbingan yang diberikan kepada mereka atas berbagai persoalan, hambatan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini disadari akan nilai urgensinya dan secara konstitusional merupakan tanggung jawab semua pihak, sebagaimana yang termatub dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang mengatakan bahwa Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian dari anak Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Pemberian layanan bagi ABK haruslah berdasarkan pada perencanaan program yang baik, meliputi analisis, indentifikasi, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dari program yang dilaksanakan. ABK yang termasuk dalam kategori permanen tentu akan memiliki kebutuhan layanan yang berbeda, dibandingkan dengan ABK yang yang termasuk kategori temporer. Penanaganan yang tepat bagi ABK akan membatu mereka untuk dapat mencapai tugas perkembangan yang optimal sesuai dengan bakat, potensi dan keterbatasan yang dimiliki. Oleh karenannya model layanan konseling, tehnik konseling dan sifat dari layanan yang diberikan harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan ABK agar tujuan dari program bimbingan dapat tercapai dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus ?
2.    Bagaimana Ruang Ringkup anak Berkebutuhan Khusus dalam disiplin ilmu Bimbingan dan Konseling ?
3.    Bagaimana model Layanan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah/Madrasah ?

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
1.      Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) menyatakan bahwa “Children with special needs or special needs refer to children who have disabilities or who are at risk or developing disabilities”. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, social, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak lain yang seusia dengannya.

2.      Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi mandiri. Sedangkan “Konseling” dipandang sebagai bagian dari kegiatan Bimbingan yang bermakna kontak antara dua orang (konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseling.

B.     Dasar Pemikiran Bimbingan dan Konseling ABK
1.      Landasan Filosofis
Secara Filosofis “semua anak adalah spesial”. Bersikap dan memandang mereka sesuai dengan filosofi bahwa tidak ada indivdu yang sama, dimana semua individu adalah unik dan mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh mengembangkan potensi mereka. Kemudian, pendidikan (Bimbingan dan Konseling) mengaktualisasikan perannya dalam proses “memanusiakan manusia”, khususnya bagi mereka yang termasuk dalam kategori ABK.
Anak berkebutuhan Khusus bebeda dengan Anak Luar Biasa, cacat dan berkelainan. Hal ini didasari bahwa spektrum ABK lebih luas karena cakupannya ialah bahwa ABK tidak hanya mencakup anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu, tetapi juga bahwa ABK mencakup persoalan yang bersifat temporer. Temporer disini mencakup PSTD (Post Traumatic Syndrome Disorder) akibat Bencana Alam, Korban Kekerasan, Korban Perang. Kemudian anak dengan Gizi Buruk, Kelahiran Prematur, Lahir dari Keluarga Miskin, anak berpenyakit kronis, kesulitan belajar.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka mebutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus, yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka. Menerut Kauffman & Hallanah (2005: 28-45), ada 10 (sepuluh) jenis ABK antara lain sebagai berikut: a) Tunagrahita, b) Tunanetra, c) Kesulitan Belajar, d) Autis, e) Gangguan Perilaku, f) Tunadaksa, g) Tunalaras, h) Tunaganda, i) Tunarungu dan j) Anak Berbakat

C.    Ruang Lingkup ABK
1.      Klasifikasi ABK
a.       ABK Temporer
Kategori ini terjadi karena suatu persoalan yang bersifat sementara, seperti masalah Kesulitan Belajar, Anak Berbakat, Hiperaktif, Indigo dan masalah lain dalam diri individu. Masalah tersebut dikatakan bersifat sementara karena, terdapat kemungkinan jika masalah tersebut dapat teratasi dengan langkah-langkah tapeutik yang tepat.


b.      ABK Permanen
ABK permanen merupakan kasus dimana kelainan pada anak merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan kemungkinan untuk berubahnya kecil. ABK permanen dapat dilihat pada anak yang menderita Tunagrahita, Tunanetra Cerebal Palsy (Lumpuh Otak) Tunadaksa, Tunalaras, Tunaganda dan Autis.

2.      Faktor Penyebab
a.       Faktor Internal
Faktor internal dapat dikatakan sebagai faktor yang ada atau berasal dari diri anak, seperti faktor bawaan atau hereditas. Dimana hal tersebut terjadi bukan karena ada pengaruh dari pihak luar atau suatu sebab yang berada dari luar diri anak. Contohnya kecacatan sejak lahir, atau kekurangan kemampuan otak.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu bentuk kecacatan yang terjadi akibat dari luar diri anak, seperti kecacatan akibat kecelakaan atau traumatik dari suatu kejadian, seperti pada anak yang menjadi korban pasca konflik/perang, dll.

D.    Metode dan Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK
Metode dan pendekatan dalam bimbingan terhadap ABK dibutuhkan untuk pemberian layanan yang efektif pada anak, hal ini dimungkinkan untuk terjadinya perubahan kearah yang lebih baik bagi anak. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam layanan bimbingan dan konseling ABK, antara lain:
1.      Memahami kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
a.       Adanya hubungan baik dalam pengasuhan yang berlangsung secara terus menerus.
b.      Perlindungan fisik dan rasa keamanan dengan aturan-aturan utnuk melindungi kebutuhannya.
c.       Adanya pengalam-pengalam yang menekankan kepada perbedaan individual untuk masing-masing perkembangan optimal anak.
d.      Pemberian kesempatan yang tepat sebagai media untuk membangun keterampilan kognitif, motorik, bahasa, emosional dan social.
e.       Adanya harapan yang tepat dari orang dewasa
f.       Adanya komunitas yang stabil dan konsisten

2.      Fokus Konselor dalam konseling ABK
a.       Berfokus pada konsep diri dan evaluasi diri
Pada tahap awal konselor bergerak terhadap koseli ABK, maka yang harus menjadi focus terhadap individu adal mengenai bagaimana mereka mememahami diri mereka, dan bagimana mereka berfikir tentang diri mereka sendiri.
b.      Layanan Bk lanjutan dalam bentuk bimbingan karir
Setelah individu mantap dengan pemahaman dirinya baik berupa self esteem, self concept maupun efikasi dirinya, maka tindakan selajutnya adalah membawa individu pada ranah actual dalam upaya mewujudkan eksistensinya.

E.     Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ABK
1.      Layanan Individu
Layanan individu pada ABK meliputi layanan pribadi sosial yang berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki penerimaan diri, konsep diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.
2.      Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Didalam kegiatan tersebut terjadi dinamika yang menyeluruh bagi seluruh peserta layanan, sehingga pesan utama dari setiap materi layanan dapat ditangkap dengan baik oleh anak.

3.      Bimbingan Belajar
Adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada anak agar dapat mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dimana bimbingan belajar secara kebih spesifik diperuntukan bagi ABK yang mengalami masalah kesulitan belajar.[8] Kesulitan belajar disni dapat mencakup beberapa dimensi yang diderita oleh ABK sebagaimana termaktub dalam ketoriasi ABK di awal. Diamana gangguan seperti disleksia, diskalkulia, dan disgrafika merupakan suatu hambatan yang harus dapat dipecahkan bersama oleh konselor dan konseli.
4.      Bimbingan Karir
Bimbingan karir bagi ABK tetap merupakan suatu keharusan yang harus diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan yang melihat individu secara utuh dalam hal bakat dan potensi yang harus dikembangkan. Bimbingan karir dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk mengarahkan ABK untuk dapat memahami potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis karir yang tepat dan memahami konteks ruang lingkup dunia karir yang akan dijalani, hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta penyikapan terhadap hambatan-hambatan dalam berkarir.
5.      Referal
Layanan referal atau alih tangan kasus dimaksudkan sebagai sebuah tibdak lanjut bilamana dirasa program layanan yang ada di sekolah tidak cukup mampu untuk mengatasi masalah anak ABK, sehingga perlu untuk dirujuk kepada pihak lain yang lebih ahli dalam memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan sinergisitas yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal ini tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.




F.     Tujuan Bimbingan dan Konseling ABK
Tujuan yang ada dalam bimbingan dan konseling ABK tidak ubahnya tujuan yang ada secara umum, namun demikian terdapat spesifikasi yang harus dijadikan acuan dalam pemberian layanan, serta adanya tujuan yang dapat dijadikan patokan dari penyelenggaraan program layanan bimbingan dan konseling ABK. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling ABK seyogyanya dapat membatu anak untuk dapat membantu Abk keluar dari persoalan dalam lingkup pemahman diri, kemampuan belajar, perencanaan karir, beradaptasi di masyarakat dan mengatasi berbagai hambatan dalam dinamika kehidupannya secara mandiri.
Kemadirian yang menjadi poin penting disini mengingat paradigma ketidakberdayaan yang disematkan kepada ABK oleh segelintir orang merupakan sebuah kekeliruan, karena pada hakikatnya manusia memiliki potensi, bakat dan kesempatan yang sama dalam kapistasnya masing-masing.

G.    Tehnik dan Intervensi Bimbingan dan Konseling ABK
1.      Tehnik Konseling
a.       Konseling Adlerian.
Konseling ini melihat konseli secara utuh dibalik kekurangannya, artinya bahwa keberadaan dirinya tetap sama dimata konselor, tanpa adanya pandangan negatif atas kekurangan yang dimiliki oleh konseli. Hal tersebut sangat membantu konseli untuk menekan perasaan inferioritas atas kekurangan dirinya. Kemudian, dari situ maka akan terbentuk paradigma baru (pencerahan) akan hakikat diri anak dan siap untuk merencanakan kehidupan dengan bakat dan kemampuan yang telah dikembangkan berdasarkan pada kondisi diri anak. Hal penting lainnya yang diperhatikan ialah, bahwa konselor maupun pihak terkait harus memahami kebutuhan dari ABK.
b.      Konseling Humanistik-eksistensialis.
Tehnik konseling ini dimaksudkan untuk mensinkronisasikan bakat dan kemampuan anak dengan hierarki tertinggi dari kebutuhan manusia, yakni untuk bereksistensi secara penuh dengan cara memanfaatkan potensi dan kelebihan secara maksimal.[13] Hal ini sejalan dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh ABK yang termasuk dalam kategori anak berbakat.

2.      Intervensi Konseling ABK
a.       Self Esteem
Wells dan Marwell mendefinisikan self esteem sebagai sebuah proses dalam karakteristik perasaan seseorang tentang dirinya dan reaksi terhadap hal tersebut dengan emosional atau dengan prilaku. Konsep ini menggunakan ide sikap dalam makna yang bervariasi yakni kognisi, perasaan, keyakinan, kecenderungan, untuk berbuat dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa self esteem sebagai bagian tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap tentang obyek tertentu.
b.      Self Concept
Konsep Diri  (Self-concept) ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas penyikapan individu tentang dirinya sendiri; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya.
c.       Meaning Life’s
Merupakan jenis intervensi yang disandarkan pada pemikiran akan hakikat (nilai) dalam hidup seseorang, sebagaimana Frankl dalam Men Search of Meaning menyatakan bahwa segala yang ada dalam hidup individu itu memiliki makna, tidak terkecuali Rasa Sakit bahkan Kematian.

BAB III
ANALISIS

Penanganan terhadap ABK dalam bentuk pemberian layanan bimbingan konseling sebagaimana telah dipaparkan diawal apabila ditarik garis besar sifat layanannya dapat mencakup beberapa poin dimensi layanan BK terhadap ABK.
1.      Dimensi Edukatif
Yaitu peningkatan kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam memahami potensi diri, peluang dan tuntutan lingkungan, dan pengambilan keputusan, serta penyelenggaraan program yang merujuk pada norma idealis, filosofis dan pragmatis sebagai tugas bersama.
2.      Dimensi Developmental
Yaitu pengembangan secara optimal seluruh aspek kepribadian ABK melalui pengembangan kesiapan atau kematangan intelektual. Emosional, social, pribadi sesuai dengan system nilai yang dianut.
3.      Dimensi Preventif
Yaitu pencegahan timbulnya resiko (masalah) yang dapat menghambat laju perkembangan kepribadian ABK.
4.      Dimensi Kuratif
Yakni upaya penanggulangan/penyembuhan terhadap persoalan ABK, khususnya bagi mereka yang tergolong ABK Temporer.
5.      Dimensi Ekologis
Yaitu pengembangan kompetensi atau tugas-tugas perkembangan anak secara optimal melalui rekayasa lingkungan baik fisik, social, maupun psikologis dengan focus pada upaya mefasilitasi perkembangan anak,intervensi pada system atau sub-sistem, dan tercapainya lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan individu dan keselarasan interaksi dan interrelasi pribadi dan lingkungan menuju optimalisasi keberfungsian individu.5.


6.      Dimensi Futuristik
Yaitu pengembangan wawasan, sikap dan perilaku antisifatif ABK dalam pengambilan keputusan dan perencanaan kehidupan serta karir masa depan yang lebih memuaskan.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
ABK memerlukan perhatian, pemahaman dan penanganan yang baik agar segala bentuk seluk-beluk persoalan yang dibahas dapat benar-benar dipahami untuk kemudian dicari solusinya. Meyakini bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan berarti memiliki konsekuensi untuk menaggulangi masalah dan mengembangkan potensi. Hal inilah yang harus diperjatikan seorang konselor, agar tidak hanya terjebak dalam langkah-langkah penanggulangan yang praktis.
Terdapat banyak sekali jenis-jenis masalah individu yang mewakili istilah ABK, sehingga disegenap tingkatan dan unsure pendidikan pihak terkait harus mengetahui pengetahuan dasar serta model-model pengkajian ABK. Hampir semua jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diselenggrakan disekolah dapat digunakan untuk masalah ABK, artinya tidak ada perbedaan antara ABK dan individu yang dianggap normal.
Masalah ABK adalah masalah bersama, masalah peradaban kita, sehingga dimensi keilmuan Bimbingan dan Konseling harus dapat menjawab persoalan ini.
  

DAFTAR PUSTAKA

Dwinita, Dina, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol. 1 No. 3 Sept. 2012., Padang:UNP,2012.
Sukardi, Dewa Ketut, Desak P.E. Nila Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Marsud, Saring,dkk., Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah,  Surakarta: UMP Press, 2010.
Abdurrahman, Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010..
Yusuf , Syamsu., LN, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Makalah pengembangan kognitif anak usia 3 sampa 6 tahun Dengan Media Bola

==
=======
pengembangan  kognitif  anak  usia 3 sampa  6  tahun ,melalui   kegiatan Mengelompokan  Benda  Sesuai  Warnannya  Dengan  Menggunakan  Media  Bola


anda bisa download di bawah ini :

=============================================================

BAB  I

PENDAHULUAN

A.    Latar   Belakang
Satuan  Paud  Sejenis  merupakan  satuan  pendidikan  anak  usia  dini  pada  jalur  pendidikan  non   formal  yang  menyelenggarakan  pendidikan bagi  anak  usia tiga sampai   enam   tahun.Satuan  Paud  Sejenis  dipercaya   dapat  memberikan  stimulus  yang  baik  untuk  mengembangkan  penanaman karakter,   intelegensi, kemampuan  sosial,kematangan  motorik  anak.
Satuan  Paud  sejenis  Mekar  Kencana  Desa  Pabean  Udik  Kecamatan  Indramayu  Kabupaten  Indramayu   adalah   salah  satu  dari  beberapa  pendidikan  anak  Usia  Dini yang  ada  di  desa   pabean  udik,yang  menyelenggarakan  pendidikan  anak  usia  dini sebagai  salah  satu  pengabdian  kepada  masyarakat dalam  upaya  mencerdaskan  bangsa.
Pengurus  Satuan  Paud  Sejenis   Mekar  Kencana   mempunyai  perhatian besar  terhadap  pendidikan  anak   usia   dini  sehingga   mempunyai  insiatif  dalam   menyelenggarakan  kegiatan   pengembangan  yang  menyenangkan .
Satuan  Paud sejenis  Mekar  kencana  mempunyai   visi  Misi sebagai  berikut:
1.      VISI :
Menjadikan Anak Bangsa Sebagai  Generasi Yang Mulia  Hati, Aktif, Rajin, Kreatif , Empati, Cinta  Negara.
2. MISI   :
a.              Menjadikan  generasi  yang  berakhlak  mulia.
b.             Menghasilkan  generasi  yang  tampil  ,Cerdas,berkualitas,.
c.              Membantu  kepribadian  cinta  tanah  air.
d.             Memberi  pelayanan  Pendidika  Anak  Usia  Dini  dari  keluarga  Pra sejahtera  untuk  memenuhi  hak   anakakan  tumbuh  kembang  dan  pendidikan.
3.  TUJUAN
Mewujudkan  Anak  Usia  Dini   yang  beriman, sehat, cerdas ,ceria, memiliki kesiapan  fisik  dan  mental  dalam  memasuki  tahap  pendidikan  berikutnya.

4. MOTTO
SPS  Mutiara  Kencana  Masa  Depan  Cerah  Penuh  Berkah.
Program  S1 PGPAUD  Universitas Terbuka  menargetkan  lulusan  menjadi  tenaga  pendidik PAUD  profesonal  yaitu dapat  mengembangkan  program  PAUD  dan  membuat  inovasi  inovasi  salah  satu  mata  kuliah  yang  harus ditempuh adalah  Analisis   Pendidikan  Anak  Usia  Dini  .Dalam  rangka  memenuhi  tugas  tugas  dalam mata kuliah   tersebut maka   telah  dilakukan  penelitian  di Satuan  Paud  Sejenis Mekar  Kencana  Desa Pabean  Udik    kecamatanIndramayu  kabupaten  indramayu  yang  bertujuan  mengumpulkan  data  mengenai  kegiatan  anak  yang di anggap  perlu  diteliti  lebih  lanjut  dan  selanjutnya  di  anlisis  secara  kritis.Terpenuhinya  hak  anak  dibidang  pendidikan  dan  pengasuhan  serta  kesejahteraan  sosial  sehingga  tumbuh  dan  berkembang  kecerdasannya  secara  optimal.

B.     Fokus   Penelitian
Setelah  diadakan  observasi  disalah  satu  ruang  kelas  Satuan  Paud  Sejenis Mekar  kencana   Desa  Pabean Udik   kecamatan  Indramayu  Kabupaten  Indramayu,maka  penelitian  ini  difokuskan  pada  salah  satu  kegiatan  anak  yaitu  “Mengelompokan  Benda  Sesuai  Warnannya  Dengan  menggunakan  media  bola”

C.    Tujuan  Penelitian
 Penelitian  ini  bertujuan  :
 1. Mengumpulkan  data  mengenai  :
a.       Alasan  pendidik  melakukan  kegiatan  “Mengelompokan
b.       Benda  Sesuai  Warnannya   dengan  menggunakan  media bola” Tujuan  pendidik  melakukan  kegiatn  tersebut Membuat   analisis kritis  (  critical  analisis) mengenai  kegiatan  tersebut.

D.    Manfaat   Penelitian
Penelitian  ini  bermanfaat  untuk:
1.         Memberikan  masukan  terhadap  kegiatan  pengembangan  anak  di Satuan  Paud  Sejenis Mekar  Kencana   desa  Pabean  Udik   kecamatan  Indramayu  kabupaten  indramayu
2.         Melatih  mahasiswa  melakukan  tindakan  kelas.
3.         Mengembangkan  kemampuan  mahasiswa dalam  menganalisis  suatu  kegiatan  anak  di  lembaga  SPS.

  

BAB  II
LANDASAN   TEORI

A.    Perkembangan  Kognitif  Anak
Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk , pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-pernyataan dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas, seperti keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa depan yang dekat.
Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan secara kuantitatif dan perubahan secara kualitatif. Perubahan secara kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan berat badan, dan sebagainya. Sedangkan perubahan secara kualitatif, seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam kemampuan berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial dan sebagainya.
Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes seperti yang dikutip oleh Santrock bahwa perkembangan masa hidup manusia mencakup tujuh kandungan dasar: perkembangan adalah seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual.
Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari penaglaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan.
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya ada;ah perkembangan terdiri atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain.
Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa atau komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara atau komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa tua dapat semakin arif karena mampu menjadikan pengalaman sebagai panduan bagi pengambilan keputusan intelektual, tetapi melaksanakan secara lebih buruk tugas-tugas yang menuntut kecepatan dalam memproses informasi.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada kondisi kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun 1950-an.
Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi, antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus merespons dan bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual, individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.
Menurut Myrnawati , kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak pada waktu manusia sedang berpikir atau proses pengolahan informasi.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan,dan penggunaan pengetahuan . Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar .
Beberapa ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefenisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai pendapat. Seperti halnya defenisi intelegensi menurut Gardner. Menurut Gardner intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Lebih lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan membedakannya kepada delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu intelegensi linguistic, ligis,spasial, music, kinestetika, intrapribadi dan antarpribadi, dan naturalistis.
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti: (1) belajar tentang orang, (2) belajar tentang sesuatu, (3) belajar tentang kemampun-kemampuan baru, (4) memperoleh banyak ingatan, dan (5) menambah banyak pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikran anak, maka anak akan menjadi lebih cerdas.

B.     Kegiatan  Mengelompokan  Atau  Mengklasifikasikan
 Mengelompokkan berarti membagi dalam beberapa kelompok; menjadikan berkelompok-kelompok: panitia perlombaan mengelompokkan anak-anak menurut umurnya
Klasifikasi adalah  penggolonganatau  pengelompokkan.Ada beberapa pengertian mengenai klasifikasi,  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia klasifikasi adalah penyusunan  bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar  yang ditetapkan. Harrods Librarians Glossary menyebutkan bahwa  klasifikasi adalah pengelompokkan bendasecara logis menurut ciri-ciri  kesamaannya. Menurut Sulistyo Basuki, Klasifikasi adalah proses  pengelompokkan/pengumpulan benda atau entitas yang sama, serta  memisahkan benda atas entitas yang tidak sama.
Dalam pengertian secara umum bahwa klasifikasi ialah suatu kegiatan  yang mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri yang sama  dan memisahkan benda yang tidak sama. Dalam kaitannya di dunia  perpustakaan klasifikasi diartikan sebagai kegiatan pengelompokkan  bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang,  fisik, isi dsb.

C.    Manfaat    Mengelompokan  Benda  Bagi  Anak
Menurut Carol Sefeldt & Barbara A. Wasik (2008: 394) penggolongan (klasifikasi) adalah kegiatan mengelompokkan benda-benda yang serupa atau memiliki kesamaan.
Shamsudin (2002:106) menjelaskan secara rinci bahwa pengelompokkan adalah kegiatan menyusun, memilih, mengumpulkan atau memisahkan suatu himpunan benda ke dalam beberapa himpunan yang lebih kecil berdasarkan atribut (ukuran, warna, bentuk) sehingga menjadi beberapa himpunan.
Slamet Suyanto (2005:162) mengemukakan klasifikasi adalah mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok. Kelompok tersebut bisa berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan jenisnya.

D.    Cara   MenstimulasI  Agar  Anak  Dapat  Mau Memecahkan  Masalah  Sehari-Hari
1.      Metode permainan
Gunakan metode permainan agar lebih mengasyikkan dan membuat anak tidak merasa tertuntut dan tertekan dalam menerima pembelajaran tersebut. Manfaatkan media bermain anak sebagai tempat pembelajaran tersebut, seperti dengan cara bercerita atau pada kejadian sehari-hari.

2.      Komunikasi dua arah
Jalinlah komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan anak. Keterampilan komunikasi yang dimiliki orang tua dapat memperlancar tujuan pembelajaran pada anak.
3.      Biarkan anak belajar
Biarkan anak belajar memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupannya. Orang tua hanya memfasilitasi dan akan memberi bantuan jika anak benar-benar tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
4.      Melatih empati
Anak dengan usia 3-5 tahun sudah mulai bisa menunjukan rasa empatinya terhadap oranglain. Jadi, jangan heran ketika ia melihat keluarga atau temannya disakiti ia akan menangis atau kesal.
Akan tetapi, terkadang juga masih muncul sifat egoisnya. Nah, untuk mengasah kemampuan si anak mengenali perasaan orang lain, ajaklah balita untuk mengenali bahasa tubuh dan ekspresi yang dimunculkan oleh orang lain.
Dari sini, anak-anak akan bisa menghindari dan menentukan perbuatannya terhadap orang lain sehingga masalah bisa dihindari.
5.      Asah kemampuan
Asah kemampuan balita untuk dapat memilah dan memilih situasi dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Hal ini tentunya dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi dan menghindari pertengkaran pada si anak yang akan memicu masalah.
Seperti misalnya, tanyakan apa yang terjadi, mengapa masalah tersebut terjadi dan lain-lain.
Jika balita masih mengalami kesulitan untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah, maka berikan mereka pilihan solusi.

6.      Selesaikan masalah dengan berbicara
Berikan pemahaman pada balita tentang bagaimana menyelesaikan masalah yang baik. Tidak perlu ada agresi fisik seperti memukul, mencubit atau menggigit. Penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan dialog.
Berikan contoh pada anak tentang bagaimana mengontrol sikap. Anda juga bisa menyelesaikan masalah yang melibatkan balita anda dengan mengajaknya  berdiskusi. Cara ini diharapkan bisa ditiru oleh si balita dan diserapnya untuk kemudian bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
7.      Identifikasi masalah
Bantu anak untuk mengidentifikasi masalahnya sendiri. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui masalah yang sesungguhnya dan orang tua dapat membantu anak untuk menentukan hal yang selanjutnya bisa ia lakukan.
Misalkan ketika anak bertengkar dengan temannya, minta anak untuk duduk bersabar dan tanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi. Jika masalahnya dipicu karena salah paham, maka Anda bisa meminta anak untuk kembali bersama dengan teman-temannya dan bermain bersama kembali.
8.      Usahakan untuk tidak ikut campur
Ketika anak menengahi pertengkaran teman-temannya. Maka, coba hargai pendapat anak dan berikan mereka kepercayaan bahwa ia akan menemukan solusinya. Berikan waktu untuk dapat menengahinya. Meski tak jarang hal ini akan membuat ia berlari dan meminta bantuan orang dewasa, akan tetapi tetap berikan ruang dan kepercayaan.
Ketika anak datang menghampiri Anda untuk meminta bantuan agar bisa menengahi pertengkaran temannya, cobalah ajukan beberapa pertanyaan padanya. Dengan begitu, umumnya anak-anak akan dapat menerima solusi yang diusulkan oleh orang dewasa. Misalnya dengan mengatakan, "Kalo menurut mama, daripada kalian bertengkar gara-gara ingin satu kelompok, lebih baik bermain bersama-sama sayang."
9.      Selalu support anak untuk menyelesaikan masalahnya
Meskipun masih kecil dan masih balita, bukan berarti anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Asal ada usaha dan bantuan serta dorongan dari orangtua untuk melakukannya, perlahan namun pasti si balita akan belajar bagaimana caranya menyesaikan sebuah konflik. Memang hasil yang diraih tidak akan sempurna, akan tetapi proses lah yang lebih penting, bukan hasil akhirnya. 
10.  Beri waktu pada anak untuk mencari jalan keluar
Jangan terlalu cepat ikut menyelesaikan masalah anak. Beri waktu padanya untuk memikirkan jalan keluar terbaik. Anak-anak yang terbiasa mengatasi masalahnya sendiri diharapkan lebih memiliki kepercayaan diri dan konsep yang lebih baik. Anak yang terampil dalam problem solving juga akan lebih mampu menerima tantangan, sehingga reaksinya dalam menghadapi kesulitan juga lebih baik dan bisa menghindari keputusan-keputusan yang negatif.
Selain bermanfaat untuk anak, pembelajaran problem solving pada anak juga memiliki pengaruh besar pada orang tua. Antara lain, orang tua tidak terus menerus merasa khawatir bila anaknya tidak sedang berada di dekatnya. Karena anak sudah terlatih untuk membiasakan dirinya menyelesaikan masalah, bisa berkembang sebagai anak mandiri dan tidak cengeng. Ini akan sangat bermanfaat dalam pembentukan karakternya yang positif. [Tri]


BAB  III
METODOLOGI  PENELITIAN

A.    Subek  Penelitian 
Subjek  penelitian  adalah  anak  anak,pendidik, ketua  pengelola Satuan  Paud  Sejenis Mekar  Kencana   kecamatan  pasekan  Kabupaten  Indramayu.

B.     Metode   Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  metode  interpretatif  yaitu  menginterpretasikan  data  mengenai penomena  gejala  yang  diteliti dilapangan.

C.    Instrumen  penelitian
1.      Observasi
Observasi   adalah  salah  satu  teknik  pengumpulan  data  ynag  digunakan  untuk  mendapatkan  informasi  dengan  cara  mengamati  perilaku  anak  dalam  situasi  tertentu.Observasi  dalam  penelitian  dilaksanakan  dalam  satu  kali  pertemuan  yaitu   pada  hari  kamis   12  April  2018.Penelitian  menggunakn  observasi   untuk   memperoleh  data  yang  berkaitan  dengan  aktifitas  anak  didik  selama  proses  pembelajaran  berlangsung  melalui  kegiatan  bermain  musik  perkusi  dengan  media  barang  bekas.
2 . Wawancara   adalah   kegiatan  salah satu  teknik  pengumpulan  data yang  biasa  digunakan  untuk  menggali  informasi  lebih  mendalam  mengenai  fokus  penelitian.Wawancara  dilakukan  oleh  peeliti  dengan  mengadakan  tanya  jawab  secara  langsung  dengan  pendidik   dan  ketua  pengelola  sekolah  untuk  memperoleh  data  tentang  peningkatan  hasil  belajar  kemampuan  seni  anak  melalui  kegiatan  bermain   musik  perkusi  dengan  menggunakan  barang  bekas.
2.       Dokumenrasi
Dokumentasi  adalah   salah  satu  teknik  pengumpulan  data  atau  bukti  bukti  serta  penjelasan  yang   lebih  luas     mengenai   fokus   penelitian  .Dokumentasi  digunakan  dengan  tujuan  mencari  data   yang  berasal  dari  dokumen,wawancara  dan  catatan  yang  ada  hubunganya  dengan  objek  peneltian  sebagai  sumber  data.


BAB   IV

ANALISIS  DATA


A.      Tabulasi  Data
Untuk  memudahkan  analisis  data  maka  data hasil  penelitian  dibuat  tabulasi  sebagai  berikut:
Observasi
Wawancara
Dengan Guru
Wawancara dengan Ketua Pengelola
Dokumentasi
·         Peserta didik sedang melakukan kegiatan menggunting di kelas di bantu oleh guru dan orang tua
·         Kelompok Bermain Melati menerima peserta didik usia 2-5 tahun
·         Kelompok bermain Melati memberikan
·         Kegiatan  menggunting dengan pola sederhana untuk mengembangkan motoric halus anak agar dapat mempersiapkan kemampuan menulis permulaan
·         Anak diberikan kesempatan melakukan kegiatan menggunting walaupun harus di bantu orang tua karena  orang tua merasa cemas jika anaknya memegang

·         Melalui Kegiatan menggunting dengan pola sederhana di harapkan dapat melatih jari jemari anak untuk melakukan persiapan dalam menulis permulaan
·         Dengan dilaksanakannya kegiatan menggunting diharapkan anak dapat berkreasi dalam membuat kreatifitas yang di ajarkan oleh guru

·         Anak dibagi menjadi dua kelompok
·         Dalam pelaksanaan menggunting dengan pola sederhana di Kelompok Bermain Melati agar memudahkan guru dalam membimbing anak dalam kegiatan menggunting agar guru dapat memperhatikan anak yang belum mampu melakukan kegiatan tersebut
·         Penyususnan kegiatan di rancang setiap bulan mengacu pada STPPA dan Permedikbud dan media internet, buku-buku pelatihan dan sumber lainya untuk membantu kelancaran pembelajaran dan menambah pengetahuan dan wawasan.
·         Supaya anak terperhatikan oleh guru sewaktu melakukan menggunting dengan pola sederhana


B.     Hasil  Analisis 
      Berdasarkan   observasi  yang  telah  dilakukan  oleh  penulis  pada saat  penelitian  maka  diperoleh hasil  dalam  kegiatan mengelompokan  benda  sesuai  warnannya  dengan  menggunakan  media  bola  di  satuan  Paud  Sejenis  Mekar  Kencana  Desa  Pabean  Udik  kecamatan  Indramayu  Kabupaten  Indramayu  adalah  sebagai  berikut:
DiSatuan  paud  Sejenis  mekar  Kencana  desa  Pabean  Udik   kecamatan  Indramayu kabupaten  indramayu  ,guru  melakukan  kegiatan  Mengelompokan  benda  Sesuai  warananya  dengan  menggunakan  media  bola  yang  dilakukan  di satuan  paud  Sejanis  Mekar  Kencana Desa Pabean  Udik  kecamatan Indramayu Kabupaten  Indramayu,diharapkan  mampu mengembangkan  kemampuan   pada  bidang  kognitif,melalui  kegiatan mengelompokan  benda  sesuai  warnannya  dengan menggunakan  media  bola  diharapkan  anak  dapat  mengembangkan  pola  berfikirnya.
Hasil  wawancara  dengan  pendidik  Satuan  Paud  Sejenis  mekar  Kencana  Desa  Pabean  Udik  Kecamatan  Indramayuk  kabupaten  ,Bahwa  kegiatan  Mengelompokan  benda  sesuai waranannya  dengan  menggunakan   media  bola  dapat  mengembangkan  anak  dalam  bidang  kognitifnya. Hasil  Wawancara  dengan  ketua  pengelola   Satuan  Paud  Sejenis Mekar  Kencana  desa  Pabean  Udik   kecamatan  Indramayu  kabupaten  indramayu ,bahwa  belajar  melalui   kegitan  mengelompokan  benda sesuai  warnanay  dengan  media  bola  pada  hakikatnya  yang  pada  dasarnya anak  belajar  dari pola  berfikir nya  sendiri  sehingga  dapat  memunculkan  kemampuan rasa  percaya  diri.Jadi,analisis  data  diperoleh  dari  data  yang  terkumpul  melalui observasi,wawancara  dengan  pendidi k   dan  ketua  pengelola serta  dokumentasi  pada  saat  penulis  melakukan penelitian.  sehingga disusun  menjadi  tabulasi data.Data  yang  telah   terkumpul  dianalisis   secara  kualitatif.Hasil  data  yang  telah  dicapai  oleh  siswa  melalui  observasi  dalam  kegiatan  mengelompokan  benda  sesuai  warnanya  dengan  media bola yang  dilakukan di Satuan  Paud  Sejenis mekar  Kencana  bermain  desa Pabean  Udik  kecamatan  Indramayu  kabupaten  indramayu.

C.     Analisi  kritis
      Dari  data  teersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  kegiatan Mengelompokan  benda  sesuai  warnanya  dengan  menggunakan  media bola   dapat  disimpulkan  bahwa  kegiatan  Mengelompokan  benda  sesuai  warnanya  dengan  menggunakan  media  bola merupakan  kegiatan  yang  bermaksud  mengembangkan  berbagai  kemampuanyang  dimiliki  anak  salah  satunya  adalah    mengembangkan  pola  pikir anak  dalam bidang  kognitifnya .
Melalui  kegiatn mengelompokan  benda  sesuai  warnya  dengan  menggunakan  media  bola  di  Satuan   Paud  Sejenis  Desa  Pabean Udik  kecamatan  Indramayu  Kabupaten  Indramayu diharapkan  mampu  mengasah   kemampuan  kognitif  serta  melatih  anak  untuk  dapat  membedakan  benda benda  disekitarn  lingkungannya  sesuai  ukuran,sifat,bentuk  maupun  warnannya  sehngga anak  tumbuh  menjadi  pribadi  yang  percaya  diri.

      Secara  umum  Satuan  Paud  Sejenis  Mekar k encana  Desa  Pabean  Udik  Kecamatan  Indramayu  kabupaten  Indramayu  telah  mempunyai  kegiatan-kegiatan  yang  baik  dan  terarah.kegiatan-kegiatan  tersebut  telah  disusun  sedemikian  rupa  sesuai  dengan  tahap  perkembangan  anak , sehingga  anak  dapat  berkembang  optimal.

BAB   V

KESIMPULAN  DAN  SARAN



A.     KESIMPULAN
Dari  tabulasi  data  analisis ,data  dapat  disimpulkan  beberapa  hal  yaitu:
1.      satuan  Paud  Sejenis  Mekar  Kencana  Kecamatan  Indramayu  kabupaten  Indramayu  mempunyai  program  menanamkan  nilai  karakter  dan  menerpakan  ajaran  islam  dengan  tahapan  perkembangan  anak  usia  dini.
2.      Pengembangan   kemampuan  yang  dimiliki  anak  salah satunya  dikembangkan  melalui  kegiatan  mengelompokan  benda  sesuai  warna  dengan menggunakan  media  bola  agar  mengembangkan  kognitif   sehingga  anak  dapat  membendakan  benda atau  barang sesuai  ukuran,warna,sifat  ,maupun  bentuk  yang  ada  di sekitar  lingkungannya  .
3.      Tenaga  pendidik  sigap  terhadap  anak  yang  memerlukan  bimbingan.

B. SARAN-SARAN
1.        Dalam  pengembangan  kognitif  anak  usia  3-6  tahun  diharapkan  dalam  kegiatan  mengelompokan  benda sesuai  warna  dengan  menggunakan  media   bola  dapat  memecahkan  masalah  sehari-hari.
2.      Diharapkan  pada  kegitan  selanjutnya  orang  tua  diberi    pengertian  agar tidak  mendampingi  anakanya  sewaktu  dikelas.