PERMASALAHAN
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
untuk download file Makalah anda bisa download di bawah ini
======================================================================
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya karena kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun dalam penulisan makalah ini,
materi yang akan dibahas adalah “Permasalahan
Perekeonomian di Indonesia”.
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah yang bersangkutan. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam
mempelajari “Sumber dan dalil hukum Al – Qur’an dan Sunnah” serta dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Indramayu,
April 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari
berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih
pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan
kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat
langkah Negara Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal
terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka
pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi
adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang
secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Masalah
ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok
yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia.
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati
adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian
ini dapat saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah.
a. Apa yang dimaksud dengan
pengangguran dan inflasi ?
b. Apa hubungan antara
Pengangguran dan Inflasi ?
c. Bagaimana dampak
Pengangguran dan Inflasi terhadap Masyarakat Indonesia ?
C. Tujuan Makalah
-
Memahami konsep Pengangguran & Inflas
-
Mempelajari hubungan antara Pengangguran & Inflas
-
Mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengangguran
a.
Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam
angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu
rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah
untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran
terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja
sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
b.
Jenis-Jenis Pengangguran
a. Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran
dikelompokkan menjadi 3 macam :
1. Pengangguran Terselubung
(Disguised Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah Menganggur
(Under Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur
ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3. Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment) adalah Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
b. Berdasarkan Penyebab
Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran
dikelompokkan menjadi 7 macam :
1. Pengangguran Friksional
(Frictional Unemployment)
Pengangguran
Friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan
pembuka lamaran pekerja penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Pengangguran
Konjungtural (Cycle Unemployment)
Pengangguran
Konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
3. Pengangguran Struktural
(Structural Unemployment)
Pengangguran
Struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
-
Akibat permintaan berkurang
-
Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
-
Akibat kebijakan pemerintah
4. Pengangguran Musiman
(Seasonal Unemployment)
Pengangguran
Musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti
petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
5. Pengangguran Siklikal
Pengangguran
Siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
6. Pengangguran Teknologi
Pengangguran
Teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
7. Pengangguran Siklus
Pengangguran Siklus
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian
karena terjadi resesi. Pengangguran Siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).
c.
Penyebab terjadinya Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga
dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya
bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
d.
Dampak terjadinya Pengangguran
a. Bagi Perekonomian Negara
1.
Penurunan pendapatan perkapita.
2.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Bagi Masyarakat
1.
Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2.
Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3.
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
e.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
1.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal merupakan kebijakan yang penting untuk mengatasi pengangguran. Melalui
kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat ditambah sehingga dapat meningkatkan
pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Apabila dilihat dari
sisi perpajakan, untuk mengatasi masalah pengangguran langkah yang harus
dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak akan
meningkatkan daya beli masyarakat untuk membeli barang dan jasa. Sehingga
pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan. Kenaikan pengeluaran rumah
tangga akan meningkatkan juga pengeluaran secara keseluruhan. Dengan demikian
pendapatan nasional akan bertambah yang pada akhirnya kesempatan kerja
meningkat dan pengangguran berkurang.
2.
Kebijakan Moneter
Cara
pemerintah (melalui bank sentral) dalam mengatasi pengangguran yaitu dengan
menambah jumlah penawaran uang. Semakin meningkatnya penawaran uang maka akan
menurunkan suku bunga dan meningkatkan investasi. Jumlah investasi yang semakin
meningkat akan menambah kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi
pengangguran.
B.
Inflasi
a.
Defini Inflasi
Inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI
dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan,
yaitu
1.
inflasi ringan,
2.
sedang
3.
berat
4.
hiperinflasi.
Inflasi
ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;
inflasi sedang antara 10%—30% setahun; inflasi berat antara 30%—100% setahun;
dan inflasi hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
b.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yait
1.
inflasi yang berasal dari dalam negeri
2.
inflasi yang berasal dari luar negeri.
Inflasi
berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang
berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar
negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi
juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation).
Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka
inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
c.
Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu
1. tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
2. desakan (tekanan)
produksi atau distribusi (kurangnya produksi) dan juga termasuk kurangnya
distribusi.
Untuk
sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegeng oleh Pemerintah seperti
fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi
tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar
juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi
desakan produksi terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini
atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut
akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi
(pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku
untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga
memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal
yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
1. Kenaikan harga, misalnya
bahan baku
2. kenaikan upah/gaji,
misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan
harga barang-barang
d.
Dampak Terjadinya Inflasi
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negative tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke
waktu
Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contoh
seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi
orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
e.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Inflasi
1.
Kebijakan Fiskal
Ketika
inflasi terjadi maka untuk mengatasinya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
meningkatkan pajak dan mengurangi pengeluaran agregat. Usaha untuk mengurangi
pengeluaran agregat yaitu dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah,
sehingga tekanan inflasi dapat dikurangi.
2.
Kebijakan Moneter
Usaha
yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu dengan cara menurunkan
penawaran uang. Jika penawaran uang menurun maka tingkat suku bunga akan
meningkat. Akibatnya investor akan mengurangi investasinya. Selain itu
pengeluaran rumah tangga akan berkurang karena mereka lebih menginginkan untuk
menyimpan uangnya di bank. Dengan demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan.
C.
Hubungan Antara Pengangguran dengan Inflasi
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat
inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak
pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor
tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya
produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk
pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses serupa akan
diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan
pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan
meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa ketika pemerintah
berniat untuk menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan
tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang berbeda antara inflasi dan pengangguran
yaitu jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak
memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat
ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah
pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama
12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk
konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga
keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised
Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai
persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah
sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah pokok
perekonomian indonesia dapat ditarik kesimpulan, bahwa masalah pokoknya yaitu
pengangguran dan inflasi. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Dan inflasi
adalah proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi menunjukan tingkat kenaikan harga,
sedangkan pengangguran kesempatan yang timpang yang terjadi antara
angkatan kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak
dapat melakukan kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap
Pengangguran. Tingkat Pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah
Inflasi, sebaliknya bila tingkat Pengangguran tinggi tingkat harga-harga
relatif stabil. Selain itu, melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan
harga barang (Inflasi), berakibat pada lemahnya investasi pula, dan akhirnya
berdampak pada menambahnya Pengangguran karena tidak adanya kesempatan kerja.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu
ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat
ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran
yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan,
tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun dibarengi dengan
tingkat pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif
perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan
itu.
REFERENSI MAKALAH
Post a Comment