Makalah
TENTANG
KEJANG
Dibuat oleh : www.kebkes.blogspot.co.id/
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
kejang
pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan
kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak
matangan pada organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umumtonik
klonik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir
dapat berupa tremor, hiper aktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis
melengking, tonus otot hilang di
sertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements), nistagmus
atau mata mengkedip-ngedip paroksismel, gerakan seperti mengunyah dan menelan
(venomena oral dan bukal), bahkan apnu. Oleh karena manispestasi klinik yang
berbeda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di
kenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang
tidak bisa pada bayi baru lahir apa bila berangsur berulang-ulang dan
periodic, harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.
Kejang
pada neonates didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis
seperti tingkah laku, motorik atau fungsi otonom. Periode Bayi Baru Lahir
(BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk
bayi premature, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan
kejang pada BBL. Timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi
tersebut akan mengalami kejang lanjutan
dalam kehidupanya kelak. Kejang p0ada neonates relative sering
dijumpai de3ngan manifestasi
klinis yang bervariasi. Timbulnya
sering merupakan gejala awal dari
gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan
pada kognitif dan perkembangan jangka panjang . insiden kejang pada
neonates di Amerika serikat belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah
80-120 pada setiap 100.000 neonatus setiap tahun.
B.
Rumusan
Masalah
1. Untuk
mengetahui apa pengertian dari Kejang
2. Memahami
Konsep Dasar dari Kejang
3. Memahami
Penyebab terjadinya Kejang
4. Untuk
mengerti tentenag penatalaksanaan kejang
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kejang
Dikutip
dari www.alodokter.com Kejang
adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali.
Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyal-sinyal
listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau
terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa
terkendali. Itulah yang terjadi saat tubuh mengalami kejang.
B.
Konsep
Dasar
kejang
pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan
kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak
matangan pada organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umumtonik
klonik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir
dapat berupa tremor, hiper aktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis
melengking, tonus otot hilang di
sertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary
movements), nistagmus atau mata mengkedip-ngedip paroksismel, gerakan seperti
mengunyah dan menelan (venomena oral dan bukal), bahkan apnu. Oleh karena
manispestasi klinik yang berbeda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi
baru lahir tidak di kenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,
setiap gerakan yang tidak bisa pada bayi baru lahir apa bila berangsur
berulang-ulang dan periodic, harus dipikirkan kemungkinan merupakan
manifestasi kejang.
Kejang
pada neonates didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis
seperti tingkah laku, motorik atau fungsi otonom. Periode Bayi Baru Lahir
(BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk
bayi premature, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan
kejang pada BBL. Timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi
tersebut akan mengalami kejang lanjutan
dalam kehidupanya kelak. Kejang p0ada neonates relative sering
dijumpai de3ngan manifestasi
klinis yang bervariasi. Timbulnya
sering merupakan gejala awal dari
gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan
pada kognitif dan perkembangan jangka panjang . insiden kejang pada
neonates di Amerika serikat belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah
80-120 pada setiap 100.000 neonatus setiap tahun.
C.
Penyebab
Kejang
Neuron
dalam Susunan Saraf Pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai
akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium.
Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang
terus menerus berlebihan.
Volpe
mengemukakan empat kemungkinan alas an terjadinya depolarisasi yang
berlebihan yaitu: (a) Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi
energy, (b) Selisih relative antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi,
(c) Defisiensi relative neurotransmitter inhibisi disbanding eksitasi, (d)
Perubahan membrane neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium, (e) Tetapi
dasar mekanisme kejang pada neonates masih belum dapat diketahui dengan
jelas.
Ada banyak penyebab kejang pada
neonates, yaitu:
1) Bayi
tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul
dalam waktu 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2) Perdarahan
otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada
kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan kejang.
3) Gangguan
metabolic, seperti: a) kekurangan kadar gula darah ( Hipoglikomia), sering
timbul dengan gangguan pertumbuhan
dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes militus
(DM). jangka waktu antara hipoglikemia yang pendek. b) kekurangan kalsium
(hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat lahir rendah, bayi dengan
penderita hoperparatiroidisme, c) kekurangan natrium (hiponatremia), d)
kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi
atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
4) Kelainan
metabolic lain seperti: a) ketergantungan periodiksin mengakibatkan kejang
yang resistsn terhadap antikonvulsan. Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang
intaruterin dan lahir dengan meconium staining, b) gangguan asam amino:
kejang pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan
manifestasi neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan
asam amino.
5) Infeksi
sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalm
kandungan, selama persalianan, atau pada periode perinatal: a) infeksi
bakteri Meningitis akibat infeksi group B Streptococus, Escherechiacoli, atau
listeria monocytogenes, Escherechia coli, atau listeria monocytogenes sering
menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan, b) infeksi nonbacterial
penyebab nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh herpessimplex,
cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan infeksi
intrakarnial dan kejang.
D.
Penatalaksanaan
Kejang
1)
Atasi kejang
2)
Sebelum menmghentikan kejang maka
lakukan: semua pakaian ketat dibbuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung.
3)
Usahakan agar jalan napas bebas
untuk menjamin kebutuhan oksigen.
4)
Pengisapan lendir harus dilakukan
secara teratur dan diberikan oksigen.
5)
Segera berikan diazepam
intravena: dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB atau diazepam rectal dosis berat
badan kurang dari 10kg, 5 mg, lebih dari 10kg dosis 10mg, jika kejang tidak
berhenti tunggu 15 menit, dapat diulang dengan dosis yanmg sama, setelah
kejang berhenti, maka diberikan dosis awal fenobarbital yakni: pada neonatus
dosis 30mg secara intramuscular, pada bayi umur 1 bulan-1 tahun dosis 50mg
intramuscular, pada anak lebih dari satu tahun dosis 75mg secara
intramuscular.
6)
Pada pengobatan pemeliharaan: 4
jam kemudian (setelah kejang berhenti) hari ke-1 dan ke-2 berikan
fenobarbital dosis 9-10mg/kgBB, di bagi dalam dua dosis. Hari berikutnya
fenobarbital 4-5mg/kgBB dibagi dalam dua dosis.
7)
Jika diazepam tidak tersedia,
langsung dipakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan
denagan pengobatan pemeliharaan.
8)
Bidan boleh memberikan anti
kejang jika sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter.
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kejang
adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkendali.
Neuron
dalam Susunan Saraf Pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai
akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium.
Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang
terus menerus berlebihan.
SUMBER
REFERENSI MAKALAH
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita/Ai Yeyeh
Rukiyah, S,Si.T,MKM, Lia Yulianti, Am,Keb, MKM, Jakarta: TIM, 2012
|
Post a Comment