BAB II
PEMBAHASAN
PERGAULAN BEBAS
A.
Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu
bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati
batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita
dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil
yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.
Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman
yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia
dalam kemajuan bangsa.
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat
dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya
dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah
sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di
jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam
masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula
dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan
terus berlangsung selamanya.
B.
Penyebab Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia,
sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks.
Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang
perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan
atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks juga specialis
Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari
tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh
persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari
berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada
tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
mencapai 29,9 persen.
Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab
tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu
kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan
emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti
pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti
HIV & AIDS ataupun kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya
pergaulan bebas di Indonesia:
1.
Sikap mental yang tidak sehat
Sikap
mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap
pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi
mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan
emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian
yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang
menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan
mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang
nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa
jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif,
contohnya dengan adanya pergaulan bebas.
2.
Pelampiasan rasa kecewa
Yaitu
ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap
orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang
memberikan tekanan terus menerus(baik dari segi prestasi untuk remaja yang
sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat
yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat
labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di
sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam
lingkungan hidupnya.
3.
Kegagalan remaja menyerap norma
Hal
ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang
sebenarnya adalah westernisasi.
#Faktor
Penyebab Pergaulan Bebas
1. Rendahnya Taraf
Pendidikan Keluarga. Rendahnya taraf pendidikan keluarga mungkin juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya pergaulan bebas. Misalnya masih
mengizinkan anaknya berpacaran tanpa mengawasinya dan membiarkan anaknya pulang
hingga larut malam, ini akan menyebabkan anaknya akan terjerumus dalam
pergaulan bebas.
2. Keadaan
Keluarga Yang Tidak Stabil (Broken Home). Keadaan keluarga sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku / perkembangan psikis remaja. Apabila keadaan orang tua
tidak harmonis maka perkembangan psikis anak akan terganggu dan anak cenderung
mencari kesenangan di luar. Sehingga mereka bebas melakukan apapun diluar
rumah.
3. Orang Tua Yang
Kurang Memperhatikan. Orang tua yang tidak memperhatikan anaknya dikarenakan
cenderung memikirkan pekerjaannya dan anak kurang mendapat perhatian sehingga
anak cenderung bebas dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu,
anak memerlukan perhatian orang tua.
4. Lingkungan Sekitar
Tidak Baik. Lingkungan sekitar manjadi salah satu faktor yang mempengaruhi cara
bergaul para remaja. Apabila kondisi keluarga sudah baik, akan tetapi
lingkungan sekitar tidak mendukung atau tidak kondusif, maka anak tersebut juga
dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Apalagi remaja zaman sekarang lebih
menyukai bergaul dengan teman yang ada di lingkungan sekitar daripada keluarga.
5. Kurang Hati-Hati
Dalam Berteman. Berteman mungkin hal yang wajar, namun dalam memilih teman kita
harus hati-hati. Teman bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif,
sehingga dalam bergaul tidak asal-asalan maka dari itu kita harus memilih teman
yang benar-benar baik agar kita tidak terjerumus dalam pergaulan yang cenderung
bebas.
6. Keadaan Ekonomi
Keluarga. Keluarga ekonomi yang rendah, membuat anak tidak dapat bersekolah dan
biasanya banyak pula yang putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut
dengan remaja yang senasib yang membuat perilaku sang anak menjadi tambah
parah.
7. Kurangnya Kesadaran
Remaja. Kurangnya kesadaran remaja terjadi merupakan implikasi dari kurangnya
pengetahuan remaja tersebut akan dampak pergaulan bebas.
8. Adanya Teknologi
Informasi (Internet). Munculnya internet memudahkan kita untuk mengakses
berbagai macam jenis budaya. Sehingga dampaknya bisa positif dan negatif. Jadi
apabila kita menggunakan internet kita harus selektif.
C.
Ciri-Ciri Pergaulan Bebas
1. Penghamburan harta untuk memenuhi keinginan sex bebasnya
2. Upaya mendapatkan harta dan uang
dengan menghalalkan segala cara termasuk dari jalan yang haram dan keji
3. Menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat
4. Rasa ingin tahu yang besar
5. Rasa ingin mencoba dan merasakan
6. Terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan
tanggung jawab yang dihadapi.
7. Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar,
emosional, selalu ingin melawan, rasa malas, perubahan dalam keinginan, ingin
menunjukkan eksistensi dan kebanggaan diri serta selalu ingin mencoba dalam
banyak hal.
8. Kesukaran yang dialami timbul akibat konflik
karena keinginannya menjadi dewasa dan berdiri sendiri dan keinginan akan
perasaan aman sebagai seorang anak dalam keluarganya.
9. Banyak mengalami tekanan mental dan emosi.
10. Terjerat dalam pesta hura-hura ganja, putau, ekstasi, dan pil-pil setan
lain.
D. Dampak Dari Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem”
(dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak
sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang
akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan penyakit lainnya. Dan pastinya setelah
terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala
segi.
E. Solusi Untuk Menyelesaikan
Masalah Pergaulan Bebas
Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal
yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai kesuksesan hidup nantinya.
Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’ tetap saja masih
banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain
daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya. Solusi-solusi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki Cara Pandang
Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan
hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar
tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga
apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan
positif.
2. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup
Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola
waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya
mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan
kegiatan positif.
3. Jujur Pada Diri Sendiri
Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang
terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat
dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka
sendiri.
4. Memperbaiki Cara Berkomunikasi
Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga
terbina hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap
kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik
dengan orang-orang di sekeliling kita.
5. Perlunya Remaja Berpikir Untuk
Masa Depan
Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap
remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti
jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?”
kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri
para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk
melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena
HIV & AIDS nantinya.
6. Menanamkan Nilai Ketimuran
Kalangan remaja kita kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi
akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu
berkaitan dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya ketimuran.
Nilai yang bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang.
Termasuk meningkatkan derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan
dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan
berpikir seribu kali untuk terjun ke pergaulan bebas.
7. Mengurangi Menonton Televisi
Televisi idealnya bisa menjadi sarana mendapatkan informasi
yang mendidik dan bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang. Namun,
kenyataannya, saat ini harapan itu sangat jauh. Televisi kita terutama stasiun
televisi swasta, mereka lebih banyak menampilkan acara hiburan, maupun
sinetron-sinetron yang menawarkan nilai-nilai gaya hidup bebas, hedonis. Begitu
juga beragam tayangan infotainment yang kadang menayangkan acara
perselingkuhan, sex bebas di kalangan artis.
Dengan demikian, kisah pergaulan bebas bukan menjadi hal yang
tabu lagi. Makanya, tak ada langkah yang lebih manjur selain mengurangi
menonton televisi ini karena lambat laun otak akan teracuni oleh nilai-nilai
yang sebenarnya sangat negatif. Untuk mendapatkan informasi, kalangan muda bisa
mengalihkan perhatian dengan membaca koran, majalah maupun buku-buku. Pekerjaan
yang agak berat memang, tapi jauh lebih produktif daripada kebanyakan menonton
televisi yang tidak jelas dan cenderung merusak akal sehat pikiran.
8. Banyak Beraktivitas Secara
Positif
Cara ini menurut berbagai penelitian sangat efektif
dijalankan. Pergaulan bebas, biasanya dilakukan oleh kalangan muda yang banyak
waktu longgar, banyak waktu bermain, bermalam minggu. Nah, untuk mengantisipasi
hal tersebut, mengalihkan waktu untuk kegiatan lewat hal-hal positif perlu
terus dikembangkan. Misalnya dengan melibatkan anak muda dalam
organisasi-organisasi sosial, menekuni hobinya dan mengembangkannya menjadi
lahan bisnis yang menghasilkan, maupun mengikuti acara-acara kreatifitas
anak-anak muda. Dengan demikian, waktu mudanya akan tercurahkan untuk hal-hal
positif dan sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal negatif seperti pergaulan
bebas tersebut.
9. Sosialisasi Bahaya Pergaulan
Bebas
Dikalangan muda, pergaulan bebas sering dilakukan karena
bisa jadi mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Seperti misalnya
penyakit kelamin yang mematikan. Nah, sosialisasi hal ini. Informasi-informasi
mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas ini perlu terus
disebarkan di kalangan muda. Harapannya, mereka juga punya informasi sebagai
bahan pertimbangan akal sehatnya. Jika informasi tersebut belum didapatkan ada
kemungkinan mereka akan terus melakukan pergaulan bebas semau mereka. Tapi,
kalau informasi sudah didapatkan tapi mereka tetap nekad melakukan itu persoalan
lain lagi. Sepertinya perlu ada penanganan khusus, apalagi yang sudah
terang-terangan bangga melakukan pergaulan bebas.
10. Menegakkan Aturan Hukum
Bagi yang bangga tersebut, tak ada hal lain yang bisa
menghentikan selain adanya perangkat hukum dan aturan hukum yang bisa
menjeratnya. Setidaknya sebagai efek jera. Yang demikian harus dirumuskan
dan dilaksanakan melalui hokum yang berlaku di negara kita. Langkah ini
sebagai benteng terakhir untuk menyelamatkan anak-anak muda dari amoralitas
karena perilaku pergaulannbebas yang lambat laun otomatis akan merusak bangsa
ini.
11. Munakahat
Munakahat atau menikah. Cara ini efektif sekali. Kalau masih
belum bisa, cara lain adalah dengan berpuasa. Inilah yang ditawarkan oleh Islam
sebagai salah satu solusi atas pergaulan bebas.
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi
adanya pergaulan bebas khususnya di kalangan remaja.
Selain usaha dari diri masing-masing sebenarnya pergaulan
bebas dapat dikurangi apabila setiap orang tua dan anggota masyarakat ikut
berperan aktif untuk memberikan motivasi positif dan memberikan sarana &
prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya sehingga segalanya
menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap remaja.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja
yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar
pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan
yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan
dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan
sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih
banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah
jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama
orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar
pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana,
jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya.
Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang
paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan
anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu
menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak
tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa
kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara
terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi
pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari
adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam
menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki
latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam
bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh
dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka
akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan
perbuatan yang harus dilakukan.
F. Cara Pergaulan Yang Baik
Pergaulan yang baik sebenarnya gampang-gampang susah.yang
jelas tergantung dari tingkah laku kita sendiri.Kita harus banyak berkomunikasi
dengan orang-orang yang kita percayai atau keluarga kita sendiri.Dalam bergaul
yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan sekitar.Ada pepatah yang mengatakan masuk
ke kandang kambing tapi jangan seperti kambing,begitu juga dengan bergaul kita
harus memperhatikan lingkungan sekeliling kita.bagaimana cara orang cara orang
berperilaku yang baik.Gaya berbicara yang sopan dan santun dalam bergaul tidak
harus dengan cara ugal-ugalan atau ketenaran semata.Jadi yang harus kita
lakukan adalah jadi diri kamu sendiri bagaimana oarang disekeliling kamu merasa
nyaman saat berkomunikasi dengan kita.Jadi cobalah memberanikan diri untuk
mengungkapkan apa yang ada di dalam isi hati kita.
G.
Mengapa Pergaulan Bebas Dapat Terjadi Dikalangan Remaja
Apa sebenarnya faktor membuat orang untuk melakukan
pergaulan bebas itu sendiri? Menurut Dr.Soares: Pergaulan bebas adalah salah
satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial
yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia
dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Bahkan Soares juga menyatakan pendapatnya tentang pergaulan
bahwa itu merupakan HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga
setiap manusia tidak tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan
melakukan diskrriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar
manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma
budaya, serta norma bermsayarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan
bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia
tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset
Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap
perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450
remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja
mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar
nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi
perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan
seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa
direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak
memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang
seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan
orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman
lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak
begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi
dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai
agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang
melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan
pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab
terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal)
jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan
pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis
oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan.
Kesimpulan
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari
makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu
pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan,
apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum,
norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis
kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti
saat ini.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat
menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan
agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta
orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya,
memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab
itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.
Usaha untuk pencegahan sudah
semestinya terus dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda kita. Agar lebih
bermoral, agar lebih bisa diandalkan untuk kebaikan negara ke depan.
Sumber;
https://www.bersosial.com/threads/faktor-faktor-penyebab-terjadinya-pergaulan-bebas.17337/
Post a Comment