MAKALAH KERAJAAN PAJANG

Posted by GLOBAL MAKALAH

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah

      Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang , Kota Solo dan Desa Makamhaji,Karatsura,Sukoharjo. Pada awalnya berdiri tahun 1549, wilayah kesultanan pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah.  Karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggono. Ditahun 1568 Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri - negeri Jawa Timur.
     Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama (pemimpin persekutuan adiapti Jawa Timur) dinikahkan dengan puteri Sultan Hadiwijaya. Negeri kuat lainnya yaitu Madura juga berhasil ditaklukkan Pajang. Pemimpin bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dawur juga diambil sebagai menantu Sultan Hadiwijaya. Sedangkan tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah Sultan Hadiwijaya yang diberikan kepada Ki Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan yang membantu menumpas Arya Panangsang.
     Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549, sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan karena Sultan Hadiwijaya mendengar ramalam Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir kerajaan yang lebih besar daripada Pajang. Ramalan tersebut menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin oleh Danang Sutawijaya putera Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Di bawah pimpinannya Mataram berkembang dengan pesatnya.
     Tahun 1582 meletus perang Pajang dengan Mataram karena Danang Sutawijaya membela adik iparnya yaitu Tumenggung Mayang yang dihukum untuk dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Perang dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang jumlahnya lebih besar. Sepulang dari perang Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadilah persaingan antara putera dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Panggiri. Selanjutnya  Arya Panggiri sebagai raja didukung oleh Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun 1583. Pemerintahan Arya Panggiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
     Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Danang Sutawijaya untuk menyerbu Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang pun berakhir dengan kekalahan Arya Panggiri. Ia dikembalikan kenegeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja di Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada putera mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan negeri bawahan oleh Mataram. Yang menjadi Bupati adalah Pangeran Gagak Baning, adik Danang Sutawijaya
                                                                                                                             1.2     Rumusan Masalah
1.         Bagaimana berdirinya kerajaan pajang?
2.         Siapa saja raja yang memerintah kerajaan pajang?
3.         Pada masa raja siapakah kerajaan pajang mengalami masa keemasan?
4.         Bagaimana aspek sosial budaya, ekonomi dan politik pada masa itu?

1.3     Tujuan Penelitian
1.         Untuk memaparkan bagai mana asal-usul berdirinya kerajaan pajang.
2.         Untuk mendeskripsikan siapa saja yang pernah menjadi raja di kerajaan pajang.
3.         Untuk memaparkan pada masa raja siapa kerajaan pajang mengalami masa keemasan.
4.         Untuk memaparkan aspek sosial bucdaya, ekonomi dan politik pada masa itu.





BAB 2
PEMBAHASAN
2.1     Pembahasan Teori
A.    Berdirinya Kerajaan Pajang
    Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa, meskipun pemerintahannya tidak begitu lama tetapi kerajaan pajang  pernah berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul sebelum runtuhnya kerajaan Majapahit. Karena Majapahit masih berkuasa maka kerajaan pajang belum begitu diperhatikan. Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui.


    Setelah Majapahit mengalami kemunduran atau lebih tepatnya pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke 18 para penulis  kertasura menuliskan asal-usul kerajaan pajang. Kerajaan Pajang adalah kerajaan islam di Jawa yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Kerajaan pajang terletak di pengging yang dulunya dipimpin oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati. Yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dugaan ingin berontak terhadap kerajaan Demak. Setelah dewasa Jaka Tingkir mengabdikan diri ke Demak, karena kepandaiannya ia diangkat menjadi menantu oleh Sultan Trenggono.
     Setelah sultanTrenggono meninggal terjadi perebutan kekuasaan ataran pangeran Sekar Sedolepan dengan Sunan Prawoto. Setelaha sunan Prawoto menjadi raja beliau berhasil dibunuh oleh Arya Penangsang anak Pangeran Sekar Sedolepan tetapi Arya Penangsang berhasil dikalahkan oleh Jaka tingkir yang kemudian dinobatkan menjadi raja dengan nama Hadiwijaya dan beliau memindahkan semua daerah kekuasaan ke Pajang. Ada tiga raja yang pernah memimpin kerajaan pajang, raja pertama adalah Hadiwijaya pendiri kerajaan Pajang itu sendiri. Yang kedua adalah Arya Pangiri anak angkat sekaligus menantunya yang awalnya memimpin Demak. Yang ketiga adalah pangeran Benawa anak kandung Hadiwijaya yang kemudian merebut  kekuasaan dari tangan Arya Pangiri.
     Kerajaan Pajang dipuncak masa keemasan pada masa kepemimpinan Hadiwijaya, dimana beliau dapat membuat para Raja penting di Jawa timur mengakui kekuasaanya. Beliau berhasil memperluas daerahnya. Selain memperluas dearahnya Pajang mempunyai lumbung padi yang besar karena irigasinya berjalan lancar. Dalam aspek sosial budaya dan ekonomi Pajang mengalami kemajuan. Dibidang sosial Budaya, kebudayaan yang semula sudah berkembang di Demak dan Jepara menyebar kepedalaman begitupun dengan agama islam yang perlahan menyebar di pedalaman dan pesisir pantai utara dan masyarakat Pajang menjalankan syariat islam dengan sungguh-sungguh. Dalam aspek ekonomi pertanian maju dengan pesat, memiliki lumbung padi yang besar bahkan Pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan bengawan solo.
     Untuk aspek politik sendiri banyak sekali perselisihan karena perebutan kekuasaan, wali sanga yang dulunya berperan penting pada masa kerajaan Demak bahkan ikut menentukan keputusan politik kerajaan Demak tetapi pada masa kerajaan pajang wali sanga juga masih berperan tapi tidak begitu kental ditambah Sunan Kalijaga meminta kepada sunan kudus agar para wali tidak ikut campur karena sebagai orang tua dan penyebar agama tidak sepantasnya ikut berkelahi merebutkan kekuasaan. Banyak sekali pihak luar yang ikut campur dengan perselisihan perebutan kekuasaan. Pajang dulunya adalah daerah Pengging, Jaka Tingkir adalah anak dari Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging yang menjadi bupati di pengging. Jadi sebenarnya Pajang dulunya adalah daerah pengging yang bupatinya adalah Ki Ageng Pengging. Ki Ageng pengging yang akhirnya dihukum mati oleh raja demak karena dianggap akan memberontak kerajaan Demak dan untuk menklukkan pengging maka dihukum matilah ki Ageng pengging.
    Jaka Tingkir yang dulunya menjadi seorang  tamtam di jerajaan Demak di bawah pemerintah Pangeran trenggana, karena keahlianya ia dijadikan meenanntu oleh Sultan Demak. Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
   
     Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Jaka Tingkir menyuruh Ki Ageng Panjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ngabei Loring Pasar, dan Juru Martani untuk menyerang Arya Penangsang.   Dengan kemenangan tersebut lalu berpindahlah kekuasaan Demak ke Pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya. Keberhasilan jaka tingkir mengalahkan Arya Penangsang membawa kemujuran dalam hidupnya. Setelah ia mengalahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjadi raja demak yang kemudian pusat pemerintahanya di pindahkan ke Pajang hingga akhirnya menjadi kerajaan  Pajang.
B.     Raja-Raja yang Pernah Memerintah kerajaan Pajang
    Kerajaan pajang pertama kali diperinta oleh Jaka tingkir pada tahun 1878 anak dari Ki Ageng Pengging. Jaka Tingkir mempunyai nama asli yaitu mas karebet itu dinobatkan menjadi raja setelah berhasil menglahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjad raja dengan nama Hadiwijaya. Sultan Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh, suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunnya, Aria Pangiri, anak susuhan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu, Aria Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di keratin Pajang, Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa, dijadikan penguasa di Jepang. Disitu terlihat jelas telah terjadi perebutan kekuasaan antara Aria Pangiri sebagai menantu  dan pangeran benawa sebagai anak kandung.
    Semeninggalnya Hadi Wijaya Arya pengiri dinobbatkan menjadi raja yang kemudian bebrnama Ngawantipura pada tahun 1883. Pada masa pemerintahannya terjadi banyak kekecauan di kerajaan pajang hal itu terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda antara rakyat pajang dengan demak. Beliau yang semula memerintah demak membuanya berlaku tidak adil terhadap rakyat pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabbat Pajang bahkan orang-orang pajang tersisih oleh kedatangan orang-orang Demak sehingga menyebabkan para penduduk Pajang menjadi perampok karena kehilangan matapencaharian dan sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdikan diri kepada Pangeran Benawan. Selain itu ia juga tidak mempedulikan kesejahteraan rakyatnya melainkan hanya memikirkan bagai mana cara menaklukkan Mataram.
    Melihat semua perlakuan Arya Pengiri atau Ngawantipura Pangeran Benawa merasa tidak suka dan ingin kembali mrebut kekuasaan. Selain itu  karena tidak puas dengan nisabya di tengah-tengah lingkungan yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati, penguasa Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588, usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa menyerahkan hak atas warisan ayahnya kepada Senopati. Akan tetapi senopati Mtaram tidak menerima tawaran dari Pangeran Benawa dan tetap tinggal di Mataram hanya saja beliau meminta prajurit Pajang. Dengan begitu dinobtakanlah Pangeran Benawa sebagai raja pajang tetapi dibawah perlindungan Mataram.
C.   Masa Keemasan.          
    Masa keemasan kerajaan Pajang terjadi pada masa pemerintahan raja Hadiwijaya atau jaka tingkir raja pertamanya. Sultan Pajang mulai melakukan perluasan kekuasaan sehingga beberapa daerah sekitarnya antara lain Jipang dan Demak sendiri mengakui kekuasaan pajang. Demikian pula ia meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir utara seperti Jepara, Pati, bahkan kearah barat sampai ke Banyumas. Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kekusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak, dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa.
    Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir dan menjalar tersebar ke daerah pedalaman. Pada masa pemerintahan Raja Hadiwijaya mulai banyak raja-raja kecil yang tunduk padanya selain itu ia juga memperluas daerahnya sampai madiun, aliran anak sungai solo myang besar, blora dan kediri. Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan pengakkuan sebagai sultan islam dari Raja-Raja penting di Jawa Timur. Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang mewakili tokoh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati Surabaya.
    Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan  Lemah Duwur diangkat menantu Raja Pajang. Dari itu semua dapat terlihat bahwa sudah ada hubungan baik antara kerajaan pajang dengan Raja-Raja di Jawa Timur dan itu berdampak baik pada kedua pihak.
D.    Aspek Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik
1.     Aspek Sosial Budaya
     Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi  lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh. Pada pemerintahan Sultan Hadiwijaya dunia kesusastraan serta kesenian yang semula sudah berkembang di Demak dan Jepara perlahan-lahan mulai menyebar di pedalaman selaian kesusastraan yang menyebar pedalaman agama islam juga memberikan pengaruh yang kuat dipedalaman dan pesisir pantai.
2.    Aspek Ekonomi
    Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Kemajuan pertanian itu tidak terlepas karena pajang yang terletak di Datarann Rendah tempat bertemunya sungai pepe dan sungai dengkeng, kedua sungai tersebut berasal dari sumber mata air dari lereng gunung merapi dean bengawan solo sehingga irigasi berjalan lancar dan pertanianpun mengalami kemajuan yang pesat. Pada masa kejayaan Demak, pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan bengawan solo. Melihat lumbung padi yang begitu besar  Demak ingin menguasai pajang dan juga mataram kerana lumbung padinya untuk membentuk negara yang agraris maritim yang ideal.
3.  Aspek Politik
     pada masa Kerajaan Demak wali sanga berperan sangat penting karena mereka ikut memmbangun dan mendirikan kerajaan Demak tersebut bahkan mereka ikut menentukan kebijakan politik demak. Tetapi setelah masa kerajaan Pajang peran wali sanga masih dibutuhkan tetapi tidak terlalu kental. Dalam berita dikabarkan bahwa Sunan Kudus terlibat dalam pembunuhan Sunan Prawata yang yang dibunuh oleh Arya Panangsang. Setelah terjadi perselisihan antara Ayapenangsang dan Hadiwijaya Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan “rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya menyelesaikan persoalanya sendiri. Mereka hanya mengamati semua yang terjadi dan mereka hanya berkata “sing becik ketitik sing olo ketoro”. Jadi disitu terlihat jelas bahwa mereka yang bersangkutan harus menyelesiakan permasalahan masing-masing tanpa campur aduk orang lain, karena pasti ada banyak pihak yang ingin melihat kehancuran dari mereka. Terjadi banyak perselisihan yang terjadi, dan perselisihan itu terjadi karena perebutan kekuasaan antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka hanya mementingkan keinginan mereka dan apa yang mereka lakukan semata-mata hanya kerana pemikiran mereka masing-masing. Mereka hanya gila akan kekuasaan yang ingin mereka dapatkan. Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris. Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang patuh dan menyarungkan keris ‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan selesai.Tetapi setelah itu Arya Penangsang dapatdikalahkan oleh Hadiwijaya dengan cara kuda gerak rimang yang tunggangi oleh Arya penangsang di pancing oleh bkuda betina Sutawijaya melewati bengawan sore setelah di luar bengawan sore kekuatan Arya Penangsang melemah dapat dibunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram. Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya,  Pangeran Benawa lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga Sutawijaya yang akhirnya menjadi  Sultan Pertama Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja Majapahit.
2.2  Faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan pajang
A .  Kehidupan Segi politik
     Setelah Sultan Trenggono meninggal, Demak dilanda perang saudara antara Pangeran Prawoto (anak Trenggono) dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen (adik Trenggono) dan dimenangkan Prawoto. Aryo Penangsang, anak Pangeran Sedo Lepen tidak dapat menerima kematian ayahnya. Kemudian Aryo Penangsang membunuh Pangeran Prawoto dan keluarganya. Pangeran Prawoto mempunyai putra benama Arya Pangiri.
     Dengan bantuan Joko Tingkir (adik ipar Trenggono), Arya Pangiri membalas kematian ayahnya. Kemudian Joko Tingkir naik takhta dan memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang pada 1552. Joko Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Pengangkatan Joko Tingkir sebagai raja Pajang disahkan oleh Sunan Giri dan mendapat pengakuan pea adipati di Jawa.
     Saat itu Demak hanya sebagai daerah kecil yang dipimpin Arya Pangiri. Di antara pengikut Adiwijaya yang dianggap berjasa adalah Kyai Gede Pemanahan. Kyai ini diberi hadiah tanah pemukiman di Mataram (Kota-Gede, Yogyakarta). Kyai Gede Pemanahan dianggap sebagai perintis berdirinya kerajaan Mataram Islam. Kyai Gede Pemanahan meninggal pada 1575 dan diganti putranya yang benama Sutawijaya. Joko Tingkir wafat pada 1582 dan digantikan putranya, yaitu Pangeran Benowo. Beberapa lama kemudian Pangeran Benowo disingkirkan Arya Pangiri (anak Prawoto dari Demak). Kerajaan Pajang kemudian diperintah Arya Pangiri, namun ia tidak disukai rakyat sehingga timbul perlawanan yang dipimpin Pangeran Benowo yang dibantu Sutawijaya. Perlawanan itu berhasil, kemudian Sutawijaya naik takhta dan memindahkan pusat pemerintahan ke Mataram. Sutawijaya menjadi raja pertama di Kerajaan Mataram.
B.  Segi ekonomi
     Pajang terletak di daerah pedalaman sehingga kerajaan ini menitik beratkan mata pencarianya dari pertanian dengan hasil utamanya beras.
C.  Perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara maksimal
D.   Kesultanan Pajang kalah pamor terhadap Mataram.
     Sepulang dari perang, Hadiwijaya atau jaka tingkir  jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu pangeran benawa dan arya pangir siebagai raja selanjutnyaarya pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.Pemerintahan arya pangiri  hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap mataram Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuatpangeran benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.Pada tahun 1586 pangeran benawa bersekutu dengan sutawijaya menyerbu Pajang.
     Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, namun pangeran benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang melawan aramMatdan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaituDemak. pangeran benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan pangeran benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik. sutawijaya sendiri mendirikan kerajaan mataram, di mana ia sebagai raja pertama bergelar panembahan senopati.
2.3  Peningalan-peningalan kerajaan pajang
v Masjid leweyan yang terletak dikampung batik leweyan solo.
     Masjid leweyan ini di bangun sekitar tahun 1546,masjid ini didirikan oleh djoko tingkir di kerajaan pajang. Masjid ini di bangun dengan unsur tradisional jawa,eropa,cina dan islam.dan di sampingnya terdapat makam-makam kerabat kesultanan yaitu makam ki ageng henis, ki ageng henis adalah penasehat spiritual kerajaan pajang. Beliau merupakan keturunan Majapahit dari silsilah raja brawijaya.ruang masjid di bagi menjadi tiga bagian yaitu ruang induk (utama) dan serambi yang di bagi menjadi serambi kanan dan serambi kiri.
v Bandar Kabanaran.
     Kyai Ageng Henis bermukim di Laweyan dengan mengemban misi dakwah Islam. Beliau juga menyajikan cara pembuatan teknik batik kepada penduduk setempat. Sejak itu di dunia perdagangan dan perindustrian semakin ramai. Untuk mendukung arus lalu lintas perdagangan yang semakin padat,dan banyak pelabuhan atau bandar di selatan Kampung Laweyan yang berada di tepi Sungai Kabangan dan ditimur Masjid Laweyan. Pelabuhan itu dikenal dengan nama Bandar Kabanaran, yang menghubungkan Kerajaan Pajang, Kampoeng Laweyan dan Bandar Besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.



BAB 3
PENUTUP


3.1 Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
     Kehadiran Islam baik para pedagang maupun mubaligh muslim melalui kota-kota yang sejak semula sudah berfungsi sebagai pelabuhan di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha.Pemindahan ibu kota demak ke pajang pada tahun 1568 itu sebenarnya kurang disetujui oleh para wali karena letaknya dianggap kurang strategis untuk penyebaran agama islam. Namun karena sebelumnya joko tingkir sudah menjadi bupati pajang, maka joko tingkir tetap di pajang, dan di sana ia bergelar sultan hadiwijaya.
     Dan banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya keruntuhan pada kerajaan pajang, termasuk masalah perekonomian, Pajang terletak di daerah pedalaman sehingga kerajaan ini menitik beratkan mata pencarianya dari pertanian dengan hasil utamanya beras.
SARAN
     Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah ini.




3.2  Daftar pustaka
     Huda, Nor. 2013. Islam Nusantara. Yogyakarta:Ar-Ruz Media
Graaf dan Pigeaud. 1985.  Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:Raja Grafindo

Related Post



Post a Comment