MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER DAN URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER

Posted by GLOBAL MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuu ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contok dapat dikemukakan misalnya : ajuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk duduk dengan baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lai, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orangtua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua, menolong teman dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir ( never ending procces), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter harus menumbuhkembangkan nilai-nilai ilosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh (kaffah). Dalam konteks Negara Kesatan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran, pemahaman, dan kecerdasan kultural masyarakat.    
B.     Rumusan Masalah
 1.      Apa Pengertian Pendidikan Karakter?
 2.      Apa Hakikat Pendidikan Karakter?
 3.   Apa Urgensi Pendidikan Karakter?
C.    Tujuan Penulisan
 1.      Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Karakter
 2.      Untuk Mengetahui Hakikat Pendidikan Karakter
 3.   Untuk Mengetahui Urgency Pendidikan Karakter





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Menurut wikipedia Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang dikemukakan Rutland yang di kutip dalam buku pendidikan karakter M.furqon, Rutland mengemukan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit yang dengan hati-hati dipahat ataupun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya. Tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik, tidak ada susunan dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi suatu seni yang bertahan lama. Hanya karakter yang dapat melakukannya.[1]

Kata karakter memiliki sejumlah persamaan dengan moral, budi pekerti dan akhlak. Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya.[2]
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.
Dalam kamus lain pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang didalamnya merupakan suatu tindakan yang mendidik diperuntukan bagi generasi selanjutnya.
Menurut Suyanto, Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.
B.     Hakikat Pendidikan Karakter
Dalam konteks pemikiran islam, karakter berkaitan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan aristoteles,bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.
Wynne (1991)[1] mengemukakan baha karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark” (menandai) danmemfokuskan ada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikataka orang ang memliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama islam Kementrian Agama republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasikan pada perilaku individu yang bersifat unik,dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya.

Karena ciri-ciri tersebut dpat diidentifikasikan pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Dengan demikian, istilah karakter berkaitan erat dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral.
Meskipun demikian, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Lebih lanjut lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character, yaitu moral knowing ata pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau tindakan moral. Moral knowing berkaitan dengan moral awereness, knowing moral values,perspertive taking, moral reasoning, desision making dan self-knowledge.
Moral feeling berkaitan dengan conscience, self esteem, empathy, loving the good, self-control dan humility; sedangkan moral action merupakan perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasan (habit).
Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, agar peserta didik menyadari, memahmi, merasakan dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari , nilaikebajikan itu secara utuh dan menyeluruh (kaffah).
Megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan berkarakter, baik sekolah maupun diluar sekolah
1. Cinta Allah dan kebenaran
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Adil dan berjiwa kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9.  Toleran dan cinta damai
Dalam prespektif Islam, pendidkan karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak islam diturunkan didunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah,tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter nabi muhammad SAW, yang memiliki sifat shidi, Tabligh, Amanah, Fathonah (STAF).[2]
C.    Urgency Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat penting bagi pendidikan di indonesia, karena pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, Yang tidak mengabaikan nilai- nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu dan menghormati. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak banyak memiliki kemampuan kognitif saja, namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Ada sebuah kata bijak yang mengatakan “ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalanpun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanopa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.
Adapun urgency pendidikan karakter adalah untuk mengatasai atau menanggulangi, diantaranya:
1.      Meningkatya kekerasan dikalangan remaja atau masyarakat
2.      Penggunaan bahasa dan kata- kata yang memburuk atau tidak baku
3.      Pengaruh peer- group (geng) dalam tindak kekerasan menguap
4.      Meningkatnya perilaku merusak diri
5.      Semakin kaburnya pedoman baik dan buruk
6.      Etos kerja menurun
7.      Semakin rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru
8.      Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok
9.      Budaya kebohongan atau ketidak jujuran
10.  Adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.
Dalam konteks pemikiran islam, karakter berkaitan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan aristoteles,bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.
Pendidikan karakter sangat penting bagi pendidikan di indonesia, karena pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, Yang tidak mengabaikan nilai- nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu dan menghormati. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak banyak memiliki kemampuan kognitif saja, namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.




DAFTAR PUSTAKA

M. furqon hidayatullah, pendidikan karakter membangun perabadapan bangsa, Surakarta:Yuma pustaka, 2010
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Media Group, 2011
Dharma Kesuma , Cepi Triatna, Johar, Pendidikan Karakter, kajian Teori dan Praktik di sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011



[1] M. furqon hidayatullah, pendidikan karakter membangun perabadapan bangsa, Surakarta:Yuma pustaka, 2010,  hlm.12
[2] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Media Group, 2011, Hlm. 25

Related Post



Post a Comment