BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan
pembangunan kearah industrialisasi dan persaingan pasar yang semakin kuat,
sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal
tersebut, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk didalamnya masyarakat
tenaga kerja. “Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku pembangunan, sehingga
tenaga kerja dituntut memiliki produktivitas yang tinggi”. (Anies, 2005: 23).
Produktivitas
tenaga kerja Indonesia masih sangat rendah, berdasarkan data International Labour Organization (ILO)
tahun 2009 menempatkan Indonesia berada di posisi 83 dari 124 negara.
(Kemenakertrans tahun 2011). Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi
Tenaga Kerja tahun 2010, produktivitas pekerja di Jawa Barat tahun 2010
berdasarkan nilai rupiah per orang yaitu Rp. 18.998.692,- per orang. Jawa Barat
menempati urutan ke 10 dimana DKI Jakarta (Rp. 84.363.432,-
per orang), Kalimantan Timur (Rp. 74.615.309,- per orang), Kepulauan Riau (Rp. 70.227.793,-
per orang), Riau (Rp. 45.023.823,- per orang), Papua Barat (Rp. 27.399.520,-
per orang) Sulawesi Utara (Rp. 19.606.405,- per orang), Sumatera Utara (Rp.
19.336.781,- per orang), Banten (Rp. 19.287.316,- per orang), Sumatera Barat (Rp.
19.039.778,- per orang) (Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan, Direktorat
Jenderal Bina Pelatihan dan Produktivitas, diolah Pusdatinaker tahun 2013).
Produktivitas kerja
salah satunya dapat dipengaruhi oleh gizi. Apabila
pekerja dapat dipenuhi kebutuhan gizinya
dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja dan mempunyai semangat yang tinggi maka
akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. (Sedarmayanti, 2011: 232). Produktivitas kerja setiap orang tidak sama, salah
satunya tergantung dari tersedianya zat gizi di dalam tubuh. Kekurangan
konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja, terutama apabila
pekerja mengalami anemia gizi besi. Karena fungsi hemoglobin (Hb) mempengaruhi
oksigen otot dan fungsi sel tubuh pada umumnya, pengurangan kadar tersebut
sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan produktivitas kerja. (Anies, 2005: 23).
Produktivitas kerja
pada wanita juga dapat dipengaruhi oleh status anemia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, didapatkan bahwa proporsi anemia
berdasarkan jenis kelamin pada perempuan (23,9%) lebih tinggi dibandingkan pada
laki-laki (18,4%). Pekerja wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan
terhadap anemia gizi. Hal itu disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan
dan pekerjaan yang berat, serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami
menstruasi. Salah satu tanda seseorang mengalami anemia dapat dilihat dari
pemeriksaan kadar hemoglobin yang menunjukkan angka kurang dari normal.
Penelitian yang dibuat oleh Widiastuti (2011) berjudul faktor
determinan produktivitas kerja pada pekerja wanita di PT Asaputex
Jaya Desa Wangandawa
Kecamatan Talang Kabupaten
Tegal pada tahun 2011
didapatkan hasil adanya hubungan antara asupan energi,
persentase lemak tubuh dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.
Variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin
pekerja. Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh
Dyahumi dan Ulfah (2012) pada salah satu perusahaan penghasil bulu mata palsu
di Purbalingga didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja mengalami defisit konsumsi
energi. Setelah diuji dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat
disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan
mempunyai probabilitas 75,57 % (apabila variabel yang dimasukkan hanya energi
dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi, protein dan
anemia) untuk terjadinya kelelahan. Hasil penelitian Romadhani (2009), menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara status anemia dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT.
Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009.
PT. Pan Pacipic
Nesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Garment, dimana produk
utamanya adalah celana dan anyaman kain. (http://www.panpacific.co.kr/). Berdasarkan studi pendahuluan, bahwa PT. Pan Pacipic Nesia mempunyai tenaga kerja wanita yang
cukup banyak, terutama di bagian produksi mayoritas pekerja wanita (70%) dari
seluruh tenaga kerja. Keadaan anemia di perusahaan ini belum pernah diadakan
penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data
produktivitas PT Pan Pacific Nesia tahun 2013, pencapaian produksi pada tahun
2013 yaitu sebesar 5,760,000 pacs, sedangkan target produksinya adalah
6,000,000 pacs. Jadi, masih terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian
produksi di PT. Pan Pacific Nesia. (Profil PT. Pan Pacific Nesia tahun 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan
Antara Anemia
Gizi Besi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan
Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun
2014”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut;
“Adakah Hubungan
Antara Anemia Gizi Besi
dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific
Nesia Kabupaten Subang tahun 2014”?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum PT. Pan Pacific Nesia
PT.
Pan Pacific Nesia didirikan di Jakarta pada bulan Desember tahun 1990, yang
bertujuan untuk mengoptimalisasikan strategi globalisasi. Pada bulan Oktober tahun
2008, PT. Pan Pacific Nesia pindah ke Kabupaten Subang dengan tujuan memperluas
skala pemasaran dengan memiliki 16 lini produksi dilengkapi dengan mesin
terbaru sehingga dapat meningkatkan kompetitifitas industri dan mencapai produk
kualitas terbaik. Disamping itu, PT. Pan Pacific Nesia telah menjadi contoh
yang baik dari sebuah pabrik yang tidak hanya memiliki keterampilan akumulasi
produksi dengan fasilitas terbaru dan manajemen pabrik mengetahui bagaimana, tetapi
juga terus meningkatkan produktivitas. PT. Pan Pacific Nesia terletak di Jalan
Raya Panpura Kampung Marga Jaya RT 001/RW 05 Desa Ciasem Hilir Kecamatan Ciasem
Kabupaten Subang Jawa Barat. PT. Pan Pacific Nesia merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang garment, dimana produk utamanya adalah celana, jaket dan anyaman
kain dengan kapasitas produksi yaitru 24.000 paks/hari, 480.000 paks/bulan dan
5.760.000 paks/tahun. PT. Pan Pacific Nesia memiliki luas lahan dan luas
bangunan yaitu 19.491 M2 dan 10.608 M2.
(http://www.panpacific.co.kr/).
1.
Jumlah
dan Komposisi SDM
a.
Jumlah SDM
Jumlah SDM PT.
Pan Pacific Nesia berjumlah 2.091 orang dengan perincian-perinciannya, dapat disajikan pada Tabel 5.1:
Tabel 5.1
Jumlah
SDM PT. Pan Pacific
Nesia tahun 2014
No
|
Divisi
|
Jumlah
|
1
|
Sampel
|
18 orang
|
2
|
Pemeriksaan
|
169 orang
|
3
|
Pemotongan
|
120 orang
|
4
|
Office
|
64 orang
|
5
|
Jahit
|
1.361 orang
|
6
|
Finishing
|
240 orang
|
7
|
Lain-lain
|
119 orang
|
Jumlah
|
2.091
|
b.
Komposisi Pekerja
Komposisi pekerja berdasarkan status kerja, dapat disajikan pada Tabel 5.2:
Tabel 5.2
Komposisi Pekerja PT. Pan Pacific
Nesia tahun 2014
No.
|
Status Kerja
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
1
|
Kontrak 1
tahun
|
475 orang
|
23
|
2
|
Kontrak 2
tahun
|
725 orang
|
35
|
3
|
Pekerja tetap
|
891 orang
|
42
|
Jumlah
|
2.091
|
100
|
2.
Fasilitas dan
Insentif
Fasilitas dan
insentif yang diberikan PT. Pan Pacific Nesia kepada karyawannya yaitu bonus lembur, tunjangan jabatan, seragam, klinik perusahaan, air minum, ruang ber-AC, rumah sakit perusahaan, medical
chek up, makan siang (catering) dan transportation.
3.
Mesin
dan Peralatan Produksi
Mesin dan
peralatan produksi yang terdapat di PT. Pan Pacific Nesia, disajikan pada Tabel
5.3:
Tabel 5.3
Mesin dan Peralatan Produksi PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No.
|
Mesin/Peralatan
|
Jumlah
|
1.
|
Meja potong
|
8
Buah
|
2.
|
Mesin potong
|
10
Buah
|
3.
|
Pisau Band
|
2
Buah
|
4.
|
Fussing tekan
|
3
Buah
|
5.
|
Auto Spred
|
2
Buah
|
6.
|
Mesin jahit
|
658
Buah
|
7.
|
Jarum jahit 2
|
127
Buah
|
8.
|
Jarum jahit 3
|
3
Buah
|
9.
|
Besi
|
120
Buah
|
10.
|
Meja kosong
|
70
Buah
|
11.
|
Penarik
|
11
Buah
|
12.
|
Uap tekan
|
15
Buah
|
13.
|
Overlock
|
16
Buah
|
14.
|
Interlock
|
105
Buah
|
15.
|
Bar
penyambungan
|
50
Buah
|
16.
|
Buttining
|
18
buah
|
17.
|
Perenggang
tombol
|
12
Buah
|
18.
|
Lubang tombol
|
14
Buah
|
19.
|
Rantai stik
|
14
Buah
|
20.
|
Pelana stik
|
2
Buah
|
21.
|
Zigzag stik
|
2
Buah
|
22.
|
Vacum tekan
|
2
Buah
|
23.
|
Kosi ura
|
1
Buah
|
24.
|
Welting
|
12
Buah
|
25.
|
Penguji
tekanan air
|
5
Buah
|
26.
|
Lampiran
velcro
|
2
Buah
|
27.
|
Patern former
|
2
Buah
|
28.
|
Jumping
|
2
Buah
|
29.
|
Lubang kunci
|
3
Buah
|
30.
|
Lubang mata
|
3
Buah
|
31.
|
Lengan
lampiran
|
5
Buah
|
32.
|
Pembungkus
|
10
Buah
|
33.
|
Detektor Jarum
|
3
Buah
|
(Profil PT. Pan Pacific Nesia, 2014).
B.
Analisa
Univariat
1.
Usia
Responden
Distribusi
frekuensi responden berdasarkan usia disajikan pada Tabel 5.4:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
|
Usia
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
|||
1
|
< 35 Tahun
|
183
|
56,3
|
||||
2
|
≥ 35 Tahun
|
142
|
43,7
|
||||
|
Jumlah
|
325
|
100
|
||||
Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa 56,3 %
usia responden ≥ 35 tahun.
2.
Pendidikan Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
disajikan pada Tabel 5.5:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
SD
|
264
|
81,2
|
2
|
SMP
|
45
|
13,8
|
2
|
SMA
|
16
|
4,9
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 5.5, diketahui bahwa 81,2 %
responden berpendidikan SD.
3.
Status
Perkawinan Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status perkawinan disajikan pada Tabel 5.6:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Perkawinan di PT. Pan Pacific Nesia tahun
2014
No
|
Status Perkawinan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
|
1
|
Kawin
|
255
|
78,5
|
|
2
|
|
Tidak Kawin
|
70
|
21,5
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
|
Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa 78,5 %
responden berstatus kawin.
4.
Lama
Kerja Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di PT. Pan Pacific Nesia disajikan
pada Tabel 5.7:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Pan Pacific Nesia
tahun 2014
No
|
Lama kerja
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
|
1
|
< 3 Tahun
|
149
|
45,8
|
|
2
|
≥ 3 Tahun
|
176
|
54,2
|
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
|
|
|
|||
Berdasarkan Tabel 5.7,
diketahui bahwa 54,2 % lama kerja responden ≥ 3 tahun.
5.
Gaji/Bulan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan gaji/bulan disajikan
pada Tabel 5.8:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaji/Bulan di PT. Pan Pacific Nesia
tahun 2014
No
|
Gaji/Bulan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
< UMR Kab.
Subang
|
172
|
52,9
|
2
|
≥ UMR Kab.
Subang
|
153
|
47,1
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa 52,9 %
responden gaji/bulan < UMR
Kabupaten Subang.
6.
Kepunyaan Anak
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak, disajikan pada Tabel 5.9:
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Kepunyaan Anak di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Kepunyaan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Tidak
Mempunyai
|
98
|
30,2
|
2
|
Mempunyai
|
227
|
69,8
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.9, diketahui bahwa 69,8 % responden mempunyai anak.
7.
Status
Kerja
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status kerja, disajikan pada Tabel 5.10:
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kerja di PT. Pan Pacific Nesia
tahun 2014
No
|
Status Kerja
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Kontrak
|
172
|
52,9
|
2
|
Tetap
|
153
|
47,1
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.10,
diketahui bahwa 52,9 % responden
dengan status kerja kontrak.
8.
Frekuensi
Makan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi makan dalam sehari, disajikan
pada Tabel 5.11:
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dalam Sehari di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Frekuensi Makan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
< 3 Kali
|
143
|
44
|
2
|
≥ 3 Kali
|
182
|
56
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa 56 %
responden frekuensi makan dalam
sehari ≥ 3 Kali.
9.
Pelatihan/Kursus
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan/kursus terkait pekerjaan di PT. Pan Pacific
Nesia yang pernah diikuti, disajikan pada Tabel 5.12:
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan/Kursus yang Pernah Diikuti di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Pelatihan/Kursus
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Pernah
|
305
|
93,8
|
2
|
Tidak Pernah
|
20
|
6,2
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui bahwa 93,8
% responden pernah mengikuti pelatihan/kursus terkait
pekerjaannya di PT. Pan Pacific Nesia.
10.
Cakupan
Asuransi Kesehatan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan cakupan dalam anggota asuransi kesehatan, disajikan
pada Tabel 5.13:
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cakupan Asuransi Kesehatan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Cakupan Asuransi Kesehatan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Ya
|
253
|
77,8
|
2
|
Tidak
|
72
|
22,2
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.13, diketahui bahwa 77,8 %
responden tercakup dalam asuransi
kesehatan.
11.
Status
Kesehatan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status kesehatan, disajikan pada Tabel 5.12:
Tabel 5.14
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kesehatan pada 1 Minggu Terakhir di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Status Kesehatan
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Sakit
|
221
|
68
|
2
|
Sehat
|
104
|
32
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.14 , diketahui bahwa 68 % responden mengalami sakit.
12.
Produktivitas
Distribusi frekuensi responden berdasarkan produktivitas kerja, disajikan pada Tabel 5.15:
Tabel 5.15
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja di PT. Pan Pacific Nesia
tahun 2014
No
|
Produktivitas Kerja
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Tidak Produktif
|
161
|
49,5
|
2
|
Produktif
|
164
|
50,5
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.15,
diketahui bahwa 50,5 % responden
termasuk dalam kategori produktif.
13.
Anemia
Gizi Besi
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status anemia gizi besi, disajikan pada
Tabel 5.16:
Tabel 5.16
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Anemia Gizi Besi di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No
|
Status Anemia Gizi Besi
|
Frekuensi (F)
|
Persentase (%)
|
1
|
Anemia
|
214
|
65,8
|
2
|
Normal
|
111
|
34,2
|
|
Jumlah
|
325
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5.16,
diketahui bahwa 65,8 % responden
menderita anemia.
C.
Hubungan
Antara Anemia Gizi Besi dengan Produktivitas Kerja pada
Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014
Hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas
kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang
tahun 2014, disajikan dalam Tabel 5.17:
Tabel 5.17
Analisis Hubungan Antara Anemia Gizi Besi
dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan
Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014
Anemia Gizi Besi
|
Produktivitas Kerja
|
N
|
%
|
p Value
|
|||
Tidak Produktif
|
|
Produktif
|
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
Anemia
|
129
|
80,1
|
85
|
51,8
|
214
|
65,8
|
0,001
|
Normal
|
32
|
19,9
|
79
|
48,2
|
111
|
34,2
|
|
Jumlah
|
161
|
100
|
164
|
100
|
325
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 5.17 diketahui bahwa, dari semua responden yang produktif 51,8
% menderita anemia, dan dari semua responden yang tidak produktif 80,1 %
menderita anemia.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
diperoleh p value 0,001, dimana P value
< α (0,05), artinya adalah ada hubungan
antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi
garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
D.
Keterbatasan
Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasannya yaitu dalam jenis variabel independen lainnya
yang belum dapat diuji secara bivariat yang berhubungan
dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific
Nesia Kabupaten Subang seperti motivasi
kerja, tingkat pendidikan, pelatihan, tingkat penghasilan, kondisi kesehatan
dan keikutsertaan jaminan sosial/asuransi kesehatan, ini dikarenakan
keterbatasan waktu penelitian dan kemampuan peneliti dalam menguji secara
bivariat semua variabel yang berhubungan dengan produktivitas kerja pada
pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah disampaikan, maka penulis akan membahas sebagai
berikut:
1.
Gambaran
anemia gizi besi pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia
Kabupaten Subang tahun 2014.
Berdasarkan Tabel
5.16, diketahui bahwa 65,8 % responden menderita anemia. Hasil penelitian ini tidak
sejalan atau berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Romadhani
(2009) pada tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT. Southern Cross Textile
Industry Jakarta tahun 2009 dimana responden yang menderita anemia sebesar 37,3
%.
Menurut WHO (2005)
anemia merupakan suatu keadaan dimana kondisi Hb menurun atau kurang dari batas
normal. Batasan seorang wanita dikatakan mengalami anemia adalah jika kadar Hb
dibawah 12 gr/dl. Dalam penelitian ini ketentuan kadar Hb dilakukan dengan
menggunakan Easy Touch Hb. Penulis
mengkategorikan status anemia responden menjadi dua kategori, yaitu dikatakan
anemia jika kadar Hb < 12,1 gr/dl dan normal jika Hb ≥ 12,1 gr/dl.
Lebih dari
setengahnya responden menderita
anemia, cukup besarnya responden yang mengalami anemia dibandingkan dengan
responden yang tidak mengalami anemia kemungkinan disebabkan oleh pola konsumsi/frekuensi makan responden
terutama konsumsi makanan bersumber gizi besi. Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa 44 % responden frekuensi makan dalam sehari < 3 Kali.
Kemampuan responden dalam mengkonsumsi makanan bersumber gizi besi ini kemungkinan disebabkan oleh pendapatan responden yang < UMR. Berdasarkan Tabel 5.8,
diketahui bahwa 52,9 % responden gaji/bulan < UMR.
Junadi (2006)
mengemukakan salah satu penyebab anemia adalah karena kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi dan pola makanan/frekuensi makan yang
minimal. Menurut Ravianto (2005), tingkat upah minimal yang berlaku
merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja. Tingkat
upah yang terlalu rendah di bawah standar maka pemenuhan kebutuhan fisik minimum akan menjadi
penghambat produktivitas tenaga kerja.
2.
Gambaran
produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia
Kabupaten Subang tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 5.15, diketahui bahwa 50,5 %
responden termasuk dalam kategori
produktif. Hasil penelitian ini sejalan atau sama hasilnya dengan penelitian
yang dilakukan Romadhani (2009) pada tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT.
Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009 dimana responden yang
produktivitasnya tinggi sebesar 54,7 %.
Hasil
penelitian menunjukan lebih dari setengahnya responden mempunyai produktivitas
yang tinggi (50,5%). Kemungkinan disebabkan karena suasana kerja yang
mendukung, motivasi kerja yang baik, dan mempunyai masa kerja yang cukup,
dimana berdasarkan Tabel 5.7, diketahui bahwa 54,2 % lama kerja responden ≥ 3 tahun. Menurut Robbins (2006), bahwa orang-orang yang telah lama bekerja pada
suatu perusahaan akan lebih produktif dibandingkan dengan orang-orang yang baru.
Hal ini berkaitan dengan keterampilan yang lebih tinggi dalam bekerja dan
tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para pekerja yang telah lama bekerja. Kemungkinan
juga disebabkan oleh keikutsertaan sebagai anggota asuransi kesehatan dimana berdasarkan
Tabel 5.13, diketahui bahwa 77,8 % responden tercakup dalam asuransi kesehatan. Apabila jaminan sosial pegawai
mencukupi maka akan dapat menimbulkan semangat kerja, sehingga mendorong
pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. (Sedarmayanti,
2011: 235).
3.
Hubungan
antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi
Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014
Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa, dari semua responden yang produktif 51,8 % menderita
anemia, dan dari semua responden yang tidak produktif 80,1 % menderita anemia. Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh p value
0,001, dimana P
value < α (0,05), artinya adalah ada
hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada
pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dibuat oleh Widiastuti (2011) berjudul Faktor determinan produktivitas
kerja pada pekerja wanita di PT Asaputex Jaya
Desa Wangandawa Kecamatan
Talang Kabupaten Tegal
pada tahun 2011 didapatkan
hasil adanya hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh dan kadar
hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan
produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Romadhani (2009), menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara status anemia dengan produktivitas tenaga kerja wanita di
bagian Spinning PT. Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009.
Kadar
hemoglobin dapat digunakan untuk menentukan status gizi seseorang dan juga dapat
digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan
keadaan anemia gizi besi. Anemia gizi besi akan menyebabkan rendahnya tingkat
produktivitas kerja. Semakin tinggi kadar hemoglobin semakin baik pula
produktivitas kerja seseorang. Karena fungsi hemoglobin mempengaruhi oksigen otot
dan fungsi sel tubuh pada umumnya, pengurangan kadar tersebut sangat
mempengaruhi ketahanan fisik dan produktivitas kerja. (Anies, 2005: 23).
Menurunnya produktivitas kerja disebabkan oleh dua hal,
yaitu (1) berkurangnya enzim-enzim
yang mengandung besi, dimana
besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam
metabolisme energi, dan (2) menurunnya
hemoglobin darah. Akibatnya,
dimana metabolisme di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat
yang menyebabkan rasa lelah dampak defisiensi besi sangat luas dan berdampak
akan menurunnya produktivitas
kerja. (Almatsier 2002).
Bila
seseorang dalam status anemia maka akan mengalami gejala pucat, mudah lelah,
berdebar, takikardia dan sesak napas. Ditambah lagi dengan tetap harus
melakukan beban kerja yang cukup berat, mengakibatkan tenaga kerja tidak dapat
bekerja dengan optimal, tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya, jatuh
sakit sehingga sering absen atau tidak masuk kerja sehingga berakibat pada
rendahnya produktivitas mereka dan akan berpengaruh pada hasil dan mutu
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.
(Lusia, 2001:54)
Solusi dalam penelitian ini adalah bagi pihak manajemen PT.
Pan Pacific Nesia dilakukannya pemeriksaan Hb pada pekerja secara berkala, monitoring dan evaluasi gizi yang
dilihat dari pemeriksaan antropometri (berat badan, tinggi badan, persentase
lemak tubuh, kadar Hb dan lain-lain) oleh tenaga kesehatan, pemberian tablet Fe
pada pekerja yang terindikasi anemia serta penyuluhan tentang gizi di
perusahaan kepada para tenaga kerja tentang pentingnya mengkonsumsi gizi secara
seimbang, menyediakan kantin dan ruang makan, memberikan makan siang dengan
memperhatikan kebutuhan gizi tenaga
kerja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai hubungan antara anemia
gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan
Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Gambaran
produktivitas
kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang
50.5% termasuk ke dalam kategori
produktif.
2.
Gambaran
anemia pada pekerja produksi garment di
PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang 65.8% termasuk ke dalam kategori anemia.
3.
Terdapat
hubungan
antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi
garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
B.
Saran
1.
Bagi
Perusahaan
a.
Diharapkan
pihak manajemen PT. Pan Pacific Nesia melakukan pemeriksaan Hb pada pekerja secara
berkala.
b.
Pemberian
tablet Fe pada pekerja yang terindikasi anemia
c.
Penyuluhan
tentang gizi kerja di perusahaan kepada para tenaga kerja tentang pentingnya
mengkonsumsi gizi secara seimbang.
d.
Optimalisasi
kantin dan ruang makan, memberikan makan siang di tempat kerja dengan
memperhatikan kebutuhan gizi (energi, protein, zat besi, vitamin C dan
lain-lain) tenaga kerja
2.
Bagi
Pekerja
a.
Diharapkan
pekerja memperhatikan asupan konsumsinya sesuai kebutuhan aktivitasnya
dengan
minimal makan 3 kali sehari.
b.
Ikut dalam penyuluhan dan pelatihan yang
di selenggarakan oleh pihak
manajemen PT. Pan Pacific Nesia
c.
Mendaftar sebagai anggota Asuransi Kesehatan
3.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Subang
Efektivitas program
kesehatan kerja dengan cara kerja sama dengan PT. Pan Pacific Nesia melalui
penyuluhan kesehatan tentang gizi kerja dan pemantauan status gizi pekerja
melalui pemeriksaan kadar Hb darah.
4.
Bagi Dinas Ketenaga kerjaan Kabupaten Subang
Peningkatan
produktivitas pada pekerja dengan cara lomba produktivitas antar
perusahaan, dimana perusahaan
yang produktivitasnya tinggi akan mendapatkan reward dari Ketenaga
kerjaan KabupatenSubang.
Post a Comment