MAKALAH HUBUNGAN ANTARA ANEMIA GIZI BESI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

Posted by GLOBAL MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Saat ini perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dan persaingan pasar yang semakin kuat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk didalamnya masyarakat tenaga kerja. “Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga tenaga kerja dituntut memiliki produktivitas yang tinggi”. (Anies, 2005: 23).
Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih sangat rendah, berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2009 menempatkan Indonesia berada di posisi 83 dari 124 negara. (Kemenakertrans tahun 2011). Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja tahun 2010, produktivitas pekerja di Jawa Barat tahun 2010 berdasarkan nilai rupiah per orang yaitu Rp. 18.998.692,- per orang. Jawa Barat menempati urutan ke 10 dimana DKI Jakarta (Rp. 84.363.432,- per orang), Kalimantan Timur (Rp. 74.615.309,- per orang), Kepulauan Riau (Rp. 70.227.793,- per orang), Riau (Rp. 45.023.823,- per orang), Papua Barat (Rp. 27.399.520,- per orang) Sulawesi Utara (Rp. 19.606.405,- per orang), Sumatera Utara (Rp. 19.336.781,- per orang), Banten (Rp. 19.287.316,- per orang), Sumatera Barat (Rp. 19.039.778,- per orang) (Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan, Direktorat Jenderal Bina Pelatihan dan Produktivitas, diolah Pusdatinaker tahun 2013).
Produktivitas kerja salah satunya dapat dipengaruhi oleh gizi. Apabila pekerja dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja dan mempunyai semangat yang tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. (Sedarmayanti, 2011: 232). Produktivitas kerja setiap orang tidak sama, salah satunya tergantung dari tersedianya zat gizi di dalam tubuh. Kekurangan konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja, terutama apabila pekerja mengalami anemia gizi besi. Karena fungsi hemoglobin (Hb) mempengaruhi oksigen otot dan fungsi sel tubuh pada umumnya, pengurangan kadar tersebut sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan produktivitas kerja. (Anies, 2005: 23).
Produktivitas kerja pada wanita juga dapat dipengaruhi oleh status anemia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, didapatkan bahwa proporsi anemia berdasarkan jenis kelamin pada perempuan (23,9%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (18,4%). Pekerja wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia gizi. Hal itu disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan dan pekerjaan yang berat, serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami menstruasi. Salah satu tanda seseorang mengalami anemia dapat dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin yang menunjukkan angka kurang dari normal. Penelitian yang dibuat oleh Widiastuti (2011) berjudul faktor determinan produktivitas kerja pada pekerja wanita di  PT Asaputex  Jaya  Desa  Wangandawa  Kecamatan  Talang  Kabupaten  Tegal  pada tahun 2011 didapatkan hasil adanya hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja. Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh Dyahumi dan Ulfah (2012) pada salah satu perusahaan penghasil bulu mata palsu di Purbalingga didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja mengalami defisit konsumsi energi. Setelah diuji dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan mempunyai probabilitas 75,57 % (apabila variabel yang dimasukkan hanya energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi, protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan. Hasil penelitian Romadhani (2009), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status anemia dengan produktivitas  tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT. Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009.
PT. Pan Pacipic Nesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Garment, dimana produk utamanya adalah celana dan anyaman kain. (http://www.panpacific.co.kr/). Berdasarkan studi pendahuluan, bahwa PT. Pan Pacipic Nesia mempunyai tenaga kerja wanita yang cukup banyak, terutama di bagian produksi mayoritas pekerja wanita (70%) dari seluruh tenaga kerja. Keadaan anemia di perusahaan ini belum pernah diadakan penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data produktivitas PT Pan Pacific Nesia tahun 2013, pencapaian produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,760,000 pacs, sedangkan target produksinya adalah 6,000,000 pacs. Jadi, masih terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian produksi di PT. Pan Pacific Nesia. (Profil PT. Pan Pacific Nesia tahun 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Anemia Gizi Besi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014”

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut; “Adakah Hubungan Antara Anemia Gizi Besi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014”?

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Gambaran Umum PT. Pan Pacific Nesia
PT. Pan Pacific Nesia didirikan di Jakarta pada bulan Desember tahun 1990, yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan strategi globalisasi. Pada bulan Oktober tahun 2008, PT. Pan Pacific Nesia pindah ke Kabupaten Subang dengan tujuan memperluas skala pemasaran dengan memiliki 16 lini produksi dilengkapi dengan mesin terbaru sehingga dapat meningkatkan kompetitifitas industri dan mencapai produk kualitas terbaik. Disamping itu, PT. Pan Pacific Nesia telah menjadi contoh yang baik dari sebuah pabrik yang tidak hanya memiliki keterampilan akumulasi produksi dengan fasilitas terbaru dan manajemen pabrik mengetahui bagaimana, tetapi juga terus meningkatkan produktivitas. PT. Pan Pacific Nesia terletak di Jalan Raya Panpura Kampung Marga Jaya RT 001/RW 05 Desa Ciasem Hilir Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Jawa Barat. PT. Pan Pacific Nesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garment, dimana produk utamanya adalah celana, jaket dan anyaman kain dengan kapasitas produksi yaitru 24.000 paks/hari, 480.000 paks/bulan dan 5.760.000 paks/tahun. PT. Pan Pacific Nesia memiliki luas lahan dan luas bangunan yaitu 19.491 M2 dan 10.608 M2. (http://www.panpacific.co.kr/).
1.         Jumlah dan Komposisi SDM
a.         Jumlah SDM       
Jumlah SDM PT. Pan Pacific Nesia berjumlah 2.091 orang dengan perincian-perinciannya, dapat disajikan pada Tabel 5.1:
Tabel 5.1
Jumlah SDM PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Divisi
Jumlah
1
Sampel
18 orang
2
Pemeriksaan
169 orang
3
Pemotongan
120 orang
4
Office
64 orang
5
Jahit
1.361 orang
6
Finishing
240 orang
7
Lain-lain
119 orang
                                Jumlah        
2.091

b.         Komposisi Pekerja
Komposisi pekerja berdasarkan status kerja, dapat disajikan pada Tabel 5.2:
Tabel 5.2
Komposisi Pekerja PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014
No.
Status Kerja
Jumlah
Persentase (%)
1
Kontrak 1 tahun
475 orang
23
2
Kontrak 2 tahun
725 orang
35
3
     Pekerja tetap
891 orang
42
                                Jumlah   
2.091
100

2.         Fasilitas dan Insentif
Fasilitas dan insentif yang diberikan PT. Pan Pacific Nesia kepada karyawannya yaitu bonus lembur, tunjangan jabatan, seragam, klinik perusahaan, air minum, ruang ber-AC, rumah sakit perusahaan, medical chek up, makan siang (catering) dan transportation.
3.         Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin dan peralatan produksi yang terdapat di PT. Pan Pacific Nesia, disajikan pada Tabel 5.3:
Tabel 5.3
Mesin dan Peralatan Produksi PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No.
Mesin/Peralatan
Jumlah
1.       
Meja potong
8 Buah
2.       
Mesin potong
10 Buah
3.       
Pisau Band
2 Buah
4.       
Fussing tekan
3 Buah
5.       
Auto Spred
2 Buah
6.       
Mesin jahit
658 Buah
7.       
Jarum jahit 2
127 Buah
8.       
Jarum jahit 3
3 Buah
9.       
Besi
120 Buah
10.   
Meja kosong
70 Buah
11.   
Penarik
11 Buah
12.   
Uap tekan
15 Buah
13.   
Overlock
16 Buah
14.   
Interlock
105 Buah
15.   
Bar penyambungan
50 Buah
16.   
Buttining
18 buah
17.   
Perenggang tombol
12 Buah
18.   
Lubang tombol
14 Buah
19.   
Rantai stik
14 Buah
20.   
Pelana stik
2 Buah
21.   
Zigzag stik
2 Buah
22.   
Vacum tekan
2 Buah
23.   
Kosi ura
1 Buah
24.   
Welting
12 Buah
25.   
Penguji tekanan air
5 Buah
26.   
Lampiran velcro
2 Buah
27.   
Patern former
2 Buah
28.   
Jumping
2 Buah
29.   
Lubang kunci
3 Buah
30.   
Lubang mata
3 Buah
31.   
Lengan lampiran
5 Buah
32.   
Pembungkus
10 Buah
33.   
Detektor Jarum
3 Buah
       (Profil PT. Pan Pacific Nesia, 2014).
B.       Analisa Univariat
1.         Usia Responden
          Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia disajikan pada Tabel 5.4:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No

Usia
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
< 35 Tahun
183
56,3

2
≥ 35 Tahun
142
43,7


Jumlah
     325
100

Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa 56,3 % usia responden ≥ 35 tahun.
2.        Pendidikan Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 5.5:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Pendidikan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
SD
264
81,2
2
SMP
45
13,8
2
SMA
16
4,9

Jumlah
325
100
      
Berdasarkan Tabel 5.5, diketahui bahwa 81,2 % responden berpendidikan SD.
3.         Status Perkawinan Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status perkawinan disajikan pada Tabel 5.6:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Status Perkawinan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Kawin
255
78,5
2

Tidak Kawin
70
21,5

Jumlah
325
100
Berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa 78,5 % responden berstatus kawin.
4.        Lama Kerja Responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di PT. Pan Pacific Nesia disajikan pada Tabel 5.7:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Lama kerja
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
< 3 Tahun
149
45,8
2
3 Tahun
176
54,2

Jumlah
325
100



Berdasarkan Tabel 5.7, diketahui bahwa 54,2 % lama kerja responden ≥ 3 tahun.
5.         Gaji/Bulan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan gaji/bulan disajikan pada Tabel 5.8:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaji/Bulan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Gaji/Bulan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
< UMR Kab. Subang
172
52,9
2
UMR Kab. Subang
153
47,1

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa 52,9 % responden gaji/bulan < UMR Kabupaten Subang.

6.         Kepunyaan Anak
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak, disajikan pada Tabel 5.9:
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepunyaan Anak di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Kepunyaan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Tidak Mempunyai
98
30,2
2
Mempunyai
227
69,8

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.9, diketahui bahwa 69,8 % responden mempunyai anak.
7.         Status Kerja
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status kerja, disajikan pada Tabel 5.10:
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kerja di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Status Kerja
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Kontrak
172
52,9
2
Tetap
153
47,1

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.10, diketahui bahwa 52,9 % responden dengan status kerja kontrak.
8.         Frekuensi Makan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi makan dalam sehari, disajikan pada Tabel 5.11:

Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dalam Sehari di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Frekuensi Makan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
< 3 Kali
143
44
2
3 Kali
182
56

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa 56 % responden frekuensi makan dalam sehari 3 Kali.
9.         Pelatihan/Kursus
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan/kursus terkait pekerjaan di PT. Pan Pacific Nesia yang pernah diikuti, disajikan pada Tabel 5.12:
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan/Kursus yang Pernah Diikuti di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Pelatihan/Kursus
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Pernah
305
93,8
2
Tidak Pernah
20
6,2

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui bahwa 93,8 % responden pernah mengikuti pelatihan/kursus terkait pekerjaannya di PT. Pan Pacific Nesia.
10.     Cakupan Asuransi Kesehatan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan cakupan dalam anggota asuransi kesehatan, disajikan pada Tabel 5.13:
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cakupan Asuransi Kesehatan di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Cakupan Asuransi Kesehatan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Ya
253
77,8
2
Tidak
72
22,2

Jumlah
325
100
Berdasarkan Tabel 5.13, diketahui bahwa 77,8 % responden tercakup dalam asuransi kesehatan.
11.     Status Kesehatan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status kesehatan, disajikan pada Tabel 5.12:
Tabel 5.14
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kesehatan pada 1 Minggu Terakhir di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Status Kesehatan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Sakit
221
68
2
Sehat
104
32

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.14 , diketahui bahwa 68 % responden mengalami sakit.
12.     Produktivitas
Distribusi frekuensi responden berdasarkan produktivitas kerja, disajikan pada Tabel 5.15:
Tabel 5.15
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Produktivitas Kerja
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Tidak Produktif
161
49,5
2
Produktif
164
50,5
Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.15, diketahui bahwa 50,5 % responden termasuk dalam kategori produktif.

13.     Anemia Gizi Besi
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status anemia gizi besi, disajikan pada Tabel 5.16:
Tabel 5.16
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Anemia Gizi Besi di PT. Pan Pacific Nesia tahun 2014

No
Status Anemia Gizi Besi
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Anemia
214
65,8
2
Normal
111
34,2

Jumlah
325
100

Berdasarkan Tabel 5.16, diketahui bahwa 65,8 % responden menderita anemia.

C.       Hubungan Antara Anemia Gizi Besi  dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014
Hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014, disajikan dalam Tabel 5.17:
Tabel 5.17
Analisis Hubungan Antara Anemia Gizi Besi  dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014

Anemia Gizi Besi
Produktivitas Kerja
N
%
p Value
Tidak Produktif

Produktif

F
%
F
%
Anemia
129
80,1
85
51,8
214
65,8
0,001
Normal
32
19,9
79
48,2
111
34,2
Jumlah
161
100
164
100
325
100
           
            Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa, dari semua responden yang produktif 51,8 % menderita anemia, dan dari semua responden yang tidak produktif 80,1 % menderita anemia.
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh p value 0,001, dimana P value < α (0,05), artinya adalah ada hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
D.       Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasannya yaitu dalam jenis variabel independen lainnya yang belum dapat diuji secara bivariat yang berhubungan dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang seperti motivasi kerja, tingkat pendidikan, pelatihan, tingkat penghasilan, kondisi kesehatan dan keikutsertaan jaminan sosial/asuransi kesehatan, ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan kemampuan peneliti dalam menguji secara bivariat semua variabel yang berhubungan dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
E.       Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan, maka penulis akan membahas sebagai berikut:
1.         Gambaran anemia gizi besi pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 5.16, diketahui bahwa 65,8 % responden menderita anemia. Hasil penelitian ini tidak sejalan atau berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Romadhani (2009) pada tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT. Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009 dimana responden yang menderita anemia sebesar 37,3 %.
Menurut WHO (2005) anemia merupakan suatu keadaan dimana kondisi Hb menurun atau kurang dari batas normal. Batasan seorang wanita dikatakan mengalami anemia adalah jika kadar Hb dibawah 12 gr/dl. Dalam penelitian ini ketentuan kadar Hb dilakukan dengan menggunakan Easy Touch Hb. Penulis mengkategorikan status anemia responden menjadi dua kategori, yaitu dikatakan anemia jika kadar Hb < 12,1 gr/dl dan normal jika Hb ≥ 12,1 gr/dl.
Lebih dari setengahnya responden menderita anemia, cukup besarnya responden yang mengalami anemia dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami anemia kemungkinan disebabkan oleh pola konsumsi/frekuensi makan responden terutama konsumsi makanan bersumber gizi besi. Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa 44 % responden frekuensi makan dalam sehari < 3 Kali. Kemampuan responden dalam mengkonsumsi makanan bersumber gizi besi ini kemungkinan disebabkan oleh pendapatan responden yang < UMR. Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa 52,9 % responden gaji/bulan < UMR.
Junadi (2006) mengemukakan salah satu penyebab anemia adalah karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan pola makanan/frekuensi makan yang minimal. Menurut Ravianto (2005), tingkat upah minimal yang berlaku merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tenaga kerja. Tingkat upah yang terlalu rendah di bawah standar maka pemenuhan kebutuhan fisik minimum akan menjadi penghambat produktivitas tenaga kerja.
2.         Gambaran produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 5.15, diketahui bahwa 50,5 % responden termasuk dalam kategori produktif. Hasil penelitian ini sejalan atau sama hasilnya dengan penelitian yang dilakukan Romadhani (2009) pada tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT. Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009 dimana responden yang produktivitasnya tinggi sebesar 54,7 %.
Hasil penelitian menunjukan lebih dari setengahnya responden mempunyai produktivitas yang tinggi (50,5%). Kemungkinan disebabkan karena suasana kerja yang mendukung, motivasi kerja yang baik, dan mempunyai masa kerja yang cukup, dimana berdasarkan Tabel 5.7, diketahui bahwa 54,2 % lama kerja responden ≥ 3 tahun. Menurut Robbins (2006), bahwa orang-orang yang telah lama bekerja pada suatu perusahaan akan lebih produktif dibandingkan dengan orang-orang yang baru. Hal ini berkaitan dengan keterampilan yang lebih tinggi dalam bekerja dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para pekerja yang telah lama bekerja. Kemungkinan juga disebabkan oleh keikutsertaan sebagai anggota  asuransi kesehatan dimana berdasarkan Tabel 5.13, diketahui bahwa 77,8 % responden tercakup dalam asuransi kesehatan. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat menimbulkan semangat kerja, sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. (Sedarmayanti, 2011: 235).
3.         Hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi Garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014
Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa, dari semua responden yang produktif 51,8 % menderita anemia, dan dari semua responden yang tidak produktif 80,1 % menderita anemia.            Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh p value 0,001, dimana P value < α (0,05), artinya adalah ada hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Widiastuti (2011) berjudul Faktor determinan produktivitas kerja pada pekerja wanita di  PT Asaputex  Jaya  Desa  Wangandawa  Kecamatan  Talang  Kabupaten  Tegal  pada tahun 2011 didapatkan hasil adanya hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Romadhani (2009), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status anemia dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian Spinning PT. Southern Cross Textile Industry Jakarta tahun 2009.
Kadar hemoglobin dapat digunakan untuk menentukan status gizi seseorang dan juga dapat digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan keadaan anemia gizi besi. Anemia gizi besi akan menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas kerja. Semakin tinggi kadar hemoglobin semakin baik pula produktivitas kerja seseorang. Karena fungsi hemoglobin mempengaruhi oksigen otot dan fungsi sel tubuh pada umumnya, pengurangan kadar tersebut sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan produktivitas kerja. (Anies, 2005: 23).           
Menurunnya produktivitas kerja disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) berkurangnya  enzim-enzim yang  mengandung  besi, dimana  besi  sebagai  kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, dan (2) menurunnya  hemoglobin  darah. Akibatnya, dimana metabolisme di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah dampak defisiensi besi sangat luas dan berdampak akan menurunnya  produktivitas kerja.  (Almatsier 2002).
Bila seseorang dalam status anemia maka akan mengalami gejala pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia dan sesak napas. Ditambah lagi dengan tetap harus melakukan beban kerja yang cukup berat, mengakibatkan tenaga kerja tidak dapat bekerja dengan optimal, tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya, jatuh sakit sehingga sering absen atau tidak masuk kerja sehingga berakibat pada rendahnya produktivitas mereka dan akan berpengaruh pada hasil dan mutu produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.  (Lusia, 2001:54)
Solusi dalam penelitian ini adalah bagi pihak manajemen PT. Pan Pacific Nesia dilakukannya pemeriksaan Hb pada pekerja secara berkala, monitoring dan evaluasi gizi yang dilihat dari pemeriksaan antropometri (berat badan, tinggi badan, persentase lemak tubuh, kadar Hb dan lain-lain) oleh tenaga kesehatan, pemberian tablet Fe pada pekerja yang terindikasi anemia serta penyuluhan tentang gizi di perusahaan kepada para tenaga kerja tentang pentingnya mengkonsumsi gizi secara seimbang, menyediakan kantin dan ruang makan, memberikan makan siang dengan memperhatikan kebutuhan gizi tenaga kerja.

BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.         Gambaran produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang 50.5% termasuk ke dalam kategori produktif.
2.         Gambaran anemia pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang 65.8% termasuk ke dalam kategori anemia.
3.         Terdapat hubungan antara anemia gizi besi dengan produktivitas kerja pada pekerja produksi garment di PT. Pan Pacific Nesia Kabupaten Subang tahun 2014.

B.         Saran
1.         Bagi Perusahaan
a.         Diharapkan pihak manajemen PT. Pan Pacific Nesia melakukan pemeriksaan Hb pada pekerja secara berkala.
b.         Pemberian tablet Fe pada pekerja yang terindikasi anemia
c.         Penyuluhan tentang gizi kerja di perusahaan kepada para tenaga kerja tentang pentingnya mengkonsumsi gizi secara seimbang.
d.        Optimalisasi kantin dan ruang makan, memberikan makan siang di tempat kerja dengan memperhatikan kebutuhan gizi (energi, protein, zat besi, vitamin C dan lain-lain) tenaga kerja
2.         Bagi Pekerja
a.         Diharapkan pekerja memperhatikan asupan konsumsinya sesuai kebutuhan aktivitasnya dengan minimal makan 3 kali sehari.
b.         Ikut dalam penyuluhan dan pelatihan yang di selenggarakan oleh pihak manajemen PT. Pan Pacific Nesia
c.         Mendaftar sebagai anggota Asuransi Kesehatan
3.         Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Subang
Efektivitas program kesehatan kerja dengan cara kerja sama dengan PT. Pan Pacific Nesia melalui penyuluhan kesehatan tentang gizi kerja dan pemantauan status gizi pekerja melalui pemeriksaan kadar Hb darah.
4.         Bagi Dinas Ketenaga kerjaan Kabupaten Subang
Peningkatan produktivitas pada pekerja dengan cara lomba produktivitas antar perusahaan, dimana perusahaan yang produktivitasnya tinggi akan mendapatkan reward dari Ketenaga kerjaan KabupatenSubang.

Related Post



Post a Comment