MAKALAH
IMPLIKASI
DAN PENILAIAN KEGIATAN PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DI TAMAN
KANAK KANAK
Untuk download file view yang ada di bawah ini anda bisa download di bawah ini :
======================================================================
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mendidik
anak pada masa usia dini tidak sama dengan orang dewasa, anak usia dini
memiliki keunikan dan karakter yang berbeda dengan orang dewasa. Makalah ini akan menguraikan implikasi
kegiatan pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan di taman kanak-kanak,
lingkungan lembaga AUD dan masyarakat. Melalui makalah ini kita akan memperoleh
tentang idalam kegiatan implikasi pengembangan/
pembelajaran, contoh penyusunan strategi pengembangan, implikasi dalam
kurikulum TK, hakikat krusial, peran guru sebagai pendidik karakter peran dan
fungsi pendidikan moral, dan nilai-nilai agama bagi anak TK, sehingga kita
dapat menyelenggarakan proses pendidikan untuk perkembangan moralitas dan
nilai-nilai keagamaan pada anak usia dini dengan baik.
Melalui
makalah ini pula akan memperoleh analisis tentang implikasi pengembangan moral
dan nilai-nilai keagamaan di lingkungan TK dan masyarakat yang sangat berarti
bagi guru dan anak usia dini sehingga kita dapat memahami proses, prosedur dan
alternative penggunaan instrument penilaian. Manfaat yang secara langsung akan diperoleh setelah mempelajari makalah
ini adalah memahami hakikat implikasi kegiatan pengembangan moral dan
nilai-nilai keagamaan di TK dan memperoleh manfaat kajian tentang fenomena
social di masyarakat, pergeseran nilai dan kelonggaran masyarakat terhadap
fenomena social yang mengkhawatirkan, pengaruh berbagai program TV dengan
kemasan acara anak, serta upaya sekolah dalam menanggulangi pengaruh lingkungan
masyarakat yang kurang kondusif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
implikasi kegiatan pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan di TK?
2. Bagaimana
implikasi kegiatan pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan di lingkungan
lembaga AUD dan masyarakat?
3. Bagaimana
penilaian pada pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada anak usia
dini?
C. TUJUAN
1. Dapat
mengetahui implikasi kegiatan pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan di
TK
2. Dapat
mengetahui implikasi kegiatan pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan di
lingkungan lembaga AUD dan masyarakat
3. Dapat
mengetahui penilaian pada pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada
anak usia dini
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
IMPLIKASI
KEGIATAN PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DI TAMAN KANAK-KANAK
1. Implikasi Kegiatan Pengembangan
atau Pembelajaran
a.
Implikasi dalam Kegiatan Pengembangan
atau Pembelajaran
Prinsip-prinsip
dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam implikasi materi pengembangan
nilai-nilai agama bagi anak TK, diantaranya:
Prinsip penekanan pada aktivitas anak
sehari-hari
Prinsip pentingnya keteladanan dari
lingkungan dan orang tua/keluarga anak
Prinsip kesesuaian dengan kurikulum
spiral
Prinsip developmentally appropriate
practice DAP)
Prinsip psikologi perkembangan anak
Prinsip monitoring yang rutin
b.
Implikasi/Contoh Penyusunan Strategi
Latihan Hidup Tertib dan Teratur
Untuk membangun
kebiasaan hidup tertib dan teratur, pendidik dapat melakukan pendekatan dan
strategi sebagai berikut:
ü Anak
diajak untuk melihat gambar dan bercerita tentang gambar tersebut.
ü Anak
dituntun untuk menuliskan jawabannya.
ü Target
dasarnya adalah menanamkan pentingnya bangun pagi dan tidak tidur
terlambat/terlalu malam.
Aturan dalam Melatih Sosialisasi
Untuk membiasakan
perilaku anak agar dapat bersosialisasi dengan baik, pendidik dapat melakukan
hal-hal berikut:
ü Membaca
tulisan dan mengajak anak untuk mengulanginya.
ü Menekankan
bahwa mengucapkan salam, baik kepada orang tua, guru, maupun teman adalah
bagian dari sopan santun dalam bergaul.
ü Menunjukkan
cara mengucapkan salam yang lain, misalnya berdasarkan agama atau adat istiadat
setempat.
Menanamkan Sikap Tenggang Rasa dan
Toleransi
Untuk mengenalkan
bahwa di sekeliling anak ada orang lain yang perlu diperhatikan dan dihormati,
pendidik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
ü Meminta
anak untuk menentukan gambar yang menunjukkan perilaku baik.
ü Mendorong
anak agar dapat memberikan alasan dari penentuan gambar perilaku tersebut.
ü Menekankan
pentingnya memiliki tenggang rasa dan toleransi antarsesama manusia.
Merangsang Sikap Berani, Bangga,
Bersyukur, dan Bertanggung Jawab
Untuk
menumbuhkan sikap bertanggung jawab pada diri anak, pendidik dapat melakukan
hal-hal berikut:
ü Anak
diajak untuk memperhatikan gambar dan menceritakan apa yang dilihat pada gambar.
ü Mengajukan
pertanyaan dan mendorong anak untuk menjawab.
ü Menanamkan
pentingnya mematikan keran air setelah digunakan. Upayakan agar penjelasan dikaitkan
dengan ketersediaan air tawar di bumi.
Latihan Pengendalian Emosi
Untuk menanamkan
sikap pengendalian diri dari segala kehendak yang ada pada anak, pendidik dapat
melakukan hal-hal berikut:
ü Meminta
pendapat anak tentang cerita dalam gambar yang telah dijelaskan guru.
ü Anak
diminta menentukan perilaku tidak baik yang ada dalam gambar.
ü Anak
didorong untuk dapat memberikan alasan atas pilihannya itu.
Melatih Anak Untuk Dapat Menjaga Diri
Sendiri
Agar dapat
menanamkan kebiasaan anak untuk bersikap baik dalam kegiatan, guru dapat
melakukan hal-hal berikut:
ü Mendorong
anak untuk menceritakan pengalamannya saat membaca dan menceritakan kembali apa
yang dibaca.
ü Menekankan
cara membaca yang baik.
ü Mendorong
anak untuk mulai belajar membaca dengan cara dan sikap yang benar
c.
Implikasi Dalam Kurikulum Taman
Kanak-Kanak
Materi inti yang
akan disajikan merupakan hasil analisis dari substansi garis-garis besar
program kegiatan belajar TK, kurikulum berbasis kompetensi, dan menu
pembelajaran bagi anak usia dini (prasekolah).
d.
Substansi Pesan (Materi Inti)
Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Keagamaan Dari Garis-Garis Besar Program
Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak
Pembentukan
perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud meliputi moral agama, Pancasila,
perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat, dan disiplin.
e.
Substansi Pesan (Materi Inti)
Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Keagamaan Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut versi
kurikulum berbasis kompetensi untuk tingkat taman kanak-kanak, dalam hal
pengembangan moral bagi anak TK, dikenal istilah pengembangan moral dan
nilai-nilai agama (kurikulum berbasis kompetensi TK, 2003: 39-40).
f.
Substansi Pesan (Materi Inti)
Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Keagamaan Dari Menu Pembelajaran Anak Usia
Dini (Prasekolah)
Kompetensi dan
hasil belajar yang ingin dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai
agama adalah kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan
Tuhan, dan mencintai sesama (Acuan Menu Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini,
Diklusepa, 2002: 14 & 21-23).
g.
Implikasi bagi Guru, Anak, dan Orang
Tua, serta Sekolah (TK)
Pendidikan
dalam keluarga, baik berupa perhatian penuh, intensitas pertemuan yang efektif,
maupun komunikasi yang baik di antara orang tua dan anak, akan turut membantu
membentuk pendidikan karakter anak didik menjadi manusia yang berbudi pekerti
luhur, seperti yang kita harapkan.
2. Nilai-nilai Krusial dalam
Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama di TK
a.
Hakikat Krusial
Menurut
kamus bahasa Inggris (John Echols, 2007), krusial diartikan dengan hal-hal yang
penting sekali, kritis, atau gawat. Dengan demikian, pada makalah ini akan
dipaparkan berbagai hal yang menyebabkan penting dan kritisnya pengembangan
moral dalam pandangan ilmu pendidikan.
b.
Peran
Guru sebagai Pendidik Karakter
Menurut
Doni Koesoema (2009), guru berperan bukan hanya sebagai pelaku perubahan yang
menggerakkan roda transformasi sosial ekonomi dalam masyarakat. Lebih dari itu,
guru bisa memiliki peranan uatama sebagai pendidik karakter. Guru bukan saja
mengubah hidup anak, tetapi juga memperkaya dan memperkokoh kepribadian siswa
menjadi insan berkeutamaan karena memiliki nilai-nilai yang ingin diperjuangkan
dan diwujudkan dalam masyarakat. Guru bukan saja mengubah anak didik menjadi
pandai, melainkan membekali mereka dengan keutamaan dan nilai-nilai yang
mempersiapkan mereka menjadi insan yang bertanggungjawab terhadap diri sendiri,
orang lain, dan masyarakat. Sebagai pendidik karakter, guru membekali anak
didik dengan nilai-nilai yang berguna bagi hidupnya sekarang dan yang akan
datang. Dengan menjadi pendidik
karakter, guru mengukuhkan dirinya sebagai pelaku perubahan yang sesungguhnya.
c. Peran dan Fungsi Pendidikanan Moral
dan Nilai-nilai Agama bagi Anak TK
Anak dianugerahi
oleh Tuhan piranti panca indera, melalui pemberdayaan panca indera tersebut
secara otomatis apabila mendapat stimulasi akan mampu menangkap berbagai
pengetahuan melalui sensor saraf yang selanjutnya dikoneksikan dalam sel saraf
yang ada dalam otak manusia. Stimulasi dapat juga dikembangkan dengan proses
pembiasaan penerapan nilai- nilai moral dan agama, dengan memberdayakan seluruh
panca indera yang ada dampak pengiring yang akan muncul adalah dengan
terwarnainya pola pikir anak usia dini dengan nuansa moralitas dan agamis yang
tercermin dalam pembiasaan sikap dan aktifitas.
Landasan pokok
demikian apabila dikelola dengan proporsional dan professional pengalaman hidup
di awal-awal masa kelahirannya didunia semakin baik karena naluri
kemanusiaannya sudah mampu dibalut dengan norma, moralitas dan nilai-nilai
keagamaan.
Anak memiliki
dasar latar belakang yang beda , namun sebagai praktisi pendidikan seyogyanya
kita memiliki sensitifitas terhadap berbagai gejala perilaku anak yang muncul
pada saat dilingkungan sekolah
B.
IMPLIKASI
KEGIATAN PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN DI LINGKUNGAN LEMBAGA AUD
DAN MASYARAKAT
1. Analisis Terhadap Realitas Sosial Pendidikan
Berdasarkan hasil
observasi sederhana melalui beberapa rekaman guru di beberapa sekolah, saat ini
ada fenomena bahwa telah terjadi
pergeseran paradigm di antara para orang tua yang memanfaatkan keberadaan dana
BOS dengan sikap yang kurang proporsional. Terkesan Karena ada dana BOS dan
sekolah gratis, ada kecenderungan membiarkan anaknya, mengurangi intensitas
perhatiannya, bahkan masa bodoh dengan
hasil atau prestasi anaknya.
Sisi lain dari realitas
penyelenggaraan pendidikan di negeri ini, sekarang banyak kita temukan
keberadaan sekolah yang menurut ukulan
kasat mata ataupun pertimbangan ilmu pendidikan kurang pas. Pengelolaaan
system pendidikan tidak cukup hanya didukung oleh sarana dan prasarana fisik
belaka. Sebaik apa pun dukungan fisik, apa bila kita melupakan pengaruh
lingkungan di sekitar sekolah, hal itu juga menurunkan kualitaas hasil belajar
di sekolah hal ini menurunkan kualitas
hasil belajar atau pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun
peseta didik memerlukan suasana yang kondusif, memerlukan lukan kosentrasi,
memerlukan focus dalam berfikir, serta memerlukan model dan keteladan dari
semua anak yang anak didik lihat, dengar, dan rasakan. Mereka masih berada
dalam masa mudah meniru. Aanak didik masih sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari orangn-orang yang
lebih dewasa untuk dapatr menjadi manusia baik dan berilmu. Peranan guru dalam
menerapkan pendekatan dan strategi belajar
memang sangat penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah dukungan
dari lingkungan sekitar. Anak didik tidak saja belajara dari apa yang
disampaikan atau dipelajarinya bersama guru, mereka juga belajar dari apa yang
mereka lihat, mereka tangkap, dan mereka rasakan dai lingkungan sekitarnya.
2. Analisis
Sekolah Yang Baik
Sekolah yang diperlukan
buat pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini tidak selalu harus yang mahal
dan mewah. Tidak pula harus selalu dilengkapi dengan macam-macam jenis
permainan indoor ataupun outdoor. Namun, yang perlu diperhatikan
adalah efektifitas program sekolah agar senantiasa dapat membentuk
keperibadian anak yang bermoral,
berahlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berkarakter
bangsa.
Dalam realisasinya,
proses pembelajaran telah dilengkapi dengan standar kompetensi PAUD tahun 2004
dan semuanya mengarah pada enam pembangunan dasar:
1.
Moral dannilai
agama
2.
Sosial,
emosional, dan kemandirian,
3.
Kemampuan
bahasa,
4.
Kognitif,
5.
Fissik/motoric,
6.
Seni.
Menurut para ahli,
lingkungan sekolah yang baik khususnya bagi anak usia dini, di samping perlu
memperhatikan lingkungan fisik, juga perlu memiliki program yang jelas,
terukur, dan berkesinambungan. Proggram-program tersebut harus bersifat
komprehensif.
Table 11.2 10 tanda sekolah untuk PAUD yang baik
NO
|
TANDA
|
1
|
Anak-anak menggunakan sebagian besar
waktunya untuk bermain, mengerjakan material pembelajaran dan bersosialisasi
dengan anak lain.
|
2
|
Anak-anak dapat memperoleh
berkesempatan untuk mencoba bermacam-macam aktifitas sepanjang hari
|
3
|
Guru mengajarkan anak secara individu,
kelompok kecil dan seluruh grup dalam waktu yang berbeda dalam hari yang
sama.
|
4
|
Kelas anak didekorasi prakarya
orisinil anak.
|
5
|
Anak anak belajar konsep angka dan
alphabet dan konteks pengalamanya sehari-hari.
|
6
|
Anak-anak mengerjakan proyek (dalam
waktu minimal 1 jam) untuk bermain dan melakukan eksplorasi. Lembar kerja
sebaiknya diberikan seminimal mungkin
|
7
|
Anak-anak memiliki kesempatan bermain
diluar ruangan setiap hari.
|
8
|
Guru membacakan buku untuk murid baik
secara individu maupun dalam kelompok kecil.
|
9
|
Guru menyadari bahwa murid memiliki
latar belakang dan pengalaman yang berbeda sehingga mera tidak dapat
mempelajari hal yang sama dalam waktu yang sama dan dengan orang yang sama.
|
10
|
Anak dan orang tua tidak sabar ingin
pergi ke sekolah. Orang tua merasa aman menyekolahkan anak di tempat yang
tepat. Anak merasa gembira , jarang menangis dan mengeluh merasa sakit.
|
Sumber: The Nation Association For The Education Of
Young Children (NAEYC)
Dalam proses pengembangan diharapkan anak didik mampu melakukan
kerja sama dalam kelompok. Kompetensi kerja sama dalam kelompok adalah suatu
target yang memungkinkan berhasil setelah adanya kemampuan anak didik
bersosialisasi dengan sesamanya. Kerja kelompok
adalah proses pendidikan dan sekaligus proses pembentukan moralitas.
Dalam kegiatan kelompok , ada pelajaran bekerja sama, saling memahami, saling
membantu, toleransi, dan bertanggung jawab.
3. Analisis
Berbagai Tentang Sekolah
Pada saat anak berada
di lembaga PAUD, mereka banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan,
bahkan pembiasaan berprilaku mulia. Akan tetapi, begitu anak didik keluar dari
pintu gerbang lembaga, mereka harus berhadapan dengan berbagai tontonan aneka
ragam perilaku dan pengaruh negative yang justru lebih adaptif dan mudah
diterima oleh anak didik.
Besar kemungkina anak
usia dini lebih mudah meniru, mencontoh, dan mencoba segala sesuatu yang
ditangkapnya dari pengaruh kehidupan ini, tanpa banyak pertimbangan. Sekolah
yang menampung anak usia dini tidak semata bernyanyi, bermain, dan belajar.
Namun, yang perlu anda sadari pula adalah tanggung jawab secara moral terhadap
orang tua yang telah menitipkan dan memercayakan anaknya kepada kita harus kita
jaga agar mampu mengembannya sesuai harapan bersama. Ppermasalahan pengembangan
moral bagi anak usia dini sangat memerlukan dukungan dan yang paling penting
adalah dukungan lingkungan disekitar sekolah yang harus kondusif, kemudian
keluarga dan masyarakat.
5. Berbagai
Tantangan Orang Tua Yang Menginginkan Layanan Pendidikan Terbaik
Sebuah contoh, dalam
koteks pendidikan anak usia dini, apa bila orang tua melihat perubahan yang
sanagt sedikit saja setelah anaknya pulang dari sekolah, hal hal itu akan
membuat luar biasa senang dan bahagia hati kedua orang tua. Anak sekolah taman
kanak-kanak yang sekecil itu setelah dibimbing oleh gurunya, kemudian mampu
menegur orang tuanya karena melakukan kesalahan merupakan contoh sangat
sederhana yang dapat dijadikan kebanggan bagi orang tuanya dalam keluarga.
6. Analisis
Mempertahankan Idealisme Sekolah Dengan Tuntutan Pembentukan Karakter, Perilaku
Yang Berbudi, Moralitas, dan Nilai-Nilai Keagamaan
Dalam rangka
pengembangan pendidikan moral dan nilai-nilai agama bagi anak usia dini, banyak
hal yang banayak kita kerjakan demi membina moralitas dan menjaga anak didik
dari pengaruh negatir. Hal yang dilakukan di antaranya melalui upaya
mempertahankan idialisme sekolah dengan senantiasa mengutamakan pembentuan
karakter, perilaku yang berbudi, moralitas, dan religious. Hal itu sesuai,
dengan ajaran bapak pendidikan Nasional
(Ki Hajar Dewantoro: 1977) bahwa pengaruh kehidupan keluarga terhadap anak itu
belanjut terus-menerus karena anak pada saat itu sedang dalam masa peka. Hal
ini di istilahkan oleh beliau dengan gevoelige
periode. Lebih lanjut, beliau katakana kita perlu memahami bahwa pada usia
3,5-7 tahun, anak usia dini-selain mendapatkan pengaruh dari kehidupan di
lingkungannya- banyak memperoleh pengaruh dari segala pengalamannya pada waktu
mereka masih dalam masa peka, yaitu dalam kehidupan keluarga masing-masing.
Implikasi
Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Keagamaan pada Anak Usia TK di Lingkungan Masyarakat
a. Fenomena Sosial Sasyarakat
Perbedaan pola sosial
dalam masyarakat mempengaruhi kehidan anak anak sekarang, anak usia dini zaman
sekarang telah mengalami percepatan kematangan sebelum saatnya atau tidak
sebanding dengan ke,matangan usianya, hal ini akan memberikan dampak buruk bagi
perkembangan moralitasnya, proses pendampingan selama anak beraktivita dan
memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sangat perlu
dilakukan, tanpa danya proses pendampingan selama anak beraktifitas bahaya akan
muncul luar biasa dahsyatnya, tentu saja kan merontokkan moralitas mereka,
tetapi yang lebih berbahaya adalah keandalan moralitas anak dalam mentaati
norma dan aturan hidup serta nilai-nilai keagamaan menjadi sangat mengkhawatirkan.
b. Pergeseran Nilai dan Kelonggaran
Masyarakat terhadap Fenomena Social yang Mengkhawatirkan
Dony koesoema (2009)
mengatakan bahwa saat ini telah terjadi mistifikasi pada peranan alamiyah guru
dalam masyarakat yang semakin menonjolkan peranan guru dalam masyarakat.
Mistifikasi diartikan oleh Dony adalah sebuah keadaan euphoria berlebihan oleh
komunitas dalam mengidealkan fungsinya peranan guru dalam
masyarakat.mistifikasi menghapuskan unsur alamiah manusiawi yang sesungguhnya
merupakan bagian jakiki seorang guru. Mistifikasi mengangkat status guru
menjadi sakral. Guru lantas menjadii segalanya.
Yang perlu kita kaji
adalah disadari atau tidak ini telah terjadi pergeseran nilai dan kelonggaran
sikap masyarakat pada masalah dan keberadaan pengaruh kehidupan social di dunia
nyata.
Semakin mudahnya anak
usia dini mengakse informasi apapun di dunia maya/ internet, besar kemungkinan
mereka lambat laun akan menemukan sesautu yang sesungguhnya belum saatnya
mereka ketahui.
Kita sadari bahwa
implikasi pengembangan pendidikan moral dan nilai-nilai keagamaan bagi anak
usia dini sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang ada disekitar kita. Ada
proses peniruan atau pembiasaan pemahaman dari pengetahuan yang telah
dipelajari sampai kemmpuan berfikir asosiatif ketika mereka menghubungkan
pengetahuan yang telah didapatinya dengan contoh perbuatan yang dilihatnya
dalam kehidupan nyata.
Kemampuan- kemampuan
itu hendaknya didukung oleh lingkungan yang kreatif dan kondusifsehingga
pembentukan karakter bukan saja mampu melahitrkan anak-anak yng berbudi pekerti
lihir, tapi anak juga memiliki keandalan ketika menghadapi benturan nilai dalam
kehidupannya.
c. Pengaruh Berbagai Program Televisi
dengan Kemasan Acara Anak
Pengaruh tayangan
program televisi yang secara psikologis
akan mudah ditiru dan mendorong anak usia dini berperilaku kasar, dan tidak
memiliki belas kasihan.
Sebagai pendidik kita harus
waspada dan berupaya agar kehidupan anak dapat dibentengi oleh proses
pendidikan yang mampu menyelamatkan mereka di masa depan.
D. Upaya Lingkungan Sekolah
Menanggulangi Pengaruh Lingkungan Masyarakat yang Kurang Kondusif.
Sekolah ibarat suatu
sistem yanh setiap komponen saling terkait. Dan saling memberikan
pengaruh.keluarga merupakan institusi terdepan dalam proses pendidikan setelah
kelahiran anak. Sejak awal kelahirannya anak otomatis akan mendapat berbagai
pengaruh dari lingkungan sekitarnya.
Sekolah dalam konteks
ini adalah tempat transit untuk anak setelah dilepas orang tuanyadari rumah dan
mulai memasuki lingkungan baru, yaitu suatu institusi nonformal yan sangat
memberi peranan penting bagi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak usia
dini.
Dalam rangka
menghadapi, derasnya pengaruh lingkungan yang negative khususnya diperkotaan
dan umumnya pada era globalisasi saat ini idealnya sebuah institusi pendidikan
memiliki:
1.
Lokasi lembaga tidak terlalu dekat
dengan jalan raya umum
2.
Lokasi lembaga tidak terlalu dekat
dengan pusat perbelanjaan
3.
Tidak terlalu dekat dengan terminal
4.
Tidak terlalu dekat dengan tempat
hiburan umum/ bioskop
5.
Tidak terlalu dekat dengan pabrik.
6.
Temiliki lingkungan yang nyaman dan asri
7.
Memiliki lingkungan yang tidak bising
dan memungkinkan anak untuk bereksplorasi
8.
Memiliki halaman yang luas
9.
Lingkungan yang mengkombinasikan antara
suasana rumah dan suasana sekolah / pengenalan tahap awal belajar
10.
Dilengkapi dengan kebutuhan dasar,
toilet ruang keluarga dan dapur
11.
Lingkungan aman dan mengutamakan
kesselamatan fisik dan mental
C.
PENILAIAN
PADA PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA DINI
1. Pengertian
Penilaian
Penilaian
dapat diartikan sebagai suatu langkah pengambilan keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk.
2. Tujuan
Penelitian
Penilaian
bertujuan untuk mengetahui ketercapaian kemampuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum PAUD.
3. Fungsi Penilaian
Penilaian
berfungsi sebagai berikut.
1. Memberikan
umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajarnya.
2. Memberikan informasikepada orang tua tentang ketercapaian pertumbuhan dan
perkembangan anaknya agar dapat memperbaiki dan meningkatkan bimbingan dan
motivasi.
3. Sebagai
bahan pertimbangan untuk menetapkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan niat
dan kemampuan anak didik serta memungkinkan anak didik dapat mencapai kemampuan
secara optimal.
4. Sebagai
bahan masukan bagi pihak lain yang
memerlukan atau memberikan pembinaan selanjutnya.
5. Tolok
ukur keberhasilan proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui keberhasilan
sekaligus kekurangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran baik
dilihat dari sudut keberhasilan guru, anak, maupun program pembelajaran
yang telah dikembangkan sebelumnya.
4. Ruang
Lingkup Penilaian
Penilaian
mencakup proses dan hasil kegiatan anak didik yang berkaitan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku, serta
ketrampilan yang direncanakan dalam
program kegiatan belajar (PKB).
Udang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 58 ayat (1)
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
5.
Prinsip-Prinsip Penilaian
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan penilaian sebagai berikut.
o
Menyeluruh
o
Berkesinambungan
o
Berorientasi pada proses dan tujuan
o
Objektif
o
Mendidik
o
Kebermaknaan
o
Kesesuaian
6. Karakteristik Alat
Penilaian Untuk Anak Usia Dini
Alat
pendukung untuk tujuan tersebut yang mendekati perinsip kesesuaian dengan :
1.
Pengamatan (observasi) dan pencatatan
anekdot,
2.
Pemberian tugas : tes perbuatan dan pertanyaan lisan sebagai
latihan mengungkapkan gagasan dan keberanian berbicara.
A.
Macam-Macam
Strategi Perencanaan Penilaian Dalam Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai
Keagamaan Anak Usia Dini
1.
Penilaian Kegiatan Bercakap-Cakap Bagi
Anak Usia Dini
Penilaian
yang dilakukan guru merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kegiatan belajar dengan menggunakan metode
bercakap-cakap atau bercerita, baik menggunakan alat maupun tidak. Tanpa adanya
penilaian tidak dapat diketahui secara rinci apakah tujuan pengembangan aspek
perilaku/moralitas anak dapat dicapai secara maksimal.
2.
Penilaian Kegiatan Dramatisasi/Bermain
Peran Anak Usia Dini
Hasil
penilaian kualitas keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tersebut memberi
masukan pada guru untuk membuat keputusan pembelajaran dalam meningkatkan mutu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di masa yang akan datang.
3.
Penilaian Kegiatan Bercerita Bagi Anak
Usia Dini
Kualitas
keberhasilan dengan menggunakan pendekatan bercerita dipengaruhi oleh
perancangan pelaksanaan kegiatan bercerita yang telah ditetapkan. Dalam
rancangan, tujuan kegiatan bercerita telah ditetapkan seperti di bawah ini.
a.
Menanamkan kepekaan dan ketanggapan
terhadap penderitaan orang lain.
b.
Menanamkan kesukaan menolong orang lain.
c.
Menanamkan kecintaan kepada orang lain.
Sebagai guru, anda perlu memperhatikan banyak faktor yang
terkait dengan tujuan, karakteristik yang dinilai, pertimbangan psikologis, dan
alat ukur yang memenuhi tujuan yang direncanakan. Bila hal itu diabaikan, tentu
anda akan menemukan hasil yang akurat. Kalaupun ada, data yang anda peroleh
akan bias atau kurang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Mengacu pada sifat dasar
dan karakteristik di atas, anda perlu melakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Penilaian yang
sebenarnya memiliki banyak unsur positif dan dapat menghindari bias sebuah data
hasil pendidikan dan pembelajaran dalam berbagai bidang pengembangan.
Data yang anda kumpulkan
pada saat melakukan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang hasil
belajar anak. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu
anak agar mampu belajar ( learning how to
learn ), bukan ditekankan pada pemerolehan sebanyak mungkin informasi di
akhir periode pembelajaran (Depdiknas, 2002).
Karakteristik penilaian
yangideal adalah sebagai berikut:
1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
2. Digunakan untuk evaluasi formatif ataupun sumatif.
3. Kemampuan yang diukur adalah keterampilan dan
pengetahuan, bukan hanya mengingat fakta
4. Berkesinambungan.
5. Terintegrasi
6. Dapat dipergunakan sebagai umpan balik (feed back)
Untuk menjaring data hasil
belajar atau untuk membuat penilaian, Anda dapat menggunakan hal-hal yang bisa
memberikan informasi/ masukan penilaian prestasi anak seperti berikut ini:
1. Hasil dari suatu kegiatan/ proyek
2. Pekerjaan rumah
3. Karyawisata
4. Presentasi atau penampilan anak
5. Demonstrasi
6. Catatan observasi
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mendidik anak pada masa usia dini
tidak sama dengan orang dewasa, anak usia dini memiliki keunikan dan karakter
yang berbeda dengan orang dewasa. Pendidikan dalam keluarga, baik berupa
perhatian penuh, intensitas pertemuan yang efektif, maupun komunikasi yang baik
di antara orang tua dan anak, akan turut membantu membentuk pendidikan karakter
anak didik menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, seperti yang kita
harapkan.
Dalam proses belajar
mengajar, baik guru maupun peseta didik memerlukan suasana yang kondusif,
memerlukan lukan kosentrasi, memerlukan focus dalam berfikir, serta memerlukan
model dan keteladan dari semua anak yang anak didik lihat, dengar, dan rasakan.
Mereka masih berada dalam masa mudah meniru. Aanak didik masih sangat
membutuhkan dukungan dan bantuan dari
orangn-orang yang lebih dewasa untuk dapatr menjadi manusia baik dan berilmu. Peranan
guru dalam menerapkan pendekatan dan strategi belajar memang sangat penting, tetapi yang lebih
penting lagi adalah dukungan dari lingkungan sekitar. Anak didik tidak saja
belajara dari apa yang disampaikan atau dipelajarinya bersama guru, mereka juga
belajar dari apa yang mereka lihat, mereka tangkap, dan mereka rasakan dai
lingkungan sekitarnya.
B.
SARAN
Dalam implikasi pengembangan moral dan nilai-nilai
keagamaan diharapkan guru dan orang tua menerapkan berbagai strategi pembiasaan
untuk pembentukan karakter,
perilaku yang berbudi, moralitas, dan religious.
Guru sebaiknya dapat
memahami proses, prosedur dan alternatif penggunaan instrument penilaian
khususnya pada pengembangan moral dan nilai- nilai keagamaan pada anak usia
dini.
REFERENSI MAKALAH
Satibi, Otib,
Hidayat. 2015. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
https://leoniya.wordpress.com/2015/02/23/pengembangan-pembelajaran-nilai-agama-dan-moral-di-tk-paud/
http://usiadinipendidikananak.blogspot.co.id/p/strategi-danperencanaan-pengembangan
Post a Comment