MAKALAH NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI

Posted by GLOBAL MAKALAH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang neonatus dan bayi dengan masalah yang lazim terjadi.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

                        Indramayu, 2 April 2018

BAB I
PENDAHULUAN


        A. LATAR BELAKANG
         Menurunkan angka kematian merupakan salah satu tujuan dari asuhan kebidanan pada neonatal, bayi dan balita. Dalam pelaksaannya masih banyak hambatan yang terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan balita yang terserang penyakit. Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk mengetahu dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang beberapa penyakit yang dapat menyerang bayi antara lain ialah: Soberihea, Bisulan, miliariasis, infeksi, obstipasi, diare, syndrom kematian bayi mendadak ( sudden infant death syndrome-sids ).

B. TUJUAN
Mengetahui apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita Mengetahui penyebab masalah-masalah kesehatan pada neonatus bayi dan balita Mengetahui tanda dan gejala setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita.
Mengetahui komplikasi apa saja yang bisa terjadi jika maslah kesehatan tersebut tidak ditangani dengan tepat dan segera Mengetahui penanganan setiap masalah kesehatan yang terjadi. Mengetahui tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-maslah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita
BAB II
PEMBAHASAN
1.         Soberihea
a.       Definisi
Soberihea adalah gangguan kelenjar palit/lemak yang ditandi dengan pengeluaran lemak secara berlebihan yang membentuk sisik putih kekuningan atau sumbatan seperti keju
(Naomy marie tando,S.SiT,M.Kes,2016)
Seborrhea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi didaerah daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, nasolabial, bibir, telinga, dada, aksila, umbilikus, selangkangan,glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritema, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kering kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
(Elisabeth,dkk,2016)
b.  etiologi  
1. Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif
    akibat tingginya kadar hormone ibu  yang mengalir didalam
     tubuh bayi
2. Pengaruh hormone ibu biasanya hanya berlangsung pada
     bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Gangguan ini hilang setelah
     bayi berusia 6-7 bulan.
3.  Pada beberapa bayi, terjadi reaktivitas dengan adanya stress,
     kebersihan tubuh yang kurang, dan adanya keringat yang berlebihan.
4. Adanya faktor hereditas.

 c. penatalaksanaan
Soberihea biasanya dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa      bulan pertama saat hormone androgen ibu berkurang atau hilang.
1.         Jika gejala masih ringan, beri  baby oil pada daerah yang terdapat   soberihea dimalam hari dan bersihkan dengan sabun antiseptic pada pagi hari.
2. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh bayi dengan:
a. bayi dimandikan 2-3 kali sehari dan gunakan sampo pada kepala
    saat bayi dimandikan.
b. gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.
c. hindari udara panas dan lembap, dan
d. upayakan ventilasi lingkungan yang baik.

2.         Bisulan
a.       Definisi
Bisulan adalah peradangan/ infeksi pada kulit yang biasanya mengenai folikel rambut dan disebabkan oleh kuman  Staphylococcus aureus dengan gejala kulit merah dan bengkak pada jaringan subkutan manapun. Infeksi ini biasanya dijumpai pada hari ke-3 atau lebih. (Naomy marie tando,S.SiT,M.Kes,2016)
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat seksli dengan kulit disebut pustual. Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam. Dan biasanya mula-mula terjadi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih cepat bila dibuka, tetapi jika tndakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunannya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran infeksi .
 (Elisabeth,dkk,2016)
b.      Klasifikasi
1)      furunkel (bisul mata satua) yaitu benjolan nyeri dalam kulit karena radang yang terbatas pada kulit dan jaringan bawah kulit yang meliputi mata bisul. Furunkel disebabkan oleh bakterri yang masuk kedalam kulit melalui folikel rambut, kelenjar palit, atau kelenjar keringat.
2)       karbunkel yaitu sekumpulan bisul yang sangat besar dengan beberapa lubang besar dipermukaan.
c. Penyebab
1. Kebersuhan kurang terjaga.
2. Daerah tropis.
3. Penurunan daya tahan tubuh.

d. Penatalaksanaan
Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya, baik kebersihan tubuh maupun kebersihan bermain.
1. Jika timbul keluhan seperti gatal-gatal, janghan dianggap remeh, bisa jadi keluhan tersebut merupakan gejala awal timbulnya bisul.
2. Jika ada benjolan, jangan dipencet, apalagi jika tangan/ benda yang digunakan untuk memencet tidak bersih. Aktivitas ini dapatmemperparah keadaan.
3. Jika bisul mengganggu rasa nyaman, beri kompres hangat dengan handuk pada daerah bisul selama 15 menit 1-2 kali dalam sehari supaya bisul cepat matang dan pecah.
4. Jangan sembarangan menggunakan antibiotic untuk mengobati bisul walaupun bentuknya hanya berupa krim karena antibiotic dapat menyebabkan kekebalan/resistensi.
5. Perhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik berpengaruh terhadapat daya tahan tubuh anak.

C. Miliariasis
a. definisi
Miliariasis bisa juga disebut sudamaina, liken tropikus, biang keringat, dan keringan buntet. Miliariasis adalah dermatitis yang disebabkan oleh retensi keringat, penyumbatan pori kelenjar keringat, dan biasanya timbul pada udara yang panas dan lembap. Penyumbatan ini biasanya ditimbulkan oleh bakteri yang menyebabkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan diabsopsi oleh stratum
(Naomy marie tando,S.SiT,M.Kes,2016)
Milliariasis disebut juga sudaminan, liken tropikus, biang keringat, keringet buncret, miliaria ialah dermatosis yang disebabkan oleh retensi kringat, yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat biasanya timbul bila udara panas dan lembab, penyumbatan ini dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum.
   (Elisabeth,dkk,2016)

b. klasifikasi
1. Miliariasis kristalina
Keringat dapat keluar sampai stratum korneum, terlihat vesikel yang menyerupai titik  nembun, dan biasanya asimtomatik. Vesikel mudah pecah karenagesekan dengan pakaian.
2.      Miliariasis rubra
Keringat merembes kedalam epidemis. Terlihat papula, vesikel, dan eritema disekitarnya. Biasanya gejala ynag timbul disertai rasa gatal dan mudah terjadi infeksi sekunder berupa impetigo dan furun kulosis. Lokasi penyakit ini biasanya didaerah tertutup, terutama dada dan punggung.
c. Penyebab
1. Higiene personal yang kurang
2. Pengaruh hormone ibu. Sedikit bintik putih sering muncul pada hidung BBL, berkurang pada usia 2-3 minggu setelah kelahiran, dan dapat bertambah hingga 4 bulan setelah kelahiran.
3. Biasanya terjadi jika udara panas dan lembap.
4. Keluar keringat yang berlebihan.
5. Bayi dengan pakaian yang terlalu hangat saat berada dalam ruangan.

d. Penatalaksanaan
1. Prinsip pengobatan adalah mengurangi produksi keringat dan member kesempatan agar sumbatan pori lenyap.
2. Sebaiknya penderita berada diruangan yang menggunakan air conditioning (AC) atau ditempat yang sejukdan kering udaranya. Untuk mengurangi produksi kelenjar minyak yang  berlebih, dapat diusahakan penggunaan ventilator.
3. Beri obat antikolinergik yang dapat mengurangi produksi keringat, misalnya prantal, probantin, dan sebagainya.
4. Pakaian yang digunakan harus tipis dan longgar.
5. Obat topical juga dapar diberikan, yaitu bedak kocok yang bersifat mendinginkan dan desinfektan serta antigatal.

D. Diare
a. definisi
Diare adalah penyakit yang lazim dijumpai pada bayi dan anak-anak. Menurut WHO, diare merupakan defekasi dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
(naomy marie tando,S.ST,M.Kes,2016)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan karena frekuensi 1 X/lebih , BAB konsistensi cair atau encer.
(arfiana,arum lusiana, 2016)
b. Penyebab
1. Infeksi (bakteri dan virus).
2. Alergi makanan (khususnya susu atau laktosa).
3. Adanya kerusakan pada usus yang disebabkan oleh virus yang disebut enterovirus..
4. Efek samping penggunaan obat oral, paling sering karena antibiotic.
5. Bakteri seperti salmonella, Shigella, E. coli, dan Campylobacter.
Defekasi encer dan sering merupakan hal biasa pada bayi yang hanya mendapat ASI. Ibu mengenali bayi yang diare karena perubahan feses yang tidak seperti biasanya dan frekuensi defekasinya lebih sering dibandingkan biasanya. Tanyakan kepada ibu apakah bayinya mengalami diare dan klasifikasikan diare berdasarkan derajat dehidrasi apabila terdapat dua atau lebih tanda dan gejala.


CARA MENGKLASIFIKASIKAN DIARE
TANDA/GEJALA
KLASIFIKASI
Terdapat dua atau lebih tanda berikut ini
  • Letargi atau tidak sadar
  • Mata cekung
  • Cubitan kulit perut kembali dengan sangat lambat
Diare dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda berikut ini
  • Gelisah atau rewel
  • Mata cekung
  • Cubitan kulit perut kembali dengan lambat
Diare dehidrasi ringan/sedang
Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan/sedang
Diare tanpa dehidrasi

Catatan:
Cara memeriksa cubitan kulit, yaitu sebagai berikut.
1. cubit kulit perut bayi (di tengah antara pusar dan sisi perut bayi) dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan menggunakan ujung jari karena dapat menimbulkan rasa sakit. Letakan tangan anda sedemikian rupa sehingga lipatan cubitan kulit sejajar dengan tubuh bayi (memanjang dari atas ke bawah, tidak melintang tubuh bayi). Angkat semuah lapisan kulit sampai jaringan dibawahnya ketika mencubit kulit perut untuk mengetahui turgor.
2. Amati kembalinya cubitan kulit perut:
 a. sangat lambat (>2 detik),
  b. lambat, dan
  c. segera.
c. Penatalaksanaan
1. jika anak mengalami diare tanpa dehidrasi, nafsu mkan baik, dan tanpa demam, ASI dapat e diteruskan pemberianya tanpa harus memberikan pengobatan.
2. Jika anka mengalami diare disertai muntah, beri cairan oralit kepada anak untuk mempertahankan kadar garam dan cairan tubuh sampai munttah berhenti.
3. Jika anak mengalami diare berat dengan gejala defekasi yang cair setiap satu atau dua jam disertai dehidrasi, segera rujuk ke dokter anak. Dokter akan memberikan terpi oralit, menghentikan pemberian makanan padat, menghindari cairan yang berkadar gula tinggi, dan melakukan rawat inap untuk mengobservasi diare.

E. Obstipasi
a. definisi
Obstipasi adalah pengeluaran mekonium yang tidak terjadi dalam 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan yang keterlambatan pengeluaran ffeses yang berkaitan dengan konsistensi feses dan frekuensi defekasi. Obstipasi umumnya terjadi saat otot bagian ujung usus besar mengencang sehingga menghalangi pengeluaran feses secara normal. Semakin lama
 feses tertahan, semakin padat dan kering konsistensi feses sehingga sulit dikeluarkan.
(naomy marie tando, S.SiT,M.Kes,2016)
Konstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konstitensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air besar mungkin disertai serta rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasa. Pada anak normal, konsitensi feses dan frekuensi  BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui asi mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari. Frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsitensi feses yang sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi. Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB atau konsistensi feses menyebabkan masalah pada anak. Umunya dengan nutrisis yang baik, perbaikan kebiasaan BAB , dan penggunaan obat yang sesuai jika diperlukan, masalah ini dpat ditangani.
(Elisabeth,dkk,2016)
b. Penyebab
1. Penyaluran makanan yang kurang baik.
2. Kemungkinan adanya gangguan pada usus.
3. Sering menahan defekasi karena nyeri pada saat defekasi.
c. Tanda dan gejala
1. Sering menangis.
2. Susah tidur.
3. Gelisah.
4. Perut kembung.
5. Kadang-kadang muntah.
d. Penatalaksanaan
1. Jika bayi hanya mendapatkan ASI, jangan hentikan pemberian ASI. Jika bayi mendapatkan susu formula yang baru, beri susu formula sebelumnya kepada bayi.
2. Jika anak akan atau lelah mendapatkan makanan tambahan, beri makanan tinggi serat, seperti brokoli, buncis, kacang polong, dan makanan sejenisnya, dan beri tambahan asupan air minum.
3. Jika obstipasi berat, lakukan rujukan ke dokter untuk mendapatkan terapi obat pencahar atau enema.

F. Infeksi
a. Definisi
Dalam kamus kedokteran, infeksi diartikan sebagai masuknya dan berkembangnya organism yang hidup ganas didalam tubuh, seperti bakteri, virus, dan jamur. Infeksi perinatologi adalh infeksi yang terjadi pada neonates, masa prenatal, intranatal, dan pascanatal. Infeksi pada neonates lebih sering ditemukan pada BBLR dan bayi yang lahir dirumah sakit
(naomy marie tando,S.SiT,M.Kes,2016)

b. Klasifikasi
1. Sepsis neonatorum
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang dialami neonates dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Sepsis neonatorum memiliki angka kejadian yang masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonates. Bayi baru lahir termasuk rentan terhadap infeksi karena kulit dan selaput lender yang tipis dan mudah rusak, dan system imun yang belum efektif. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat masuk kedalam tubuh neonates melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
a.       Masa sebelum lahir (antenatal)
kuman dari tubuh iibu melewati plasenta dan masuk dalam sirkulasi darah janin. Kuman yang dapat menembus plasenta adalah rubela, herpes, sitomegalovirus, Coxsackievirus, hepatitis, influenza, parotitis, malaria, sifilis, dan toksoplasma. Penatalaksanaan pada infeksi pada masa sebelum lahir adalah lakukan pemeriksaan antenatal secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap infeksi yang dialami ibu, dan beri asupan gizi yang seimbang.
b.      Masa persalinan (intranatal)
·         Kuman yang ada pada vagina dan servik ibu pada saat persalinannaik mencapai koriondan amnion yang menyebabkan korionitis dan amnionitis. Selanjutnyua, kuman melalui umbilicus masuk kedalam tubuh bayi.
·         Kuman yang ada pada cairan amnion tertelan oleh janin sehingga menyebabkan infeksi pada saluran cerna, atau terisapnya cairan amnion yang terinfeksi menyebabkan infeksi pada saluran nafas.
·         Kuman masuk melalui kuulit saat bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi, seperti infeksi herpes genitalis, Candida albicans, dan gonorea yang dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi (mis.,hidrosefalus), konjungtivitis, sampai nkebutaan pada bayi.
      Penatalaksanaan infeksi pada masa persalinan adalah lakukan penatalaksanaan persalinan secara aseptic dan jangan lakukan intervensi yang berlebihan, misalnya melakukan tindakan kateterisasi yang tidak perlu.
c. Masa sesudah persalinan (pascanatal)
infeksi pada masa setelah persalinan biasanya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim, seperti alat pengisap lender, selang nasogastrik, infuse, botol minuman, dan dot. Penatalaksanaan pada masa sesudah persalinan adalah rawat bayi diruangan yang sama dengan ibunya untuk menghindari penularan infeksi nosokomial dari bayi lainya dan mempermudah bayi mendapatkan ASI, beri ASI sedini mungkin, lakukan perawatan bayi dengan teknik aseptic, dan lakukan tindakan pencegahan infeksi.
2. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang bersifat anaerob. Yaitu kuman yang hidup dan berkembang dilingkungan yang kurangg ataui tidak mengandung oksigen. Tetanus neonatorum terjadi akibat bayi yang lahir dan ibu belum mendapatkan imunisasi toksoid tetanus pada masa kehamilan, pertolongan persalinan terutama pemotongan tali pusat menggunakan alat yang tidak steril, dan perawatan tali pusat dan perawatan tali pusat yang tidak baik.
Clostridium tetani dalam bentuk sepora masuk kedalam tubuh bayi melalui luka pada pemotongan  tali pusat dan berkembang biak, kemudian kuman akan melepaskan toksin dan mencapai susunan saraf pusat dalam bentuk tetanospasmin. Tetanospasmin menghasilkan aktivisberlebihan yang berfluktuasi dari system saraf simpatis yang menimbulkan gejala takikardia, hipertensi labil, aritmia jantung, vasokontriksi pembuluh darah perifer, keringat berlebih, hiperkarbia, dan peningkatan ekskresi katekolamin melalui urin.
c. Gejala
1. Bayi terlihat rewel.
2. Terjadi trismus, yaitu kesukaran membuka mulut karena spasmeotot maseter sehingga sulit untuk menyusu.
3. Mulut mencucup seperti mulut ikan.
4. Kejang pada bayi.
5. Kaku kuduk sampai ostotonus.
6. Kesukaran menelan akibat spasme otot kerongkongan.
7. Asfiksia dan sianosis akibat spasme otot pernapasan.
8. Bayi sadar dan gelisah.


F. SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK
a. definisi
Sindrom kematian bayi mendadak (SKBM) didefinisikan sebagai kematian mendadak pada bayi dan anak kecilyang tidak dapat di perkirakan dengan anamnesis dan tidak dapat dijelaskan denagn pemeriksaan pascapartum yang menyeluruh, yang meliputi autopsy, penyelidikan terhadap terjadinya kematian, dan tinjauan riwayat medis secara keseluruhan (Astuti, et., 2011).
b.Penyebab
Berbagai faktor genetic, lingkungan atau sosial dikaitkan dengan peningakatan risiko sindrom kenatian bayi mendadak, termasuk kelahiran premature dengan riwayat apnea BBLR prematuritas murni.
c. Tanda dan gejala
1. bayi mempunyai suara tangisan yang bernada lebih tinggi/lebih rendah dari normal.  
2. mengalami takikardia dengan variasi denyut jantung yang lebih dari normal.
3. peningkatan perekuensi pernafasan dan penurunan insiden apnea.
4. labilitas yang lebih tinggi dari normal dan stabilitas denyut jantung yang lebih buruk.
d. Penatalaksanaan
Pencegahan SKBM dilakukan khususnya pada bayi yang beresiko tinggi.  Beberapa kasus SKBM terjadi pada bayi yang tidak di anggap  beresiko, seperti pada kecelakaan. Karena menurut definisikematian datang dengan cepat dan tanpa peringatan, maka perlu diberikan dukungan psikologis dan emosi.

DAFTAR PUSTAKA

Marie Tando Naomy, 2012, asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita,EGC, jakarta.
Yulianti lia dkk, 2010, asuhan neonatus bayi dan anak balita, cv trans info media, jakarta.
Arfiana dkk, 2016, asuhan neonatus bayi balita dan anak pra sekolah, trans medika, yogyakarta.
Siwi elisabeth walyani, 2016, asuhan persalinan dan bayi baru lahir, pustakabarupress, yogyakarta.




Related Post



Post a Comment