MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN
Makalah
Pecemaran Lingkungan
dibuat post pada tanggal 11 Agustus 2018
Untuk melihat isi dari Makalah ini anda bisa lihat di bawah
ini, jika anda ingin mendownload berbentuk file Word, anda bisa klik di bawah ini :
==================================
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas
manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau
volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material
yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat
tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan
sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’
Sekarang pertanyaannya bagaimana untuk
menyelesaikan masalah sampah ini. Dan hal inilah yang melatar belakangi kami
menulis makalah bertemakan Masalah Pencemaran Lingkungan ( Sampah ). Untuk
menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di Universitas Pendidikan
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Ketika kami jalan-jalan di sekitar kampus UPI kami melihat
gejala yang sangat memprihatinkan di sekitar kampus UPI, yaitu salah satu
kampus pendidikan yang ternyata di dalam kampus ini masih ada bertebarannya
sampah-sampah. Dari sini kami mempunyai beberapa permasalahan yang ingin kami
temukan penyelesaian masalahnya. Permasalahannya diantaranya adalah sebagai
berikut :
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pendekatan Multi aspek/multi dimensi. Kami melihat beberap gejala
yang mungkin menjadi pemicu terjadinya permasalahan yang melanda objek
penelitian. Metode pemecahan masalah yang kami gunakan yaitu Metode
Kuantitatif dengan menyebarkan Angket kepada para mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI). Kami mengambil sampel sebanyak 80 responden dari
berbagai jurusan di UPI.. dan juga observasi langsung. Selain itu kami pun
melakukan studi kepustakaan untuk menambah khazanah pengetahuan kami dan juga
guna menunjang pemecahan masalah yang kami miliki.
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang masalah
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.3
Pendekatan dan Metode pemecahan masalah
1.4
Sistematika penulisan
BAB
II LANDASAN TEORI
BAB
III PEMBAHASAN
BAB
IV KESIMPULAN dan SARAN
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
=========================================================
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Manusia merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh
Al-Khalik penciptanya. Makhluk hidup yang namanya manusia, baru dilahirkan
sekitar satu atau dua juta tahun tahun yang lampau setelah segala sumber daya
tersedia dan setelah ruang bumi ini tercipta. Dalam Buku Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Teknologi Karya Prof. Dr
H. Nursid Sumaatmadja disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada dalam
konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling pengaruh
mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi tingkat berbagai penguasaan
teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan alam di dunia ini sangatlah
bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki
daya pikir dan daya nalar yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di
sini terlihat bahwa manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang paling aktif. Karena
manusia secara aktif dapat mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa
yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam
gejala.
Manusia mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam
Hidupnya dari Lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka
ragam kebutuhan hidupnya yang diambil dari Lingkungan. Maka berarti semakin
besar perhatian manusia terhadap Lingkungan. Manusia merupakan Makhluk paling
aktif dalam mengubah tatanan pada Lingkungan. Manusia bisa dengan cepat
mengubah Lingkungan, karena perbuatan manusialah Lingkungan menjadi berubah
dan kadang menjadi marah karena dirusaknya Lingkungan. Hubungna manusia
dengan Lingkungan memang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang
Manusia bergantung kepada alam dan ada juga Alam yang bergantung pada
manusia.
Yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungan dimana manusia merupakan bagian integral
dari ekosistem tempat hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu komunitas Biota
yang berinteraksi dengan Lingkungan fisiknya dan saling pengaruh
mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri dari bagian-bagian dnegan fugnsi-fungsi
tertentunya. Dan untuk menunjang fungsi-fungsinya itu dioperlukan sumber
energi. Setiap species menyesuaikan diri dengan tugas tertentu dalam
ekosistem dan berfungsinya ekosistem bergantung kepada adanya kombinasi
spesies yang sesuai dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu di dalam seluruh
system.
Peranan manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab
Lingkungan hidup masnuia tidak hanya terbatas pada sarana fisik kimia dan
biologis saja tetapi termasuk pula di dalamnya persoalan ekonomi, sosio
budaya dan agama. Segala macam perubahan dalam lingkungan hidup manuisa, mau
tidak mau akan berpengaruh terhadap dirinya.
Manusia merupakan bagian intergral dari ekosistem maka
apabila struktur dan sifat fungsional ekosistem rusak, akan mengakibatkan
penderitaan pada manusia itu sendiri. Dengan perkataan lain, bila itu terjadi
maka keseimbangan ekologi akan terganggu dengan akibat penderitaan pada
manusia itu sendiri.
Tokoh yang berjasa mengangkat ekologi menjadi kajian yang
bermakna adalah Ernest Haeckel (1866) seorang pakar biologi Jerman. Semula
ekologi ini hanyalah merupakan subdisiplin Biologi. Namun pada perkembangan
dewasa ini, ekologi itu dapat dikatakan menjadi kajian bidang mandiri.
Ekologi itu berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata Oikos yang
berarti Rumah atau tempat tinggal dan logos yang berarti studi atau telaah.
Jadi secara harfiah ekologi itu berarti studi atau telaah tentang organisme
di tempat tinggalnya. Secara lebih formal, ekologi itu berarti studi atau
telaah tentang struktur atau fungsi alam atau studi tentang hubungan diantara
organisme hidup dan keseluruhan faktor fisikal serta biological yang
membentuk lingkunganya.
Organisme,
Living organism, makhluk hidup
Yang
diartikan organisme atau makhluk hidup pada konsep ekologi yaitu tumbuhan dan
hewan. Dalam hal ini manusia termasuk kedalam kelompok hewan. Namun demikian
karena manusia lebih cocok masuk kedalam kelompok hewan namun memiliki
keistimewaan tersendiri, pembahasannya dikhususkan pada telaah ekologi
manusia (human ecology).
Lingkungan, environment
Ehlich
& Ehrlich dan Holdren (1973:4) mengemukakan, The environment is the unique skin of soil, water, geseos atmosphere,
mineral nutrient and organism that covers this otherwise undistinguished
planet. Dalam Undang-undang Indonesia Nomor 4 Tahun 1982, tentang ketentuan
pokok pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I Pasal 1 dirumuskan : Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya ,
keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Yang dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran
lingkungan yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan
terganggunya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia.
Terjadinya polusi atau pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat
aktifitas manusia yang berlebihan dan tidak terkontrol yang menyebabkan
terjadinya pencemaran tanah, air dan udara. Yang akibatnya akan mengancam
kelestarian Lingkungan.
Mengenai polutan dapat digolongkan kdalam dua hal yakni :
1.
Yang bersifat kualitatif
Yaitu
terdiri dari unsur-unsur yang alamiah telah terdapat di dalam alam tetapi
jumlahnya bertambah sedemikian banyak sehinggga mengadakan pencemaran lingkungan.
Hal ini dapat terjadi karena bencana alam dan karena perbuatan manusia,
contoh polutan misalnya unsur nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
2.
Yang bersfat kuantitatif
Terdiri
dari unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya persenyawaan yang dibuat
secara sintesis seperti, pestisida detergen dan lain-lan. Umumnya polusi
lingkungan ditunjukan kepada faktor-faktor fisik seperti polusi suara,
radiasi, suhu, penerangan dan faktor-faktor kimia seperti debu, uap, gas,
larutan, awan, kabut, sosioekonomi dan kultur.
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran
terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya
perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun
biologis sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia, dan aktivitas
manusia serta organisme lainnya. Bahan pencemaran itu disebut dengan polutan.
Menurut WHO,
ditetapkan empat tahap pencemaran yaitu :
1.
pencemaran tingkat pertama
pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat
dari zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2.
Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan
alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.
3.
Pencemaran tingkat ketiga
Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menimbulkan sakit yang kronis.
4.
pencemaran tingkat keempat
pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam
lingkungan karena kadar zat pencemaran terlalu tinggi.
Sampah adalah semua material yang dibuang dari
kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan
limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).
Soewedo (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan
industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan komposisinya, sampah
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah
ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
Di
negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik,
sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Salah satu
sumber Menyebutkan tentang Sampah yaitu :
Pemusnahan sampah
Beberapa cara pemusnahan
sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :
a. Penumpukan.
Dengan
metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun
dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah,
sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya penyakit menular,
menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana
badan-badan air.
b. Pengkomposan.
Cara
pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang
mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran.
Metode
ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus
diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan kebakaran.
d. "Sanitary Landfill".
Metode
ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi
sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat
luas.
Pemanfaatan Sampah
1. Sampah basah : Kompos
dan makanan ternak
2. Sampah kering :
Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur
Ulang
Daur ulang
Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai.
Material yang dapat
didaur ulang :
1. Botol Bekas wadah
kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang berwarna
terutama gelas atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama
kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang berlapis
minyak.
3. Aluminium bekas wadah
minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4. Besi bekas rangka
meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah
shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6. Sampah basah dapat
diolah menjadi kompos.
Manfaat pengelolaan
sampah
1. Mengehemat sumber daya
alam
2. Mengehemat Energi
3. Mengurangi uang
belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri
(bersih,sehat,nyaman)
=========================================================
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Keadaan Kebersihan Di sekitar Kampus UPI
Universitas
Pendidikan
Sekilas
kalau kita lihat keadaan lingkungan UPI ini itu bersih namun kalau kita lihat
lebih kedalamnya, kesudut-sudut UPI, di dalam kelas, got-got dan
belakang-belakang kampus bertebaran sampah dan bahkan menumpuk. Sebenarnya
apa yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kurang sigapnya para petugas
kebersihan UPI ataukah para penghuni UPI yang kurang tanggap akan hal ini.
Setelah kami meneliti dan kami menyebarkan angket yang isinya menanyakan
kebersihan Lingkungan UPI dan harapan yang diinginkan Mahasiswa terhadap
Lingkungan UPI jawaban mereka adalah 93,6 % menjawab lingkungan UPI jelek
alasannya adalah tidak banyak tersedianya tempat sampah. Seharusnya tempat
sampah tersedia diberbagai sudut sekarang ini hanya beberapa saja. Ketika
para mahasiswa ini ingin membuang sampah pada tempatnya dan ditempat itu
tidak ada tempat sampah mereka malah menyimpan dan membuangnya di bawah pohon
dan di got-got ada juga yang menyimpannya sementara di dalam tas mereka dan
bahkan ada yang memasukan sampah ke dalam sela-sela kursi di dalam kelas.
Memang
keadaan ini sangat memprihatinkan, kalau saja sarana itu menunjang pastilah
keadaan UPI tidak seperti sekarang ini. Keadaan yang kotor dan bau. Tidak
hanya sampah yang menjadi fenomena di UPI ini hal lain yang sangat nampak
adalah tidak terawatnya WC. WC yang ada di UPI sangat tidak layak, bau dan
kotor. Sebagai contoh kami melakukan Inspeksi mendadak kedalam kamar mandi
yang ada di FPIPS, Perpustakaan, UPINET dan Gymnasium ternyata sangat Bau dan
kotor. dan di dalamnya pun tidak terlewatkan sampah bertebaran. Kenapa sampah
lagi sampah lagi? Ternyata jawabanya adalah di kamar mandi pun tidak ada
tempat sampah. Seandainya ada tempat sampah pasti tidak akan berceceran yang
namanya tisu, puntung rokok, pembalut dll.
Sungguh
memprihatinkan keadaan Lingkungan yang yang ada di UPI ini sebagai
Universitas Pendidikan yang seharusnya menjaga kesehatan lingkungan malah
kotor dan bau. Bagaimana mau menciptakan Kota Bandung yang bersih kalau
lingkungan kampusnya saja kotor dan banyak sampah. Memang tidak satu faktor
yang menyebabkan hal ini terjadi banyak faktor yang menjadi kendala, selain
yang telah disebutkan diatas tadi faktor lainnya adalah kurang adanya
partisifasi aktif dari mahasiswa untuk menangani hal ini. Belum terlihat
banyak Jurusan atau bahkan Himpunan yang bersedia membuat tempat sampah.
B. Faktor-Faktor Bertebarannya
Sampah di UPI.
Sudah
tidak bisa dipungkiri lagi kebersihan lingkunga UPI sekarang sudak
terkontaminasi oleh masalah sampah dan kotoran lainnya yang menyebabkan
lingkungan UPI menjadi kotor dan tidak terawat. Hal didorong oleh banyak hal
diantaranya adalah :
1.
Kurang tersedianya tempat sampah yang
memadai dan kelayakannya untuk dipakai.
Tempat
sampah merupakan hal yang penting dalam menangani merebaknya sampah di setiap
tempat. Kurangnya tempat sampah sering menjadi kendala menumpuknya sampah di
berbagai tempat. UPI sebagai kampus pendidikan seharusnya memiliki kesadaran
untuk menyediakan tempat sampah yang memadai. Namun tidak dapat dipungkiri
lagi ternyata ketersediaan tempat sampah di kampus sangatlah minim. Kami
memperoleh data, minimnya tempat sampah di kampus UPI ini dengan menyebarkan
Angket kepada mahasiswa UPI dengan menanyakan ketersediaan tempat sampah di
Lingkungan UPI dan sekitar 87,2 % mereka menjawab jarang melihat tempat sampah
di Lingkungan UPI. Hal ini wajar kalau lingkungan UPI dipenuhi dengan sampah
dan kotoran lainnya.
Minimnya
tempat sampah dilingkungan UPI, telah menjadi kendala yang nampak dalam
mengatasi masalah sampah di UPI. Selain minimnya tempat sampah yang ada di
sekitar kampus UPI faktor lain yang menjadi penyebab adalah kurang layaknya
tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat sampah tampak tidak terawat dan
rusak. Hasil pemantauam langsung kami di depan kantin FPIPS juga menunjukkan bahwa
keadaan tempat sampah sudah tidak layak. Tempat sampah sudah rusak dan
bolong-bolong. Jadi ketika sampah menumpuk langsung keluar dan tetap saja
bertebaran di sekitar kantin. Di depan kantin juga terlihat karena tidak
tersedianya tempat sampah yang memadai, sampah-sampah bertebaran di got-got
dan aromanya sangatlah bau sehingga menimbukan kesan kumuh..
Sampah
juga masih bertebaran di dalam kelas-kelas. Ini wajar karena didalam kelas pun
tidak tersedia tempat sampah. Sampah-sampah bertebaran di sudut-sudut kelas,
dan dibawah kursi.
2.
Kelas yang selalu berpindah-pindah
Pembangangunan yang sedang dilaksanakan oleh pihak UPI
menyebabkan berkurangnya tempat perkuliahan dan akibatnya perkuliahan selalau
berpindah-pindah dari kelas yang satu kedalam kelas yang lain. Seringnya
perpindahan ini mengakibatkan kurang adanya kecintaan terhadap kelas
masing-masing. Maka dari itu ketika dalam kelas mereka sering buang sampah seenaknya
karena merasa tempat itu bukan tempat tetap mereka jadi bukan milik mereka
dan tidak perlu untuk menjaganya. Selain dari itu tidak tersedianya pula
tempat sampah yang ada disekitar kelas itu.
3.
Kurang kesadaran diri
Ketika kami
menyebarkan angket ke dalam 80 Respon dari semua jurusan yang ada di UPI kami
memperoleh data 79,2 % telah membuang sampah pada tempatnya. Namun ada hal
lain yang membuat saya bingung dan aneh. Ternyata masih banyak juga yang
tidak membuang sampah tidak pada tempatnya. Mereka sembarangan membuang
sampah di got-got, memang ditempat itu tidak tersedia tempat sampah. Namun
tidak salah juga mereka menyimpan untuk sementara sampah itu di saku dan
menunggu sampai menemukan tempat sampah dan membuangnya. Banyak Mahasiswa
yang belum sadar akan hal ini.
Dari 79,2 %
responden yang sudah membuang sampah pada tempatnya ada yang beralasan mereka
sadar akan lingkungan ada juga yang membawa landasan, kebersihan sebagian
daripada Iman. Responden sebagiannya yang belum membuang sampah pada tempatnya
mereka sebenarnya sadar akan kebersihan namun mereka jarang melihat tempat
sampah di tempat yang bersangkutan. Ketersediaan tempat sampah memang harus
ditunjang dari berbagai pihak. Karena pemecahan masalah tidak akan berhasil
kalau hanya dilihat dari satu pihak saja. Di Kampus UPI belum terlihat
kesadaran yang nyata dari pihak-pihak yang bersangkutan. Misalkan saja
Fakultas, Jurusan bahwakan sampai Himpunan belum menampakan keseriusannya
dalam mengatasi masalah ini.Baru beberapa Fakultas saja yang sadar akan ini
itu pun hanya dari sebagian kecil Jurusan.
4. Belum ada aturan yang melarang pembuangan
sampah.
Memang aturan menjadi faktor lain yang
mendukung terciptanya Lingkungan yang sehat dan aman. Aturan yang tegas belum
berlaku di Kampus UPI Ini. Tidak adanya aturan yang melarang pembuangan
sampah sembarangan menyebabkan Mahasiswa secara bebas membuang sampah pada
tempatnya. Di UPI baru ada slogan-slogan saja yang sudah lumrah ada yaitu buanglah sampah pada tempatnya. Banyak
mahasiswa yang suka menyalahkan arti slogan itu ketika mereka tahu harus
membuang sampah pada tempatnya mereka membuang sampah di tempat ketika mereka
menghabiskan makanannya dan mereka mebuang sisanya ditempat itu. Perlukah
kiranya mengadakan sebuah aturan yang tegas mengenai masalah sampah di UPI
ini sehingga akan memunculkan suatu keadaan yang bersih dan nyaman.
Selama ini
kita sering menjumpai slogan-slogan seperti kebersihan sebagian dari iman,
buanglah sampah pada tempatnya dan lain-lain namun ternyata kenyataan yang kita
temui dilapangan justru sebaliknya. Sampah ada dimana-mana, kondisi ini
terjadi karena beberapa alasan atau faktor-faktor tertentu. Bisa saja keadaan
ini terjadi karena kurangnya kesadaran kita untuk membuang sampah pada
tempatnya atau justru tempat sampahnya yang tidak ada, suatu keadaan yang ironis
sekali. Keadaan ini harusnya diperbaiki dengan adanya aturan yang jelas
mengenai sampah selain itu perlu pula disediakan tempat-tempat sampah
diberbagai tempat serta menumbuhkan sikap kesadaran diri untuk membuang
sampah pada tempatnya.
C. Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Masalah
Sampah di UPI.
Mahasiswa
mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan kebersihan lingkungan
di wilayah sekitar kampus UPI ini. Mengapa harus mahasiswa? Karena sebagian
besar kampus UPI ini warganya adalah para mahasiswa yang menempuh pendidikan
di UPI. Dari mahasiswalah sebagian besar sampah dihasilkan dan dari
mahasiswalah seharusnya timbul kesadaran untuk menciptakan suatu keadaan
lingkungan yang bersih dan terawat. .
Salah satu Sumber pada sebuah media
cetak di Internet menyebutkan bahwa Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) UPI dan Centre of People Empowering Suistanable Development (CPESD)
mulai menggunakan mesin pembakaran untuk mengelola sampah di sekitar kampus.
Menurut Ketua BEM UPI, mesin yang perakitannya diselesaikan dalam waktu tiga
bulan itu bisa mengolah semua jenis sampah organik dan anorganik, kecuali
batu-batuan, besi, dan kaca. Proses pengerjaan dan penda-naan dikerjakan
bersama antara mahasiswa dan CPESD.
4m3/jam
Ketua BEM mengatakan, rotary insenerator bisa membakar
4 m3 sampah setiap jam dengan bahan bakar minyak tanah untuk menggerakkan
mesinnya. ”Minyak tanah yang digunakan sebanyak 30 liter untuk pemakaian 5
jam,” Karena menggunakan minyak tanah mesin itu tidak mengeluarkan polusi
udara yang besar bila dibanding penggunaan solar atau bensin. Mesin itu pun
memiliki dua alat tambahan yang berfungsi untuk menyedot dan mengendapkan
asap yang dikeluarkan dari proses pembakaran. Meskipun sistem pembakarannya
sudah ada, Agus mengaku, Apada saat itu masih menjabat sebagai ketua BEM, belum
ada penelitian mengenai kegunaan abu sebagai hasil pembakarannya. ”Mungkin
bisa dijadikan kompos, tapi harus diteliti lagi seberapa besar kualitasnya.”
Menurut Agus, penggunaan mesin pembakar sampah itu
merupakan satu bagian dari gerakan moral yang dilakukan BEM UPI untuk
menyadarkan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik. ”Sekarang masih
dalam tahap uji coba sehingga teknologinya masih harus disempurnakan,”
katanya. Rektor UPI, Sunaryo Kartadinata menyebutkan, permasalahan kebersihan
=========================================================================
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat
disimpulkan beberapa hal mengenai keadaan Lingkungan di Kampus Universitas
Pendidikan
Disini terlihat, bahwa factor-faktor itu mengarah kepada
hal ekonomis, psikologis, agama, dan hukum. Karena yang menjadi sorotan dalam
kali ini adalah Mahasiswa dan perangkat lainnya maka hal-hal tadi juga
berkaitan dengan Mahasiswa dan lainnya.Minimnya tempat sampah yang ada di UPI
ini terjadi tidak hanya kurang maunya pihak tertentu mengadakan tempat sampah
namun hal ini juga berbenturan dengan dana. Tiap jurusan sepertinya enggan
mengeluarkan dana untuk pengadaan tempat sampah. Tidak hanya instansi jurusan
saja, organisasi kemahasiswaan seperti contoh yaitu Himpunan sangat jarang
mengeluarkan inisiatif untuk mengeluarkan dana dalam pengadaan tempat sampah.
Faktor kedua adalah faktor psikologis dari para mahasiswa, karena kebiasaan
Mahasiswa jika tidak ada tempat sampah maka mereka membuang sampah
sembarangan tidak menyimpannya untuk sementara waktu menunggu tempat sampah
ada. Mereka karena terbiasa maka langsung menyimpannya di bawah pohon atau
dimasukan kedalam got-got. Hal ini terlihat langsung oleh kami ketika
melakukan penelitian tentang sampah di UPI ini. Hal lain yang menjadi kendala
adalah belum adanya hokum yang tegas dalam mengatasi masalah ini. Maka
Mahasiswa bisa secara bebas membuang sampah tidak pada tempatnya.
UPI sebagai universitas ternama seharusnya menciptakan
segala sesuatunya dengan baik. Memang sekarang ini UPI sedang melakukan
pembangaunan secara besar-besaran yang sedikitnya mengganggu keadaan lingkungan
di UPI. Makin banyaknya penghuni kampus selain para mahasiswa juga ditampah
para pekerja yang bekerja sebagai kuli bangaunan ini menambah besar volume
sampah yang ada di kampus UPI ini. , maka partisipasi dari berbagai pihak
sangtlah diperlukan.
Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada di UPI
khususnya masalah Lingkungan yang berkaitan dengan sampah, ada beberapa
solusi yang kami tawarkan sesuai dengan poermasalahan yang timbul, yakni :
Sampah yang berserakan dan bertebaran di sekitar Kampus UPI
ini diakibatkan oleh minimnya tempat sampah yang ada di sekitar kampus UPI.
Hampir tidak terlihat keberadaan tempat sampah di UPI. Seharusnya disetiap
sudut ruangan dan disetiap sudut di UPI tersedia tempat sampah. Adakan juga
tempat samaph di dalam kelas agar tidak terjadi penumpukan sampah di dalam
kelas. Perbanyak tempat sampah yang layak di sekitar Kantin, karena kami
lihat di dekat kantin itu tempat sampah sudah tidak layak lagi dan sudah
rusak. Dalam pengadaan tempat sampah, harus adanya kesadaran dari
masing-masing individu untuk mengadakan tempat sampah. Bahkan seharusnya
organisasi kemahasiswaan yang mengadakan tempat sampah ini.misalkan saja
Himpunan membuat program pembuatan tempat sampah.
Kalau kami lihat masih minimnya rasa memiliki lingkungan
para mahasiswa UPI ini. Mereka masih saja membuang sampah tidak pada
tempatnya. Alasannya karena tidak ada tempat sampah. Seharusnya secara
psikologis mereka sadar menyimpannya dahulu untuk sementara sampai menemukan
tempat sampah. Mereka malah membuang langsung tanpa memikirkan dampak yang
akan terjadi selanjutnya. Saran kami mulailah dengan membiasakan diri
membuang sampah pada tempatnya, jika tidak ada tempat sampah simpanlah dahulu
untuk sementara sampai menemukan tempat sampah. Pupuk rasa Cinta terhadap
lingkungan.
Hukum merupakan solusi terakhir yang diawarkan,karena
dengan diberlakukannya peraturan ini maka sedikitnya akan mengurangi
kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Misalkan Jika ada Mahasiswa
yang membuang sampah tidak pada tempatnya maka di denda uang sebesar…., maka
hal ini sedikitnya akan mengurangi kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan.
Memang denan adanya hokum pasti akan terasa tertekan namun
hal ini dapat menjadi solusi yang baik jika ingin menciptakan Lingkungan UPI
yang sehat bebas dari samapah.
Selain itu juga kami tawarkan juga pengolahan
sampah agar tidak menumpuk. Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill
(tempat pembuangan sampah) bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena
landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan
alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan
pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali
ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan
terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam
pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru.
Daripada mengasumsikan bahwa manusia akan menghasilkan jumlah sampah yang
terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap
bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang
ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan
alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan
mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin
masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari
keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal
dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk
mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem
daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah
==========================================================================
KEPUSTAKAAN
Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. MANUSIA,
ALAM dan LINGKUNGAN.
Supardi,
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. MANUSIA DALAM KONTEKS SOSIAL
BUDAYA dan LINGKUNGAN HIDUP.
|
Post a Comment