MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Posted by GLOBAL MAKALAH

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Makalah Pecemaran Lingkungan dibuat post pada tanggal 11 Agustus 2018
Untuk melihat isi dari Makalah ini anda bisa lihat di bawah ini, jika anda ingin mendownload berbentuk file Word, anda bisa klik di bawah ini :


==================================
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Bandung merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah. Beberapa titik di Kota Bandung telah membuktikan bahwa fenomena sampah di negeri ini sukar untuk di hilangkan. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama kalau saja setiap orang sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti akan dampak yang ditimbulkan dari sampah ini. Perlu diketahui juga bahwa sampah ini ada dua jenis yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.
Sekarang pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Dan hal inilah yang melatar belakangi kami menulis makalah bertemakan Masalah Pencemaran Lingkungan ( Sampah ). Untuk menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Alasan kami mengambil tempat di UPI karena di daerah ini juga terlihat adanya sampah yang bertebaran dimana-mana dan banyak sekali sampah yang menumpuk dan juga minimnya tempat sampah. Dari sini kami ingin melihat lebih dalam mengenai permasalahan sampah di kampus UPI ini.

B.      Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Ketika kami jalan-jalan di sekitar kampus UPI kami melihat gejala yang sangat memprihatinkan di sekitar kampus UPI, yaitu salah satu kampus pendidikan yang ternyata di dalam kampus ini masih ada bertebarannya sampah-sampah. Dari sini kami mempunyai beberapa permasalahan yang ingin kami temukan penyelesaian masalahnya. Permasalahannya diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Bagaiaman keadaan kebersihan di sekitar kampus UPI ?
  2. Apa yang menjadi faktor penyebab bertebarannya sampah di sekitar kampus UPI ?
  3. Bagaimana peranan mahasiswa UPI dalam mengatasi sampah di sekitar kampus UPI ?

  1. Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pendekatan Multi aspek/multi dimensi. Kami melihat beberap gejala yang mungkin menjadi pemicu terjadinya permasalahan yang melanda objek penelitian. Metode pemecahan masalah yang kami gunakan yaitu Metode Kuantitatif dengan menyebarkan Angket kepada para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kami mengambil sampel sebanyak 80 responden dari berbagai jurusan di UPI.. dan juga observasi langsung. Selain itu kami pun melakukan studi kepustakaan untuk menambah khazanah pengetahuan kami dan juga guna menunjang pemecahan masalah yang kami miliki.

  1. Sistematika Makalah
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang masalah
1.2   Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.3   Pendekatan dan Metode pemecahan masalah
1.4   Sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
=========================================================

BAB II
LANDASAN TEORI

  1. Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh Al-Khalik penciptanya. Makhluk hidup yang namanya manusia, baru dilahirkan sekitar satu atau dua juta tahun tahun yang lampau setelah segala sumber daya tersedia dan setelah ruang bumi ini tercipta. Dalam Buku Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Teknologi Karya Prof. Dr H. Nursid Sumaatmadja disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling pengaruh mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi tingkat berbagai penguasaan teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan alam di dunia ini sangatlah bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di sini terlihat bahwa manusia merupakan komponen biotik  lingkungan yang paling aktif. Karena manusia secara aktif dapat mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala.
Manusia mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam Hidupnya dari Lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya yang diambil dari Lingkungan. Maka berarti semakin besar perhatian manusia terhadap Lingkungan. Manusia merupakan Makhluk paling aktif dalam mengubah tatanan pada Lingkungan. Manusia bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, karena perbuatan manusialah Lingkungan menjadi berubah dan kadang menjadi marah karena dirusaknya Lingkungan. Hubungna manusia dengan Lingkungan memang sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang Manusia bergantung kepada alam dan ada juga Alam yang bergantung pada manusia.
  1. EKOSISTEM
Yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan dimana manusia merupakan bagian integral dari ekosistem tempat hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu komunitas Biota yang berinteraksi dengan Lingkungan fisiknya dan saling pengaruh mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri dari bagian-bagian dnegan fugnsi-fungsi tertentunya. Dan untuk menunjang fungsi-fungsinya itu dioperlukan sumber energi. Setiap species menyesuaikan diri dengan tugas tertentu dalam ekosistem dan berfungsinya ekosistem bergantung kepada adanya kombinasi spesies yang sesuai dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu di dalam seluruh system.
Peranan manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab Lingkungan hidup masnuia tidak hanya terbatas pada sarana fisik kimia dan biologis saja tetapi termasuk pula di dalamnya persoalan ekonomi, sosio budaya dan agama. Segala macam perubahan dalam lingkungan hidup manuisa, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap dirinya.
Manusia merupakan bagian intergral dari ekosistem maka apabila struktur dan sifat fungsional ekosistem rusak, akan mengakibatkan penderitaan pada manusia itu sendiri. Dengan perkataan lain, bila itu terjadi maka keseimbangan ekologi akan terganggu dengan akibat penderitaan pada manusia itu sendiri.
  1. EKOLOGI
Tokoh yang berjasa mengangkat ekologi menjadi kajian yang bermakna adalah Ernest Haeckel (1866) seorang pakar biologi Jerman. Semula ekologi ini hanyalah merupakan subdisiplin Biologi. Namun pada perkembangan dewasa ini, ekologi itu dapat dikatakan menjadi kajian bidang mandiri. Ekologi itu berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata Oikos yang berarti Rumah atau tempat tinggal dan logos yang berarti studi atau telaah. Jadi secara harfiah ekologi itu berarti studi atau telaah tentang organisme di tempat tinggalnya. Secara lebih formal, ekologi itu berarti studi atau telaah tentang struktur atau fungsi alam atau studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor fisikal serta biological yang membentuk lingkunganya.
                Organisme, Living organism, makhluk hidup
                Yang diartikan organisme atau makhluk hidup pada konsep ekologi yaitu tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini manusia termasuk kedalam kelompok hewan. Namun demikian karena manusia lebih cocok masuk kedalam kelompok hewan namun memiliki keistimewaan tersendiri, pembahasannya dikhususkan pada telaah ekologi manusia (human ecology).
Lingkungan, environment
                Ehlich & Ehrlich dan Holdren (1973:4) mengemukakan, The environment is the unique skin of soil, water, geseos atmosphere, mineral nutrient and organism that covers this otherwise undistinguished planet. Dalam Undang-undang Indonesia Nomor 4 Tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I Pasal 1 dirumuskan : Lingkungan Hidup adalah  kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

  1. POLUSI
Yang dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Terjadinya polusi atau pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat aktifitas manusia yang berlebihan dan tidak terkontrol yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, air dan udara. Yang akibatnya akan mengancam kelestarian Lingkungan.
Mengenai polutan dapat digolongkan kdalam dua hal yakni :
1.       Yang bersifat kualitatif
Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang alamiah telah terdapat di dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyak sehinggga mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena bencana alam dan karena perbuatan manusia, contoh polutan misalnya unsur nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
2.       Yang bersfat kuantitatif
Terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya persenyawaan yang dibuat secara sintesis seperti, pestisida detergen dan lain-lan. Umumnya polusi lingkungan ditunjukan kepada faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan dan faktor-faktor kimia seperti debu, uap, gas, larutan, awan, kabut, sosioekonomi dan kultur.
                Pencemaran Lingkungan
                Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan pencemaran itu disebut dengan polutan.
Menurut WHO, ditetapkan empat tahap pencemaran yaitu :
1.       pencemaran tingkat pertama
pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2.       Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.
3.       Pencemaran tingkat ketiga
Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menimbulkan sakit yang kronis.
4.       pencemaran tingkat keempat
pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam lingkungan karena kadar zat pencemaran terlalu tinggi.

  1. SAMPAH
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).  Soewedo   (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.   Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.    Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Salah satu sumber Menyebutkan tentang Sampah yaitu :
Pemusnahan sampah
Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :

a. Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.
b. Pengkomposan.
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan kebakaran.
d. "Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Pemanfaatan Sampah
1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak
2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur Ulang
Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang :
1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
Manfaat pengelolaan sampah
1. Mengehemat sumber daya alam
2. Mengehemat Energi
3. Mengurangi uang belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman)
=========================================================

BAB III
PEMBAHASAN

A.   Keadaan Kebersihan Di sekitar Kampus UPI
                Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satu Universitas yang masuk kedalam 10 Universitas terbaik di Indonesia. Sudah selayaknya kampus ini baik dalam berbagai hal, baik itu pendidikan, lingkungan dan kesehatannya. Namun tidak disangka ternyata kampus yang merupakan kampus terbaik ini ternyata kotor dan kurang sehat keadaan lingkungannya. Pembangunan yang sedang dilakukan turut mempengaruhi kotornya keadaan lingkungan UPI saat ini.
                Sekilas kalau kita lihat keadaan lingkungan UPI ini itu bersih namun kalau kita lihat lebih kedalamnya, kesudut-sudut UPI, di dalam kelas, got-got dan belakang-belakang kampus bertebaran sampah dan bahkan menumpuk. Sebenarnya apa yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kurang sigapnya para petugas kebersihan UPI ataukah para penghuni UPI yang kurang tanggap akan hal ini. Setelah kami meneliti dan kami menyebarkan angket yang isinya menanyakan kebersihan Lingkungan UPI dan harapan yang diinginkan Mahasiswa terhadap Lingkungan UPI jawaban mereka adalah 93,6 % menjawab lingkungan UPI jelek alasannya adalah tidak banyak tersedianya tempat sampah. Seharusnya tempat sampah tersedia diberbagai sudut sekarang ini hanya beberapa saja. Ketika para mahasiswa ini ingin membuang sampah pada tempatnya dan ditempat itu tidak ada tempat sampah mereka malah menyimpan dan membuangnya di bawah pohon dan di got-got ada juga yang menyimpannya sementara di dalam tas mereka dan bahkan ada yang memasukan sampah ke dalam sela-sela kursi di dalam kelas.
                Memang keadaan ini sangat memprihatinkan, kalau saja sarana itu menunjang pastilah keadaan UPI tidak seperti sekarang ini. Keadaan yang kotor dan bau. Tidak hanya sampah yang menjadi fenomena di UPI ini hal lain yang sangat nampak adalah tidak terawatnya WC. WC yang ada di UPI sangat tidak layak, bau dan kotor. Sebagai contoh kami melakukan Inspeksi mendadak kedalam kamar mandi yang ada di FPIPS, Perpustakaan, UPINET dan Gymnasium ternyata sangat Bau dan kotor. dan di dalamnya pun tidak terlewatkan sampah bertebaran. Kenapa sampah lagi sampah lagi? Ternyata jawabanya adalah di kamar mandi pun tidak ada tempat sampah. Seandainya ada tempat sampah pasti tidak akan berceceran yang namanya tisu, puntung rokok, pembalut dll.
                Sungguh memprihatinkan keadaan Lingkungan yang yang ada di UPI ini sebagai Universitas Pendidikan yang seharusnya menjaga kesehatan lingkungan malah kotor dan bau. Bagaimana mau menciptakan Kota Bandung yang bersih kalau lingkungan kampusnya saja kotor dan banyak sampah. Memang tidak satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi banyak faktor yang menjadi kendala, selain yang telah disebutkan diatas tadi faktor lainnya adalah kurang adanya partisifasi aktif dari mahasiswa untuk menangani hal ini. Belum terlihat banyak Jurusan atau bahkan Himpunan yang bersedia membuat tempat sampah.

B. Faktor-Faktor  Bertebarannya Sampah di UPI.
                Sudah tidak bisa dipungkiri lagi kebersihan lingkunga UPI sekarang sudak terkontaminasi oleh masalah sampah dan kotoran lainnya yang menyebabkan lingkungan UPI menjadi kotor dan tidak terawat. Hal didorong oleh banyak hal diantaranya adalah :
1.       Kurang tersedianya tempat sampah yang memadai dan kelayakannya untuk dipakai.
        Tempat sampah merupakan hal yang penting dalam menangani merebaknya sampah di setiap tempat. Kurangnya tempat sampah sering menjadi kendala menumpuknya sampah di berbagai tempat. UPI sebagai kampus pendidikan seharusnya memiliki kesadaran untuk menyediakan tempat sampah yang memadai. Namun tidak dapat dipungkiri lagi ternyata ketersediaan tempat sampah di kampus sangatlah minim. Kami memperoleh data, minimnya tempat sampah di kampus UPI ini dengan menyebarkan Angket kepada mahasiswa UPI dengan menanyakan ketersediaan tempat sampah di Lingkungan UPI dan sekitar 87,2 % mereka menjawab jarang melihat tempat sampah di Lingkungan UPI. Hal ini wajar kalau lingkungan UPI dipenuhi dengan sampah dan kotoran lainnya. Ada alasan mereka yang paling menonjol tidak membuang sampah tidak pada tempatnya yaitu karena mereka ketika mau membuang sampah dan ditempat yang bersangkutan tidak ada tempat sampah. Sehingga mereka membuang sampah di got-got dan di simpan di bawah pohon.
        Minimnya tempat sampah dilingkungan UPI, telah menjadi kendala yang nampak dalam mengatasi masalah sampah di UPI.  Selain minimnya tempat sampah yang ada di sekitar kampus UPI faktor lain yang menjadi penyebab adalah kurang layaknya tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat sampah tampak tidak terawat dan rusak. Hasil pemantauam langsung kami di depan kantin FPIPS juga menunjukkan bahwa keadaan tempat sampah sudah tidak layak. Tempat sampah sudah rusak dan bolong-bolong. Jadi ketika sampah menumpuk langsung keluar dan tetap saja bertebaran di sekitar kantin. Di depan kantin juga terlihat karena tidak tersedianya tempat sampah yang memadai, sampah-sampah bertebaran di got-got dan aromanya sangatlah bau sehingga menimbukan kesan kumuh..
        Sampah juga masih bertebaran di dalam kelas-kelas. Ini wajar karena didalam kelas pun tidak tersedia tempat sampah. Sampah-sampah bertebaran di sudut-sudut kelas, dan dibawah kursi.

2.       Kelas yang selalu berpindah-pindah
Pembangangunan yang sedang dilaksanakan oleh pihak UPI menyebabkan berkurangnya tempat perkuliahan dan akibatnya perkuliahan selalau berpindah-pindah dari kelas yang satu kedalam kelas yang lain. Seringnya perpindahan ini mengakibatkan kurang adanya kecintaan terhadap kelas masing-masing. Maka dari itu ketika dalam kelas mereka sering buang sampah seenaknya karena merasa tempat itu bukan tempat tetap mereka jadi bukan milik mereka dan tidak perlu untuk menjaganya. Selain dari itu tidak tersedianya pula tempat sampah yang ada disekitar kelas itu.

3.       Kurang kesadaran diri
        Ketika kami menyebarkan angket ke dalam 80 Respon dari semua jurusan yang ada di UPI kami memperoleh data 79,2 % telah membuang sampah pada tempatnya. Namun ada hal lain yang membuat saya bingung dan aneh. Ternyata masih banyak juga yang tidak membuang sampah tidak pada tempatnya. Mereka sembarangan membuang sampah di got-got, memang ditempat itu tidak tersedia tempat sampah. Namun tidak salah juga mereka menyimpan untuk sementara sampah itu di saku dan menunggu sampai menemukan tempat sampah dan membuangnya. Banyak Mahasiswa yang belum sadar akan hal ini.
        Dari 79,2 % responden yang sudah membuang sampah pada tempatnya ada yang beralasan mereka sadar akan lingkungan ada juga yang membawa landasan, kebersihan sebagian daripada Iman. Responden sebagiannya yang belum membuang sampah pada tempatnya mereka sebenarnya sadar akan kebersihan namun mereka jarang melihat tempat sampah di tempat yang bersangkutan. Ketersediaan tempat sampah memang harus ditunjang dari berbagai pihak. Karena pemecahan masalah tidak akan berhasil kalau hanya dilihat dari satu pihak saja. Di Kampus UPI belum terlihat kesadaran yang nyata dari pihak-pihak yang bersangkutan. Misalkan saja Fakultas, Jurusan bahwakan sampai Himpunan belum menampakan keseriusannya dalam mengatasi masalah ini.Baru beberapa Fakultas saja yang sadar akan ini itu pun hanya dari sebagian kecil Jurusan.


4. Belum ada aturan yang melarang pembuangan sampah.
        Memang aturan menjadi faktor lain yang mendukung terciptanya Lingkungan yang sehat dan aman. Aturan yang tegas belum berlaku di Kampus UPI Ini. Tidak adanya aturan yang melarang pembuangan sampah sembarangan menyebabkan Mahasiswa secara bebas membuang sampah pada tempatnya. Di UPI baru ada slogan-slogan saja yang sudah lumrah ada yaitu buanglah sampah pada tempatnya. Banyak mahasiswa yang suka menyalahkan arti slogan itu ketika mereka tahu harus membuang sampah pada tempatnya mereka membuang sampah di tempat ketika mereka menghabiskan makanannya dan mereka mebuang sisanya ditempat itu. Perlukah kiranya mengadakan sebuah aturan yang tegas mengenai masalah sampah di UPI ini sehingga akan memunculkan suatu keadaan yang bersih dan nyaman.
         Selama ini kita sering menjumpai slogan-slogan seperti kebersihan sebagian dari iman, buanglah sampah pada tempatnya dan lain-lain namun ternyata kenyataan yang kita temui dilapangan justru sebaliknya. Sampah ada dimana-mana, kondisi ini terjadi karena beberapa alasan atau faktor-faktor tertentu. Bisa saja keadaan ini terjadi karena kurangnya kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya atau justru tempat sampahnya yang tidak ada, suatu keadaan yang ironis sekali. Keadaan ini harusnya diperbaiki dengan adanya aturan yang jelas mengenai sampah selain itu perlu pula disediakan tempat-tempat sampah diberbagai tempat serta menumbuhkan sikap kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya.

C.    Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Masalah Sampah di UPI.
              Mahasiswa mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan kebersihan lingkungan di wilayah sekitar kampus UPI ini. Mengapa harus mahasiswa? Karena sebagian besar kampus UPI ini warganya adalah para mahasiswa yang menempuh pendidikan di UPI. Dari mahasiswalah sebagian besar sampah dihasilkan dan dari mahasiswalah seharusnya timbul kesadaran untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan yang bersih dan terawat. .
                Salah satu Sumber pada sebuah media cetak di Internet menyebutkan bahwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPI dan Centre of People Empowering Suistanable Development (CPESD) mulai menggunakan mesin pembakaran untuk mengelola sampah di sekitar kampus. Menurut Ketua BEM UPI, mesin yang perakitannya diselesaikan dalam waktu tiga bulan itu bisa mengolah semua jenis sampah organik dan anorganik, kecuali batu-batuan, besi, dan kaca. Proses pengerjaan dan penda-naan dikerjakan bersama antara mahasiswa dan CPESD.
4m3/jam
                Ketua BEM  mengatakan, rotary insenerator bisa membakar 4 m3 sampah setiap jam dengan bahan bakar minyak tanah untuk menggerakkan mesinnya. ”Minyak tanah yang digunakan sebanyak 30 liter untuk pemakaian 5 jam,” Karena menggunakan minyak tanah mesin itu tidak mengeluarkan polusi udara yang besar bila dibanding penggunaan solar atau bensin. Mesin itu pun memiliki dua alat tambahan yang berfungsi untuk menyedot dan mengendapkan asap yang dikeluarkan dari proses pembakaran. Meskipun sistem pembakarannya sudah ada, Agus mengaku, Apada saat itu masih menjabat sebagai ketua BEM, belum ada penelitian mengenai kegunaan abu sebagai hasil pembakarannya. ”Mungkin bisa dijadikan kompos, tapi harus diteliti lagi seberapa besar kualitasnya.”
                Menurut Agus, penggunaan mesin pembakar sampah itu merupakan satu bagian dari gerakan moral yang dilakukan BEM UPI untuk menyadarkan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik. ”Sekarang masih dalam tahap uji coba sehingga teknologinya masih harus disempurnakan,” katanya. Rektor UPI, Sunaryo Kartadinata menyebutkan, permasalahan kebersihan kota tetap merupakan tanggung jawab pemerintah kota, termasuk juga kampus UPI. ”Tapi kami akan terbuka bila pemerintah ingin mengembangkan teknologi itu. Nanti berkolaborasi,” ujarnya.Menurut Sunaryo, kerja sama itu tidak akan dilakukan bersama pihak swasta ,karena tidak ingin prosesnya menjadi komersial. Disebutkan, saat ini UPI belum memikirkan sistem manajemen dan konsekuensi finansial untuk mengembangkannya.
=========================================================================

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai keadaan Lingkungan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia. UPI sebagai salah satu Universitas terbaik di Indonesia memiliki masalah dengan Lingkungannya, hal ini diakibatkan oleh beberapa factor yang menjadi penyebab kurang sehatnya lingkungan UPI. Penyebab pertama adalah Minimnya tempat sampah yang ada di Kampus UPI, Kelas yang selalu berpindah-pindah, kurangnya kesadaran diri dan tidak adanya Hukum yang tegas.
Disini terlihat, bahwa factor-faktor itu mengarah kepada hal ekonomis, psikologis, agama, dan hukum. Karena yang menjadi sorotan dalam kali ini adalah Mahasiswa dan perangkat lainnya maka hal-hal tadi juga berkaitan dengan Mahasiswa dan lainnya.Minimnya tempat sampah yang ada di UPI ini terjadi tidak hanya kurang maunya pihak tertentu mengadakan tempat sampah namun hal ini juga berbenturan dengan dana. Tiap jurusan sepertinya enggan mengeluarkan dana untuk pengadaan tempat sampah. Tidak hanya instansi jurusan saja, organisasi kemahasiswaan seperti contoh yaitu Himpunan sangat jarang mengeluarkan inisiatif untuk mengeluarkan dana dalam pengadaan tempat sampah. Faktor kedua adalah faktor psikologis dari para mahasiswa, karena kebiasaan Mahasiswa jika tidak ada tempat sampah maka mereka membuang sampah sembarangan tidak menyimpannya untuk sementara waktu menunggu tempat sampah ada. Mereka karena terbiasa maka langsung menyimpannya di bawah pohon atau dimasukan kedalam got-got. Hal ini terlihat langsung oleh kami ketika melakukan penelitian tentang sampah di UPI ini. Hal lain yang menjadi kendala adalah belum adanya hokum yang tegas dalam mengatasi masalah ini. Maka Mahasiswa bisa secara bebas membuang sampah tidak pada tempatnya.
UPI sebagai universitas ternama seharusnya menciptakan segala sesuatunya dengan baik. Memang sekarang ini UPI sedang melakukan pembangaunan secara besar-besaran yang sedikitnya mengganggu keadaan lingkungan di UPI. Makin banyaknya penghuni kampus selain para mahasiswa juga ditampah para pekerja yang bekerja sebagai kuli bangaunan ini menambah besar volume sampah yang ada di kampus UPI ini. , maka partisipasi dari berbagai pihak sangtlah diperlukan.

  1. SARAN
Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada di UPI khususnya masalah Lingkungan yang berkaitan dengan sampah, ada beberapa solusi yang kami tawarkan sesuai dengan poermasalahan yang timbul, yakni :
    1. Perbanyak tempat sampah yang layak pakai
Sampah yang berserakan dan bertebaran di sekitar Kampus UPI ini diakibatkan oleh minimnya tempat sampah yang ada di sekitar kampus UPI. Hampir tidak terlihat keberadaan tempat sampah di UPI. Seharusnya disetiap sudut ruangan dan disetiap sudut di UPI tersedia tempat sampah. Adakan juga tempat samaph di dalam kelas agar tidak terjadi penumpukan sampah di dalam kelas. Perbanyak tempat sampah yang layak di sekitar Kantin, karena kami lihat di dekat kantin itu tempat sampah sudah tidak layak lagi dan sudah rusak. Dalam pengadaan tempat sampah, harus adanya kesadaran dari masing-masing individu untuk mengadakan tempat sampah. Bahkan seharusnya organisasi kemahasiswaan yang mengadakan tempat sampah ini.misalkan saja Himpunan membuat program pembuatan tempat sampah.
    1. Pupuk rasa cinta terhadap Lingkungan
Kalau kami lihat masih minimnya rasa memiliki lingkungan para mahasiswa UPI ini. Mereka masih saja membuang sampah tidak pada tempatnya. Alasannya karena tidak ada tempat sampah. Seharusnya secara psikologis mereka sadar menyimpannya dahulu untuk sementara sampai menemukan tempat sampah. Mereka malah membuang langsung tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi selanjutnya. Saran kami mulailah dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, jika tidak ada tempat sampah simpanlah dahulu untuk sementara sampai menemukan tempat sampah. Pupuk rasa Cinta terhadap lingkungan.
    1. Berlakukan hukum yang ketat dalam menangani sampah di UPI
Hukum merupakan solusi terakhir yang diawarkan,karena dengan diberlakukannya peraturan ini maka sedikitnya akan mengurangi kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Misalkan Jika ada Mahasiswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya maka di denda uang sebesar…., maka hal ini sedikitnya akan mengurangi kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan.
Memang denan adanya hokum pasti akan terasa tertekan namun hal ini dapat menjadi solusi yang baik jika ingin menciptakan Lingkungan UPI yang sehat bebas dari samapah.
Selain itu juga kami tawarkan juga pengolahan sampah agar tidak menumpuk. Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill (tempat pembuangan sampah) bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat  atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa manusia akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang.
==========================================================================
KEPUSTAKAAN

Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. MANUSIA, ALAM dan LINGKUNGAN. Jakarta: Depdikbud.
Supardi, I. 1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA. Bandung: Alumni.
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. MANUSIA DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA dan LINGKUNGAN HIDUP. Bandung: CV Alfabet.



Related Post



Post a Comment