MAKALAH TENTANG HIPERTENSI
Penjelasan
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi
ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras
ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit,
seperti gagal ginjal, stroke, dan
gagal jantung.
Kali ini saya akan membagikan kepada anda
mengenai Makalah yang berjudul
diatas, Makalah ini memiliki 22 (dua puluh dua) Page diamana Isinya memiliki 3
(Tiga Bab) yaitu (BAB I PENDAHULUAN, BAB II PEMBAHASAN, BAB III PENUTUP), dan memiliki beberapa Rumusan Masalah diantaranya adalah :
1. Apakah
yang dimaksud dengan penyakit hipertensi?
2. Apakah
jenis-jenis penyakit hipertensi?
3. Hal-hal
apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor resiko) timbulnya penyakit
hipertensi?
4. Bagaimana
mekanisme terjadinya penyakit hipertensi?
5. Bagaimana
cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi?
Untuk lebih lengkapnya anda bisa lihat isinya di bawah ini :
Setelah anda membaca isi dari Makalah ini, jika anda minat,
anda boleh download Filenya di bawah ini :
Jika anda copy paste maka teks akan berantakan, saya sarankan
anda mendownload saja. Untuk link downloadnya diatas.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung
congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa
tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit
jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan
penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi
dan penyakit yang menyertainya.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian
pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat
(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi
makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart
Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai
tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian
pada semua umur di Indonesia.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia
telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih
banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik
dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya
jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%
tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%;
Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera
Barat 17,8%.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun
hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat
berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Oleh
karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih
lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas
maka rumusan masalah makalah ini adalah:
6. Apakah
yang dimaksud dengan penyakit hipertensi?
7. Apakah
jenis-jenis penyakit hipertensi?
8. Hal-hal
apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor resiko) timbulnya penyakit
hipertensi?
9. Bagaimana
mekanisme terjadinya penyakit hipertensi?
10. Bagaimana
cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
·
Untuk mengetahui defenisi dari
penyakit hipertensi.
·
Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit hipertensi.
·
Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab (faktor resiko) terjadinya penyakit hipertensi.
·
Untuk mengetahui mekanisme
terjadinya penyakit hipertensi.
·
Untuk mengetahui cara mencegah
terjadinya penyakit hipertensi.
===============================================================
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI HIPERTENSI
The
Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment
of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu
apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi.
Pada
anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95
persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur
sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah.1 The sixth Report
of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Presure (JNC VI)
mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel
I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1
Sumber : The sixth Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel.
Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott.
Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004
Penyakit darah tinggi atau
Hipertensi adalah suatu keadaan di
mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic)
pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik
yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Nilai normal tekanan darah seseorang
dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan
secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah
normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas
atau berolahraga.
Bila seseorang
mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah
tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras,
akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab
umum terjadinya stroke dan serangan jantung.
2.2 JENIS-JENIS HIPERTENSI
Pengelompokan
Hipertensi terdiri atas :
2.2.1 Penyakit
Hipertensi Menurut Kausanya terbagi atas :
1. Hipertensi
Primary
Hipertensi esensial
atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem
saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada
usia 30 – 50 tahun.
2. Hipertensi
Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu
kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat
seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan
darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH),
ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang
menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun
tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa
mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang
wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti
pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang
membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi
kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.
Hipertensi sekunder atau hipertensi
renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme
primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain. Klinis sulit untuk membedakan dua
keadaan tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh
hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan
lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama
makin berat komplikasi yang mungkin ditimbulkan.
a.
Hipertensi
pada penyakit ginjal
Penyakit
ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam
jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Hipertensi pada penyakit ginjal
dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun penyakit ginjal kronik, baik
pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular. Hipertensi pada
penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :
1. Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya
retensi natrium yang menyebabkan hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena
adanya peningkatan reabsorbsi natrium di duktus koligentes. Peningkatan ini
dimungkankan abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik
Peptida dan peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.
2. Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi
yang kemudian merangsang sistem renin angiotensin aldosteron.
3. Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena
adanya retensi natrium, peningkatan sistem Renin Angiotensinogen Aldosteron
akibat iskemi relatif karena kerusakan regional, aktifitas saraf simpatik
yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis sekunder, dan
pemberian eritropoetin.
4. Penyakit glumerolus kronik
SistemRenin- Angiotensinogen-
Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem hormonal enzimatik yang bersifat
multikompleks dan berperan dalm naiknya tekanan darah, pangaturan keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit.
b.
Hipertensi pada penyakit
renovaskular
Hipertensi
renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder. Diagnosa
hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk
disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis.
Stenosis arteri renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif
secara anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah
hipertensi yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.
Istilah
nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi
ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi
ginjal, kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat
dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi,
revaskularisasi dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.
c.
Hipertensi
pada kelainan endokrin
Salah
satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme
primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang
disebabkan oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya
berasal dari kelenjar korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara
klinis dikenal dengan triad terdiri dari hipertensi, hipokalemi, dan
alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks
adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.
d.
Sindrom
Cushing
Sindrom
cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH ).
e.
Hipertensi
adrenal kongenital
Hipertensi
adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak (jarang
terjadi).
f.
Feokromositoma
Feokromositoma
adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila terdapat
riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma
yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan
hiperglikemia.
Feokromositomia
disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan
katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10%
terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10% dari tumor ini ganas dan 10%
adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan
darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat atau edema paru
karena gagal jantung.
g.
Koarktasi
aorta
Koarktasi aorta paling
sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan
menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan
denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat
menetap bahkan setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi
terjadi lama sebelum operasi.
h.
Hipertensi
pada kehamilan
Hipertensi
pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas
maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi
dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan
hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler,
gagal organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi pasien hipertensi
kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 10–25%, abruptio
0,7–1,5%, kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12–34%, dan hambatan
pertumbuhan janin 8–16%. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat
pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai 50%.
Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan
intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin.
Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung,
ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan
darah yang terkontrol secara agresif dapat menurunkan
terjadinya eklampsia.
i.
Hipertensi
akibat dari penggunaan obat – obatan.
Penggunaan
obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi
oral (OCP) dimana 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan.
Perempuan usia lebih tua (>35tahun) lebih mudah terkena, begitupula dengan
perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 %
tekanan darah akan kembali normal dalam 3–6 sesudah penghentian pil.
Penggunaan estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak
meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk
siklosporin, eritopoietin, dan kokain.
2.2.2
Menurut Gangguan Tekanan Darah
a. Hipertensi
Diastolik
(diastolic hypertension)
Yaitu peningkatan
tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya bentuk
hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
b. Hipertensi
Sistolik (isolated systolic hypertension)
Yaitu peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikutu peningkatan tekanan diastolik. Umumnya bentuk
hipertensi ini ditemukan pada usi lanjut.
c. Hipertensi
Campuran (sistol dan diastole yang meninggi)
Yaitu peningkatan tekanan darah pada
sistol dan distol.
2.2.3 Menurut
berat atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi
ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik
berada diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada diantara 90-99mmHg.
b. Hipertesi
sedang yaitu jika pada pengukuran
tekanan darah, tekanan darah sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan
darah diastolic berada diantara
100-109mmHg.
c. Hipertensi
berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik
>180mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg.
2.3 GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi
diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai
silent killer karena dua hal, yaitu:
· Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
· Penderita
hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
·
Sakit
kepala
·
Kelelahan
·
Mual
·
Muntah
·
Sesak
nafas
·
Gelisah
·
Pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
·
Sering
buang air kecil terutama di malam hari
·
Telinga
berdenging
Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera
2.4
FAKTOR
RISIKO HIPERTENSI
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang
dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat
dimodifikasi.
a. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik
Adanya faktor genetik
pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko
menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada
70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
2. Umur
Insidensi
hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur
di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih
tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko
yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan
di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
4.
Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada
orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara
pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
5. Penyakit Ginjal
Ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
·
Jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
·
Jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
·
Ginjal
juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera
pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
6. Obat-obataan
Penggunaan
obat-obatan seperti beberapa
obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar), termasuk
beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan
darah tinggi.
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai
tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua
sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi
sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah
secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat
kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
8. Keracunan timbal akut
Timbal bisa
menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan
aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan cedera
pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi.
b.
Faktor yang dapat dimodifikasi
atau dikendalikan
1. Stress
Stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal. Mekanisme hubungan antara stress
dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas
saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota.
2. Obesitas
Penelitian
epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan
tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi
yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai
peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada
tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
3. Nutrisi
Sodium
adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi
akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara
tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan
garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat
terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam
takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.
4. Merokok
Penelitian
terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi
yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk
ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan
penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
5.
Kurang
olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga)
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
2.5
MEKANISME HIPERTENSI
Mekanisme terjadinya
hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh
angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal.
Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.
2.6
PENCEGAHAN
HIPERTENSI
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan
pola makan yang baik seperti konsumsi makanan kaya serat, kurangi konsumsi
garam dan
pola diet rendah lemak jenuh, total lemak dan kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam.
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki
ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol,
terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari
penyedap masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang
sangat mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan
penyedia jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia
sudah begitu bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan
lain-lain, dengan seenaknya menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran
yang jelas.
Beberapa bentuk
pencegahan penyakit hipertensi antara lain :
a. Pencegahan
primordial
b.
Promosi kesehatan
c.
Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu
faktor risiko
d.
Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up
e.
Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan
komperhensif dan kausal awal keluhan
f.
Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut
hipertensi yang tidak bisa diobati
=======================================================
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Definisi
Hipertensi :
Hipertensi adalah suatu kondisi
dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmhg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi.
·
Faktor Resiko Hipertensi
a. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :
1. Genetik
2. Umur
3. Jenis
Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor
yang dapoat dimodisikasi atau dikendalikan
1) Stress
2) Obesitas
3) Nutrisi
4) Merokok
5) Kurang
Olahraga
·
Jenis-jenis Hipertensi
1) Menurut
Kausanya
a. Hipertensi
Primer
b. Hipertensi
Sekunder
a) Hipertensi
pada ginjal
b) Hipertensi
pada penyakit renovaskular
c) Hipertensi
pada kelainan endokrin
d) Sindrom
cushing
e) Hipertensi
adrenal konginetal
f) Koarktasi
aorta
g) Feokromositoma
h) Hipertensi
pada kehamilan
i)
Hipertensi penggunaan obat-obatan
2) Menurut
gangguan tekanan darah
a. Hipertensi Diastolik
b. Hipertensi Sistolik
c. Hipertensi Campuran
·
Mekanisme Terjadinya Penyakit
Hipertensi
Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal.
·
Cara Pencegahan Penyakit
Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah
dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas fisik yang cukup
seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari kebiasaan
buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta konsumsi natrium/sodium
yang berlebih seperti garam dapur yang berlebihan, penyedap rasa (MSG). Selain
itu, dengan melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.
3.2 SARAN
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi,
hendaknya seseorang menerapkan pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan
pola makan, mencakup menghindari makanan yang berisiko meningkatkan tekanan
darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan nutrisi yang seimbang.
Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak
terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok
serta konsumsi alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa,
hendaknya pencegahan dimulai sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang
tua dalam mengontrol pola konsumsi anaknya masing-masing.
===========================================================
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym. Tanpa tahun. Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi). www.w3.org
Armilawaty,
dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko
dalam Kajian Epidemiologi. Makassar : FKM Unhas.
Bustan,
M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Dedy.
2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).
Sidenreng.com
Sitorus, Sampe. 2009. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.com
Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com
Tohaga, Edwin. Tanpa tahun. Hipertensi, Gejala dan Komplikasi. Wordpress.com
http://id.wikipedia.org/
|
Jika postingan saya bermanfaat, ketik komentar di
bawah ya, terima kasih.
Post a Comment