Keterangan :
untuk download makalah di bawah ini anda bisa download disini
-----------------------------------------------------------------------------
BAB
I
PENDAHULUAN
Angka
Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan dan Angka Kematian Bayi khususnya bayi baru
lahir masih tinggi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun
2002 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup
(KH) sedangkan hasil SDKI pada tahun 2007 AKI 228/100.000 KH. Dari pernyataan
diatas terdapat penurunan angka kejadian, namun angka tersebut masih jauh Millenium
Development Goals (MDGs) yang sudah harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI
102/100.000 KH dan hasil SDKI 2007 mengetimasikan AKB sebesar 34/1000 kelahiran
hidup (Profil Kesehatan indonesia, 2010).
Tingginya AKI dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat
kompleks, secara garis besar menjadi dua
faktor besar yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung
disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama
masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu perdarahan (28%),
eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik
(5%), emboli obstetrik (3%). Selain itu, ada beberapa penyebab tidak
langsung yang biasa dikenal dengan “3 terlambat”. Tiga terlambat yaitu;
terlambat mengetahui tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
pelayanan kesehatan, dan terlambat memperoleh pertolongan di fasilitas
pelayanan dan “3 Terlalu” yaitu: Terlalu tua,
terlalu muda, terlalu sering.
Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas
rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan AKI (Dwinata, 2009).
Umumnya
kematian ibu dan anak dapat dicegah apabila pelayanan kesehatan pada saat
kehamilan (Ante Natal Care = ANC) dapat dilakukan dengan baik. Komponen penting
dalam kesehatan ibu adalah akses terhadap informasi tentang kesehatan
reproduksi dan pelayanan kesehatan yang universal. Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama
masa kehamilan. Kinerja bidan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
faktor internal maupun eksternal. Mengingat kinerja mengandung komponen
kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada
tingkat kemampuan individu dalam pencapaian hasil (Depkes,2004). Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai antenatal care (ANC).
1. Apakah
pengertian antenatal
care (ANC)
2. Bagaimanakah
tujuan asuhan
antenatal care (ANC)
3. Bagaimanakah
manfaat antenatal
care (ANC)
4. Bagaimanakah
standar minimal
pelayanan antenatal care (ANC)
5. Bagaimanakah kunjungan ibu hamil
6. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi ante natal care (ANC)
1. Mengetahui
pengertian antenatal
care (ANC)
2. Mengetahui
tujuan asuhan
antenatal care (ANC)
3. Mengetahui
manfaat antenatal
care (ANC)
4. Mengetahui
standar minimal
pelayanan antenatal care (ANC)
5. Mengetahui kunjungan ibu hamil
6. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi ante natal care (ANC)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala,
yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman
Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 2004 : 1). Pengawasan antenatal
adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk ditujukan pada pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2002 : 129). Pemeriksaan antenatal
adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kegawatan yang
ditemukan (Depkes RI, 2004 : 12). Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal (Prawirohardjo, 2000 : 89).
Salah satu fungsi terpenting dari
perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran dan informasi pada seorang
wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status
kesehatannya. Perawatan antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk
menginformasikan kepada para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala
yang memerlukan bantuan segera dari petugas kesehatan (WHO, 2004 : 8).
Pemeriksaan antenatal seyogyanya dimulai
segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dalam beberapa hari setelah terlambat menstruasi, terutama bagi wanita yang
menginginkan terminasi kehamilan, tetapi bagi semua wanita secara umum sebaiknya
jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali.
2.2. Tujuan
Antenatal Care (ANC)
Tujuan asuhan antenatal
adalah:
1)
Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial
ibu dan bayi.
3)
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
4)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
6)
Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bagi bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifudin, dkk, 2002).
Perawatan
antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1.
Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
2.
Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3.
Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
4.
Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya (Poedji Rochjati, 2003 : 41).
2.3. Manfaat
Antenatal Care (ANC)
Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar
karena dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan antenatal juga memberikan
manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:
1) Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini
komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi
kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah
persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode
kontrasepsi (Manuaba, 1999).
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga
mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai
titik awal kualitas suber daya manusia (Manuaba, 1999).
2.4. Standar Minimal Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Menurut Saifuddin (2002) pelayanan
antenatal mencakup banyak hal namun dalam penerapan operasional dikenal standar
minimal “7T” yang terdiri dari :
1. Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per
minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil
muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing – masing bertambah 5
kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg. Bila ada
kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko
seperti bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2. Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan
tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu
sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini
dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat
(Depkes, 1997).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4. Pemberian
imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek
perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada
kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu
kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas.
Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
1)
Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan
diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
2)
Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan
ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
5. Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi
dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500
ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau
teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi
diminum bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan
juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat
ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes
terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal
tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila
ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena
kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan
antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak
dapat dilakukan oleh dukun bayi.
Standar Pelayanan antenatal mencakup
banyak hal yakni terdiri dari :
a) Identifikasi ibu hamil
Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi
ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Memberikan pelayanan berkualitas dan
deteksi dini komplikasi kehamilan. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal.
c) Palpasi
Abdominal
Palpasi juga disebut periksa raba. Palpasi
guna memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan
letak, posisi dan bagian bawah janin palpasi abdomen pada wanita hamil
dilakukan mulai umur kehamilan 36 minggu untuk kehamilan normal, dan umur
kehamilan 28 minggu bila pada pemeriksaan Mc. Donald ditemukan tinggi fundus
uteri lebih tinggi dari seharusnya.
Tinggi fundus uteri dalam sentimeter (cm) yang
normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir. Jika hasil pengukuran berbeda 1-2 cm,
masih dapat ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin (Mandriwati, 2006 : 84).
Tinggi fundus uteri normal sebagai berikut :
24 minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari atas pusat
32 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat – processus xyphoideus.
36 minggu :Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus
xyphoideus.
40 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara processus
xyphoideus – pusat.
d) Pengelolaan
Anemia Pada Kehamilan.
Menemukan anemia pada kehamilan secara
dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Bidan melakukan tindakan penemuan, penanganan dan atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Pengelolaan
dini hipertensi pada kehamilan
Mengenali dan menemukan secara dini
hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlakukan. Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenai
tanda serta gejala preeklamsia lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya. Akibat yang dapat ditimbulkan dari pemeriksaan kehamilan yang tidak
sesuai dengan standar minimal yaitu komplikasi obstetri yang mungkin terjadi
selama kehamilan tidak dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Komplikasi obstetri itu antara lain: komplikasi obstetri langsung (perdarahan,
preeklamsi/eklamsi, kelainan letak, anak besar, kehamilan kembar, ketuban pecah
dini), komplikasi obstetri tidak langsung (sakit jantung, hepatitis,
tuberkulosa, anemia, diabetes melitus) dan komplikasi yang berhubungan dengan
obstetri (cedera akibat keclakaan kendaraan, keracuan, kebakaran).
2.5. Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
Kunjungan disini bukan hanya ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan tetapi
juga setiap kontak dengan tenaga kesehatan dan diberikan pelayanan antenatal
sesuai standar baik di Posyandu, Polindes, atau kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan.
Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak
empat kali yang dikenal dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada
triwulan pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14
– 28 minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan
sesudah minggu ke 36) (Depkes RI, 2004 : 47).
Adapun uraianya sebagai berikut :
1)
K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester I (sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal
satu kali dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan
darah, imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundu uteri, pemberian tablet tambah
darah, tes PMS, dan temu wicara. K1 ini mempunyai peranan penting dalam program
kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).
2)
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1.
3)
K3 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1 dan K2.
4)
K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester III (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1, K2, dan K3.
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ante
Natal Care (ANC)
1. Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
2. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap
kesehatan, tingkat ekonomi rendah keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan
dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan
tingkat ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini
disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan
protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
3. Sosial Budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak
mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan
kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
4. Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan
kehamilannya, hal ini karena transpontasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil (Depkes RI, 2001:57).
5.
Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC
ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
6.
Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya
melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi
tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media
elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal
care.
7. Dukungan
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dicegah apabila
pelayanan kesehatan pada saat kehamilan, yakni Antenatal Care (ANC) dapat
dilakukan dengan baik. Komponen penting dalam kesehatan ibu adalah akses
terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan yang
universal
3.2. SARAN
l Tenaga
kesehatan harus memberikan antenatal
care sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
l Tenaga
kesehatan harus memberikan pengertian kepada ibu hamil dan keluarganya akan
pentingnya pemeriksaan antenatal care.
l Ibu
hamil dan keluarganya harus bersedia berdiskusi, mendengarkan saran / nasehat
dari tenaga kesehatan (dokter atau bidan), dan melakukan antenatal care untuk
kebaikan dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Dainur.
1994. Kegiatan KIA di Puskesmas dan Permasalahannya. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Eka,
Arsita. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Academia.
2013. Makalah ANC. Di akses melalui:
https://www.academia.edu/6064215/Makalah_ANC
, (Di akses pada 9 September 2014)
Lusiarut Lamere, Nurhayani, Asiah Hamzah. Analisis Kinerja Bidan pada
Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Sekabupaten Gowa. Di akses melalui;
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6765/Lusiarut%20Lamere%20K11109576.pdf?sequence=1
. (jurnal). Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
(Di akses pada 9 September 2014)
http://www.scribd.com/doc/77104259/Makalah-Antenatal-Care, (Di akses pada 9 September 2014)
Scribd .2013. pemeriksaan
kehamilan. Di akses melalui:
http://www.scribd.com/doc/43830690/Pemeriksaan-Kehamilan-ANC-makalah
(Di akses pada 10 September 2014)
Post a Comment