Makalah Kesehatan Anak
Berkebutuhan Khusus
Keterangan :
untuk mendownload file makalah ini anda bisa donwload filenya dibawah ini :
--------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Tidak setiap
anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai
anak berkebutuhan khusus.
Kelainan dari segi fisik berupa
kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak memiliki kaki sebelah kiri ,
matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek
kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental
akibat dari intelegesi yang dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi
sosial , misalnya orang yang tidak dapat melakukan interaksi dan komunikasi
sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara sosial oleh masyarakat
sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah diri yang
berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang
untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat
amoral di tengah masyarakatnya
Anak berkeutuhan khusus di
klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak.
Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan
mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan
atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa
dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.
1.2
Rumusan
masalah
- Apa
saja jenis-jenis dari Anak Berkebutuhan Khusus?
- Bagaimana
klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus?
- Bagaimana
karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus?
1.3
Tujuan
penulisan
- Untuk
mengetahui jenis jenis Anak berkebutuhan Khusus.
- Untuk
mengetahui kalsifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
- Untuk
mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan
kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami
kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam
proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan
demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi
kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak
dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus,
adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
- Tunanetra/anak
yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra
adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan
alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
- Tunarungu/anak
yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau
sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi
secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
- Tunalaras/Anak
yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku.
Tunalaras adalah anak yang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.
- Tunadaksa/mengalami
kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami
kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot)
sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
- Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah
anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental jauh di bawah rata-rata(IQ dibawah 70) sehingga mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan
layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun
- Cerebral
palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan
otak(brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik
- Gifted
(anak berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya(anak normal)
- Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan
anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
- Asperger
Secara umum performa anak Asperger
Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada
kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada
anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan
istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak
Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa
bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara
anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan
berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki
kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak
asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat
tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori.
Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
- Rett’s
Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis
gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak
Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai
hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya
semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya.
Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
- Attention
deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan
istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat
ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit
untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya
sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan
perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di
sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
- Lamban
belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan
berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal,
mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
- Anak
yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar
spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung
atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan
disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di
atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan
belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan
belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia),
sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan
(berarti)
2.2 Klasifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus
Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus,
mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah
akademik.
1.
Anak-Anak Berkelainan Fisik
1)
Klasifikasi Anak Tunanetra
Tunanetra
memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara pedagogis membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus dan belajarnya di sekolah. Berdasarkan tingkatannya,
dibedakan atas :
a.
Berdasarkan Tingkat Ketajaman
Penglihatan
Seseorang dikatakan penglihatannya normal, apabila
hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter.
Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori low vision (kurang lihat), yaitu
penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. kondisi
yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat
khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan
kategori berat, atau The blind, yaitu
penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau
kurang. Untuk yang kategori berat ini masih ada dua kemungkinan,
(1) Penderita
adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan, ataupun
(2) Hanya dapat
membedakan gelap dan terang.
Sedangkan tunanetra yang memiliki ketajaman
penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.
b.
Berdasarkan Adaptasi Pedagogis
Kirk,SA
(1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan kemampuan
penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang diperlukan.
Klasifikasi yang dimaksud adalah :
·
Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana
pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang
dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu kgusus serta dengan
bantuan cahaya yang cukup.
·
Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki
penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan
alat bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan tenaga
dalam mengerjakan tugas-tugas visual.
·
Ketidakmampuan melihat taraf sangat
berat (profound visual disability).
Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual,
dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca
dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya
dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam
menempuh pendidikan.
2)
Klasifikasi Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang
menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang
anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan
merespon bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa
tingkatan kemampuan mendengar, yaitu umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi
anak turarungu secara umum, yaitu :
1.
Klasifikasi
umum
·
The deaf, atau tuli, yaitu
penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkatan ketulian diatas 90
dB.
·
Hard of hearing, atau kurang dengar,
yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90
dB.
2.
Klasifikasi khusus
·
Tunarungu ringan, yaitu penyandang
tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45 dB. Yaitu seseorang yang
mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk
merespon suar-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian,
seorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam
belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk dibagian depat,
dekat dengan guru.
·
Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu
yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu seseorang yang mengalami
ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada
jarak3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi
di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf inimemerlukan adanya
alat bantu dengar (hearing aid), dan
memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
·
Tunarungu berat, yaitu penyandang
tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB. Seseorang yang mengalami
ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang
sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti
pendidikanya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukanadanya pembinaan-pembinaan
atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya.
·
Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu
yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas. Pada taraf ini, mungkin seseorang
sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa
merespon melalui getaran-getaran yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan
aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan
kemampuan visual atau penglihatannya.
3)
Klasifikasi Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami
kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun
yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai
cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut :
Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Cerebral Palsy (CP) :
·
Ringan, dapat berjalan tanpa alat
bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri.
·
Sedang, memerlukan bantuan untuk
berjalan, latihan berbicara, dan mengurus dirinya sendiri.
·
Berat, memerlukan perawatan tetap
dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri sendiri.
2) Berdasarkan
letaknya
·
Spastic, kekakuan pada sebagian atau
seluruh ototnya
·
Dyskenisia, gerakannya tak
terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit
digerakkan (rigid).
·
Ataxia, gangguan keseimbangan,
koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
·
Campuran, yang mengalami kelainan
ganda.
3) Polio
·
Tipe spinal, kelumpuhan pada
otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki.
·
Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi
motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan adanya gangguan
pernafasan.
·
Tipe bulbispinalis, gangguan antara
tipe spinal dan bulbair.
·
Encephalitis, yang umumnya ditandai
dengan adanya demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
2.
Anak Berkelainan Mental Emosional
1)
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu
disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki
klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi akademik tunagrahita berdasarkan
barbagai tinjauan diantaranya :
a.
Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)
·
Tunagrahita ringan IQ 50-70
·
Tunagrahita sedang IQ 35-70
·
Tunagrahita berat IQ 20-35
·
Tunagrahita sangat berat memiliki IQ
di bawah 20
b.
Berdasarkan kemampuan akademik
·
Tunagrahita mampudidik
·
Tunagrahita mampulatih
·
Tunagrahita perlurawat
c.
Berdasarkan tipe klini pada fisik
·
Down’s
Syndrone (mongolism)
·
Macro
Cephalic (Hidro Cephalic)
·
Micro
Cephalic
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan
untuk memudahkan guru dalam menyusun program layanan/ pendidikan dan
melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu
(individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat besar, demikian
juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung
dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut :
1
Klasifikasi yang berpandangan medis,
dalam bidang ini memandang variasi anak
tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomic dan
fisiologik yang mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis
diantaranya :
ü Down Syndrom (dahulu
disebut mingoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang
Mongol dengan cirri : mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah
serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa
kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal an besar, tangan bulat dan
lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek.
ü Kretin
Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan
ciri: badan pendek, kaki tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput,
rambut kering, kuku pendek dan tebal.
ü Hydrocephalus
Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium
(tengkorak kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya
cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini member tekanan pada otak besar
(cerebrum) yang menyebabkan kemunduran fungsi otak.
ü Microcephalus, Macrocephalus,
Brachicephalus, dan Schaphocephalus
Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk
dan ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
·
Microcephalus : bentuk
ukuran kepala yang kecil
·
Macrocephalus : bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal
·
Brachicephalus : bentuk kepala yang melebar
·
Schaphocephalus: memiliki ukuran
kepala yang panjang sehingga menyerupai menara.
ü Cerebral Palsy (kelompok
kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan,
disamping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan
cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan
koordinasi gerak menjadi kajian dalam bidang penanganan tunagrahita.
ü Rusak Otak (brain damage)
Kerusakan otak berpengaruh pada berbagai kemampuan
yang dikendalikan oleh pusat susunan syaraf yang selanjutnya dapat terjadi
gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan
perhatian, gangguan motorik.
2
Klasifikasi yang berpandangan
pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti
pendidikan.
Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21)
mengelompokkan menjadi Educable mentally
retarded, trainable mentally retarded and Totally / costudial dependent
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu
rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut :
ü Mampu
didik,anak ini setingkat mild,
borderline, marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar
50/55-70/75.
ü Mampu latih,
setingkat dengan morderate, semi dependent,
imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
ü Perlu rawat,
mereka termasuk totally dependent or
profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya
0/5-20/25.
3
Klasifikasi yang berpandangan
sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di
masyarakat, atau peran yang dapat dilakukannya dalam masyarakat.
Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu
sebagai berikut
ü Tunagrahita
ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyelesaian diri
pada lingkungan social yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat
semi terampil.
ü Tunagrahita
sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50, mampu melakukan
keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi
social dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin yang
perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered work shop).
ü Tunagrahita
berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya selalu tergantung bantuan dan
perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan
komunikasi secara sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
4
Klasifikasi yang dikemukakan oleh
leo Kanner (Amin,1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan
masyarakat sebagai berikut:
ü Tunagrahita absolute, termasuk kelompok tunagrahita
yang jelas nampak ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan,
dimasyarakat petani, maupun masyarakat industry, di lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang
tunagrahita kategori sedang.
ü Tunagrahita relative, termasuk kelompok tunagrahita
yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat
masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian
adalah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap
tunagrahita dan di masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan
tunagrahita.
ü Tunagrahita
semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukkan
penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai
kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah
khusus karena menurut kasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat
pengejaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan
adaptasi sosialnya normal.
5 Klasifikasi
menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman,
1988:48) sebagai berikut :
TERM
|
IQ RANGE
FOR LEVEL
|
Mild
Mental Retardation
Moderate
Mental Retardation
Severe
Mental Retardation
Profound
Mental Retardation
|
55-70 to
Aprox, 70
35-40 to
50-55
20-25 to
35-40
Bellow 20
or 25
|
2)
klasifikasi Anak Tunalaras
Anak
tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan
sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual
yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi
pada perilaku sosialnya.
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah :
1.
Berdasarkan perilakunya
·
Beresiko tinggi ; hiperaktif suka
berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan,
sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang
lain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.
·
Beresiko rendah ; autism, khawatir,
cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang
percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
·
Kurang dewasa ; suka berfantasi,
berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan,
dan sebagainya.
·
Agresif ; memiliki gang jahat, suka
mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos
sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
2.
Berdasarkan kepribadian
·
Kekacauan perilaku
·
Menarik diri(withdrawll)
·
Ketidakmatangan(immaturity)
·
Agresi social
3. Anak Berkelainan Akademik
1. Klasifikasi Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang
mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan
intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa diperkirakan satu
persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137
keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly
gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137 yaitu yaitu
yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately gifted . Mereka semua
memiliki talen akademik (academic
talented) atau keberbakatan intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak
berbakat umumnya hanya dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar
Stanford Binet , yang meliputi :
·
Kategori rata-rata tinggi
,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110-119
·
Kategori superior , dengan tingkat
kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
·
Kategori sangat superior ,dengan
tingkat intelektual (IQ) : 140-169
2.Klasifikasi
Anak Berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak
berkebutuahan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai
standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti
pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan salah satu istilah
yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang
berkaitan dengan masalah akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik
yang merupakan jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu
dengan yang lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik
dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
1)
Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di
bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini
dikarenakan anak balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam
proses kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visual-audiotory,wicara,daya
diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.
2)
Kesulitan Belajar Akademik
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun
masuk dalam kelompok kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami
kesulitan bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam
satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia),
kesulitan bebahasa (dysphasia), kesulitan
tidak terampil (dispraksia), dsb
.
Ada klasifikasi lain yang
berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu:
- Dispraksia:
merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang
terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan
benda yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau minum.
- Disgraphia:
kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris
sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat
aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga
sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis .
- Diskalkulia:
adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering dikarenakan
adanya gangguan pada memori dan logika
- Disleksia:
merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman
- Disphasia:
kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam
berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.
- Body
awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi
pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.
2.3 Karakteristik
Anak Kebutuhan Khusus
- Karakteristik
dari anak dengan keterbelakang mental:
·
Secara kognitif anak tersebut sangat
berbeda dengan anak normal, dari penggolongan IQ nya saja mereka dapat
dikategorikan sebagai:
ü Keterbelakangan
mental ringan (IQ= 55 – 69)
ü Keterbelakangan
mental sedang (IQ = 40 -54)
ü Keterbelakangan
mental berat (IQ = 25 – 39)
ü Keterbelakangan
mental sangat berat (IQ = di bawah 25)
Dengan
derajat keterbelakang mental yang berbeda itu maka tingkatan dari layanan
dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula (tabel terlampir). Kemampuan
memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi
terbatas.
·
Secara sosial, banyak anak dengan
keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain.
·
Perilaku beradaptasi pun ada
mengalami gangguan terutama dalam hal komunikasi, merawat diri sendiri,
keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari, menikmati waktu senggang, kesehatan
dan keselamatan, kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan
di masyarakat.
·
Secara emosional, mereka seringkali
terperosok dalam kondisi kesepian, depresi.
·
Secara fisik dan medis, biasanya tidak
ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda dengan anak kebanyakan.
- Karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi
Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi
(1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila
memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang
lama, yaitu:
a.ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor
intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
b.ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin
hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
c.Tipe perilaku
yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.
d.mudah terbawa suasana hati (emosi labil),
ketidakbahagiaan, atau depresi.
e.kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutan-ketakutan
yang diasosiasikan dengan permasalahanpermasalahan pribadi atau sekolah.
Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya
dibagi menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing
behavior. Externalizingbehavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung
terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh,
berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior
mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan, depresi, menarik
diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri.
Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan
dalam belajar di sekolah (Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen & Kauchak,
1997).
Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman (1988)
menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi,
sebagai berikut:
a.
Inteligensi dan Prestasi
Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan
Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki
inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal.
b.
Karakteristik Sosial dan
Emosi. Agresif, acting-out behavior (externalizing).
Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan
permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi
atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti: memukul, berkelahi,
mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis,
merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka
anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain mungkin juga
melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara impulsif dan sesering
anak dengan conduct disorder.
c.
Immature, withdrawl behavior
(internalizing)
Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku
immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami
keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain
dengan anak seusianya, dan kurang memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk
bersenang-senang. Beberapa di antara mereka mengasingkan diri untuk berkhayal
atau melamun, merasakan ketakutan yang melampaui keadaan sebenarnya,
mengeluhkan rasa sakit yang sedikit dan membiarkan “penyakit” mereka terlibat
dalam aktivitas normal. Ada diantara mereka mengalami regresi yaitu kembali
pada tahap-tahap awal perkembangan dan selalu meminta bantuan dan perhatian,
dan beberapa diantara mereka menjadi tertekan (depresi) tanpa alasan yang jelas
(Hallahan dan Kauffman, 1988).
- Karakteristik Tunaganda
Prilaku –prilaku yang dapat dianggap bahwa anak
tersebut mengalami gangguan Tunaganda adalah sebagai berikut :
1)
Kurang komunikasi atau sama sekali
tidak dapat berkomunikasi
Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi
mereka tidak merespon. ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit.
2)
Perkembangan motorik dan fisik
terbelakang
Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan
dalam mobilitas fisik contoh : tidak dapat berjalan.
3)
Sering mempunyai prilaku aneh dan
tidak bertujuan
contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri.
4)
Kurang dalam keterampilan menolong diri
sendiri.
Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya
makan, berpakaian .
5)
Jarang berprilaku dan berinteraksi
yang sifatnya kontruktif
- Karakteristik Gangguan Kesulitan Belajar
Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami
kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung:
1) Anak yang mengalami kesulitan
membaca (disleksia)
·
Perkembangan kemampuan membaca
terlambat,
·
Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
·
Kalau membaca sering banyak
kesalahan
·
Sering salah menulis huruf b dengan
p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
·
Hasil tulisannya jelek dan tidak
terbaca,
·
Tulisannya banyak
salah/terbalik/huruf hilang,
·
Sulit menulis dengan lurus pada
kertas tak bergaris.
2) Anak yang mengalami kesulitan
berhitung (diskalkula)
·
Sulit mengoperasikan
hitungan/bilangan,
·
Sering salah membilang dengan urut
·
Sering salah membedakan angka 9
dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
- Karakteristik
Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi
akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
1. Karakteristik
Akademik
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak
berbakat, diantaranya:
·
Memiliki ketekunan dan rasa ingin
tahu yang benar,
·
Keranjinan membaca,
·
Menikmati sekolah dan belajar.
·
Memiliki perhatian yang lama
terhadap suatu bidang akademik khusus,
·
Memiliki pemahaman yang sangat maju
tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus,
·
Mampu mengaplikasikan berbagai
konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada
aktivitas-aktivitas bidang lain,
·
Kesediaan mencurahkan sejumlah besar
perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang
akademik,
·
Memiliki sifat kompetitif yang
tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat
yang terbaik, dan
·
Belajar dengan cepat dalam suatu
bidang akademik khusus.
·
Mudah menyerap pelajaran.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986)
bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan
akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung
sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.
2. Karakteristik Sosial
Ada beberapa ciri individu yang
memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
·
Diterima oleh mayoritas dari
teman-teman sebaya dan orang dewasa,
·
Keterlibatan mereka dalam berbagai
kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
·
Kecenderungan dipandang sebagai juru
pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
·
Memiliki kepercayaan tentang
kesamaan derajat semua orang dan jujur,
·
Perilakunya tidak defensif dan
memiliki tenggang rasa,
·
Bebas dari tekanan emosi dan mampu
mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,
·
Mampu mempertahankan hubungan abadi
dengan teman sebaya dan orang dewasa,
·
Mampu merangsang perilaku produktif
bagi orang lain, dan
·
Memiliki kapasitas yang luar biasa
untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat
dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan
kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif,
bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya yang
kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu
sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
·
Memiliki penampilan yang menarik dan
rapi,
·
Kesehatannya berada lebih baik
atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki
tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan
adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga
memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang
dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa
keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri,
yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi
dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika
mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian
pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong
seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan
hambatan karena ia telah mengikatkan diri
pada tugas atas kehendaknya sendiri.
3. Karakteristik
Intelektual-Kognitif
·
Menunjukkan atau memiliki ide-ide
yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
·
Mampu menghubungkan ide-ide yang
nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
·
Menunjukkan kemampuan bernalar yang
sangat tinggi.
·
Mampu menggeneralisir suatu masalah
yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
·
Memiliki kecepatan yang sangat
tinggi dalam memecahkan masalah.
·
Menunjukkan daya imajinasi yang luar
biasa.
·
Memiliki perbendaharaan kosakata
yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
·
Biasanya fasih dalam berkomunikasi
lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
·
Sangat cepat dalam memahami
pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
·
Memiliki daya ingat jangka panjang
(long term memory) yang kuat.
·
Mampu menangkap ide-ide abstrak
dalam konsep matematika dan/atau sains.
·
Memiliki kemampuan membaca yang
sangat cepat.
·
Banyak gagasan dan mampu
menginspirasi orang lain.
·
Memikirkan sesuatu secara kompleks,
abstrak, dan dalam.
·
Mampu memikirkan tentang beragam
gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu
dengan yang lainnya.
4. Karakteristik Persepsi/Emosi
·
Sangat peka perasaannya.
·
Menunjukkan gaya bercanda atau humor
yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi
tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
·
Sangat perseptif dengan beragam
bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh
orang-orang lain).
·
Memiliki perasaan yang dalam atas
sesuatu.
·
Peka dengan adanya perubahan kecil
dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
·
Pada umumnya introvert.
·
Memandang suatu persoalan dari
berbagai macam sudut pandang.
·
Sangat terbuka dengan pengalaman
atau hal-hal baru
·
Alaminya memiliki ketulusan hati
yang lebih dalam dibanding anak lain.
5. Karakteristik Motivasi dan
Nilai-Nilai Hidup
·
Menuntut kesempurnaan dalam
melakukan sesuatu (perfectionistic).
·
Memiliki dan menetapkan standar yang
sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
·
Memiliki rasa ingin tahu dan
kepenasaran yang sangat tinggi.
·
Sangat mandiri, sering merasa tidak
perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar
untuk melakukan sesuatu (self driven).
·
Selalu berusaha mencari kebenaran,
mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
·
Melakukan sesuatu atas dasar
nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
·
Senang menghadapi tantangan,
pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet
bahaya” .
·
Sangat peduli dengan moralitas dan
nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
·
Memiliki minat yang beragam dan
terentang luas.
6. Karakteristik Aktifitas
·
Punya energi yang seolah tak pernah
habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat
lelah.
·
Sulit memulai tidur tapi cepat
terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal Sangat waspada.
·
Rentang perhatian yang panjang,
mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
·
Tekun, gigih, pantang menyerah.
·
Cepat bosan dengan situasi rutin,
pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk
dilakukan.
·
Spontanitas yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak dengan
kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami
kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam
proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Ada
bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, diantaranya yaitu Anak
yang mengalami kesulitan belajar spesifik, Lamban belajar (slow learner) ,
Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD), Rett’s Disorder,
Asperger , Autistis, Gifted (anak berbakat), Cerebral palsy ,
Tunagrahita, Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan, Tunalaras/Anak
yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku, Tunarungu/anak yang mengalami
gangguan pendengaran, Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan.
Ada banyak klasifikasi anak
berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional,
maupun masalah akademik. Dan setiap anak yang memilki keterbelakangan memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak yang normal. Setiap anak yang
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda-beda.
anak berkeutuhan khusus di
klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak.
Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan
mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan
atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa
dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.
3.2
Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah
ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami
harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://ikad49009.wordpress.com/2013/05/29/makalah-abk-anak-berkebutuhan-khusus/
http://mievalid.blogspot.com/2013/10/macam-macam-jenis-abk-anak-berkebutuhan.html
http://oxiliamichin.weebly.com/1/post/2013/04/anak-berkebutuhan-khusus.html
http://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-atau-karakteristik-abk.html
Post a Comment