MAKALAH CARA MEMBUAT KERUPUK IKAN

Posted by GLOBAL MAKALAH

CARA MEMBUAT KERUPUK IKAN
   KARYA ILMIAH

Keterangan :
Untuk mendownload file makalah di bawah anda tinggal click link di bawah :
--------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
         Kerupuk merupakan makanan populer dan disukai di Indonesia mulai dari kalangan anak – anak hingga dewasa. Kerupuk dapat dijadikan sebagai makanan pendamping untuk membangkitkan selera atau sekedar dikonsumsi sebagai makanan ringan. Kerupuk yang banyak beredar di pasaran secara umum terbuat dari tapioka (pati singkong). Definisi kerupuk yaitu produk makanan kering yang secara umum terbuat dari pati tapioka dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan berupa protein hewani ataupun nabati dan harus disiapkan dengan cara menggoreng atau dipanggang (Sutrisno, 2009). Kerupuk yang diberi tambahan protein hewani atau nabati disebut kerupuk berprotein sedangkan yang tidak ditambahkan tambahan protein disebut kerupuk tidak berprotein. Kerupuk tidak berprotein antara lain kerupuk “uyel”, kerupuk “samiler” dan kerupuk bawang, sedangkan kerupuk berprotein adalah kerupuk tempe, kerupuk udang, dan kerupuk ikan. Prinsip pembuatan kerupuk adalah proses gelatinisasi pati. Proses gelatinisasi pati tergantung pada komponen utama dalam pati tersebut yaitu fraksi amilosa dan amilopektin. Amilopektin yang tinggi pada pati akan berperan dalam proses pengembangan kerupuk, bersifat ringan, porus dan mudah patah. Fraksi amilosa berperan dalam daya serap air yang tinggi, menguatkan adonan, dan cenderung membentuk lapisan film tipis sehingga dapat mengurangi jumlah minyak yang terserap. Perbandingan fraksi amilosa dan amilopektin pada pati yang digunakan dalam membuat kerupuk adalah sangat penting karena akan menentukan karakteristik kerupuk yangdihasilkan. Karakteristik kerupuk yang baik adalah memiliki pori yang seragam, strukturnya kompak, teksturnya renyah, serta rasa yang gurih. Kadar gizi kerupuk termasuk rendah, untuk meningkatkan kadar gizi, bahan lain yang dapat ditambahkan dalam pembuatan kerupuk adalah tulang ikan tuna. Menurut standar ISA (International Seafood Of Alaska), tepung tulang ikan tuna memiliki kadar air 3,6%, kadar abu 33,1%, kadar protein 34,2%, kadar lemak 5,6% dan kadar kalsium 11,9%. Selama ini, tulang ikan tidak dipergunakan secara optimal dan hanya dimanfaatkan sebagai pakan atau dibuang sebagai limbah. Dengan adanya pengolahan tulang ikan tuna menjadi tepung dan ditambahkan dalam pembuatan kerupuk, diharapkan dapat memperbaiki nilai gizi sekaligus meningkatkan sifat fisikokimia dan organoleptik.
2.      Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penambahan tepung tulang ikan tuna terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik kerupuk?
3.Tujuan Penelitian
Ø  Mengetahui pengaruh penambahan tepung tulang ikan tuna terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik kerupuk.
Ø  Mengetahui persentase penambahan tepung tulang ikan tuna yang dapat menghasilkan sifat fisikokimia dan organoleptik kerupuk yang dapat diterima oleh konsumen.
4.       Manfaat Penelitian
 Penggunaan tepung tulang ikan tuna disamping tapioka sebagai bahan baku pembuatan kerupuk diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi kerupuk. - Penggunaan tepung tulang ikan tuna disamping tapioka sebagai bahan baku pembuatan kerupuk diharapkan dapat meningkatkan sifat fisikokimia dan organoleptik kerupuk.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. Jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia adalah Kerupuk udang dan kerupuk ikan. Kerupuk kulit adalah kerupuk yang tidak dibuat dari adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk kulit dan Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng karena krupuk perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan berisi minyak goreng panas
Proses Produksi
 C.1. Pemotongan Pemotongan dilakukan terhadap besi siku yang digunakan sebagai kerangka mesin. Untuk pemotongan pelat kita menggunakan gerinda potong, gergaji besi, gunting pelat dan terkadang menggunakan mesin las asitilin.
 C.2. Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan dua buah atau lebih logam dasar (base metal) dengan cara pencairan material tersebut melalui masukan panas (het input).
 C.2.1. Las listrik Elektroda-elektroda yang digunakan untuk menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup arus listrik akan mencairkan benda kerja sehingga membentuk paduan yang kokoh. Bentuk hasil pengelasan ditentukan oleh bentuk-bentuk elektroda.
C.2.2. Las Oksi Asitilin Pengelasan dengan oksi asitilin adalah proses secara manual dengan pemanasan.
C.2.3. Teknik Pengelasan Sebelum proses pengelasan dilaksanakan sebaiknya mengetahui tentang teknikteknik pengelasan untuk mengurangi tingkat kegagalan pada proses pengelasan. Dalam mengelas pelat tipis, teknik-teknik ini sangat diperlukan
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pembahasan bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk amplang ini adalahikan kurisi yang dibeli di daerah Pasar Minggu. Ikan kurisi yang digunakanmempunyai nilai organoleptik minimal 7 (segar).

B.     Penyiangan dan Pemfilletan
Ikan kurisi kemudian disiangi dengan menggunakan pisau untukmembuang jeroan ikan (insang dan isi perut). Kemudian setelah disiangi ikandicuci dan dilakukan pemfilletan ikan dengan menggunakan pisau, pemfilletandilakukan dari bagian ekor menuju kepala untuk mengambil daging ikan kurisiyang nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk.

Pengambilan Daging
Daging ikan kurisi merupakan hasil pengerokan dari pemfilletan ikankurisi. Berat awal ikan kurisi 1 kg akan menyusut setelah mengalami pemfilletansebesar 425 gram dan pengerokan daging kurisi sebesar 375 gram. Hal inidiakibatkan karena adanya yield dari ikan kurisi yang tidak dapat digunakandalam pembuatan kerupuk amplang, seperti pada bagian kepala, isi perut dantulang. Disimpulkan bahwa berat bersih ikan kurisi (rendemen) yang dapatdigunakan dalam pembuatan kerupuk amplang adalah 37,5%.

Pelumatan Daging
Daging ikan kurisi yang diperoleh untuk pengolahan selanjutnya kemudiandilakukan pelumatan daging dengan menggunakan mesin grinder (mesin pelumatdaging). Pelumatan daging bertujuan untuk membuat daging ikan mudah nantinyadalam pembentukan kerupuk, karna setelah pelumatan daging terbentuk gel-geldari daging ikan yang menyebabkan daging menjadi lumat
.
Pembuatan Adonan
Faktor terpenting dalam tahap pembuatan adonan adalah homogenitasadonan, karena sifat ini akan mempengaruhi keseragaman produk akhir yangdihasilkan, baik karakteristik fisik, kimia maupun organoleptic permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas 13 Laporan Proyek Akhir asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungannya dapat dilakukan dengan tekanan.



BAB IV

Penutup
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan praktek pengolahan kerupuk amplang dengan pemanfaatan ikan kurisi dapat disimpulkan :1)

Pengolahan kerupuk amplang meliputi persiapan bahan baku (pencucian dan penyiangan), pengerokan daging, pelumatan daging, pengadonan diikutidengan penambahan bumbu, pencetakan, penggorengan dan pengemasan.2)

Produk kerupuk amplang dengan perbandingan komposisi tepung tapioka danikan (2:1) menghasilkan mutu yamg lebih baik dibandingkan produk dengan perbandingan tepung tapioka dan ikan (3:1). Selain itu, produk A dengankomposisi 2:1 mendapatkan nilai tertinggi pada uji organoleptik dan ujihedonik karena panelis lebih menyukai rasa dan tekstur dari produk tersebut.Oleh karena itu, produk A dengan komposisi 2:1 merupakan produk terpilih.3)

 Nilai organoleptik ikan kurisi berkisar antara 7,48 sampai dengan 7,58 padaselang kepercayaan 95%. Sedangkan jumlah TPC pada produk terpilih(Produk A) sebesar 7,0 x 10
2
 koloni/ gram.4)

Hasil pengujian kimia pada bahan baku ikan kurisi yaitu; kadar air 80,75%,kadar abu 0,98%, kadar lemak 1,0%, kadar protein 16,89% dan karbohidrat0,39%. Sedangkan untuk hasil pegujian produk A (2:1) yaitu; kadar air 9,97%,kadar abu 1,25%, kadar lemak 29,5%, kadar protein 9,18% dan karbohidrat41,31%.5)

Hasil pengukuran analisis daya kembang dengan pengukuran panjangdiameter kerupuk amplang pada produk A setelah mengalami penggorengansebesar 154,9% sedangkan daya kembang pada produk B sebesar 58,42%.6)

Hasil perhitungan analisa usaha menunjukkan pendapatan yang diperoleh per periode kerja sebesar Rp.54.000,- (dalam 1 kg bahan).7)

Hasil perhitungan analisa titik impas (BEP) sebesar 43 unit dengan biayasebesar Rp. 43.000,-, dengan B/C (
 Benefit Cost Ratio
) lebih besar dari satu(>1), sehingga pengolahan kerupuk amplang ini layak untuk dilanjutkan.

Related Post



Post a Comment