MAKALAH RENDAH HATI MENURUT AL-QUR’AN

Posted by GLOBAL MAKALAH

MAKALAH RENDAH HATI MENURUT AL-QUR’AN
   Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya.
Sedangkan Rendah hati adalah suatu sikap dimana seseorang memiliki kelebihan atas kepemilikan materi, bakat atau kemampuannya namun tidak menonjolkannya di hadapan orang lain.
Karakteristik gaya belajar visual. Karakteristik belajar dengan gaya visual ini artinya gaya belajar denagn cara belajar dengan melihat. Gaya belajar ini biasanya digunakan oleh orang yang memiliki indra penglihatan yang detail, teliti dan tajam
Kali ini saya akan membagikan file makalah untuk anda pengunjung setia www.globalmakalah.blgosopt.co.id  judul Makalah Rendah Hati menurut Al-Qur’an, Makalah ini disusun berdasarkan tugas sekolah Menengah Kejuruan (TKJ), makalah terdiri dari 44 page, memiliki isi yaitu (BAB I Pendahuluan, BAB II Pembahasan, BAB III Penutup, Daftar Pustaka).
Format makalah berbentuk file ms.word dimana file ini bisa di setting/diedit ulang sesuai dengan isi dari makalah ini:
Untuk priview /download file makalah anda bisa klik disini
Untuk isinya anda bisa lihat makalah nya di bawah ini :
=================================================
 BAB I
                  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya.
Sedangkan Rendah hati adalah suatu sikap dimana seseorang memiliki kelebihan atas kepemilikan materi, bakat atau kemampuannya namun tidak menonjolkannya di hadapan orang lain.
Karakteristik gaya belajar visual. Karakteristik belajar dengan gaya visual ini artinya gaya belajar denagn cara belajar dengan melihat. Gaya belajar ini biasanya digunakan oleh orang yang memiliki indra penglihatan yang detail, teliti dan tajam. 

B.     Rumusan masalah
1.      Jelaskan secara menyeluruh tentang Al-Qur’an
2.      Apa yang dimaksud dengan rendah hati ?
3.      Jelaskan mengenai karakter dan motivasi pada setiap ragam karakteristik individu ?
4.      Bagaimana cara menyikapi kenakalan pada remaja

C.     Tujuan Penulisan Makalah
Agar kita mengetahui dan memahami tentang materi – materi yang diajarkan oleh pemateri dan untuk mengetahui tugas kegiatan pesantren ramadhan.
D.    Manfaat Penulisan Makalah
Mengetahui tentang berbagai macam kajian yang dibahas oleh pemateri sehingga kita dapat menerapkan hal  tersebut pada kehidupan sehari – 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    AL-QUR’AN
                               1.1       Pengertian Al-qur’an
Ø  Pengertian Al-Qur’an secara etimologi (bahasa)
                        Dari segi bahasa Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari kata benda atau masdar dari kata kerja qara’a - yaqra’u – qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
Ø  Pengertian Al-Qur’an secara terminology (istilah)
                        Al-Qur’an secara istilah berarti kitab suci umat islam yang di dalamnya berisi firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai mukjizat Al-Qur’an disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT dengan perantara malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya bernilai ibadah.

                               2.1       Nama-nama dan sifat Al-qur’an
a.      Nama-nama Al-qur’an
Allah menamakan Al-Qur’an dengan beberapa nama, diantaranya yaitu:
1.      Al-qur’an
“Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.” (al-Isra’ : 9)
2.      Al-kitab
“Telah kami turunkan kepadamu al-kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.” (al-Anbiya’ : 10)


3.      Furqaan
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada semesta alam.” (al-Furqaan : 1)
4.      Dzikr
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Qur’an) dan sesungguhnya kamilah yang benar-benar akan menjaganya.” (al-Hijr : 9)
5.      Tanzil
“Dan Qur’an ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semseta alam.” (asy-Syu’ara : 192)

b.      Sifat-sifat Al-Qur’an
                              Allah telah melukiskan al-Qur’an dengan beberapa sifat, diantaranya yaitu :
1.      Nur (cahaya)
“Wahai manusia, telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan-mu dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” (an-Nisa : 174)
2.      Huda (petunjuk), Syifa’ (obat), Rahmah (rahmat), dan Mau-idhah (nasehat)
“Wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu nasehat dari Tuhanmu dan obat bagi yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (Yunus : 57)
3.      Mubiin (Yang menerangkan)
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerangkan.” (al-Maidah : 15)
4.      Mubaarak (yang diberkati)
“Dan al-Qur’an ini adalah Kitab yang telah Kami berkahi, membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya…” (al-An’am : 92)
5.      Busyraa (kabar gembira)
“… yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadikan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (al-Baqarah : 97)
6.      Majiid (yang dihormati)
“Bahkan yang mereka dustakan adalah al-Qur’an yang dihormati.” (al-Buruuj : 21)
7.      ‘Aziz (yang mulia)
“Mereka yang mengingkari adz-Dzikr (al-Qur’an) ketika al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka pasti celaka). Al-Qur’an adalah kitab yang mulia.” (Fushshilat : 41)
8.      Basyiir (pembawa kabar gembira) dan Nadziir (pembawa peringatan)
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui; yang membawa kabar gembira dan membawa peringatan.” (Fushshilat : 34)

                               3.1       Perbedaan Al-qur’an dengan wahyu
Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir.

Wahyu
Wahyu menurut bahasa berarti memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat. Sedangkan menurut istilah wahyu adalah pemberitahuan Tuhan kepada nabinya tentang hukum-hukum  tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi meyakinkan kepada Nabi/Rasul yang bersangkutan, bahwa apa yang diterimanya adalah dari Allah sendiri.

Perbedaan al-Qur’an dengan wahyu
1.      Al-Qur’an :
a.       Penyampaian kepada Rasul secara jelas dan bertahap.
b.      Diturunkan pada seorang Nabi ketika terjadi suatu peristiwa.
2.      Wahyu 
a.       Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
b.      Diturunkan pada Nabi tanpa sepengerahuan orang lain.

                               4.1       Perbedaan Al-Makiyyah dan Al-Madaniyah
Surat dalam al-Qur’an dibedakan menjadi 2, yaitu  surat yang masuk dalam golongan surat Makkiyah serta surat yang masuk dalam golongan surat Madaniyah. Istilah Makkiyah diambil dari kata Mekkah, merujuk pada kota mekkah. Sedangkan Madaniyah diambil dari kata Madinah, merujuk pada kota Madinah. Secara umum surat Makkiyah diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah, sedangkan surat Madaniyah diturunkan sesudah Rasulullah SAW hijrah.

Ø  Surat Makkiyah
            Surat MAkkiyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sebelum hijrah ke Madinah atau di kota Mekkah. Surat yang termasuk dalam kategori Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun. Biasanya surat Makkiyah ayatnya termasuk pendek sehingga umumnya surat pendek al-Qur’an juz 30 tergolong surat Makkiyah. Ciri-ciri surat Makkiyah :
1.                  Ayat-ayat pada surat Makkiyah tergolong pendek.
2.                  Gaya bahasa dan kalimat dalam ayat surat Makkiyah cenderung kuat dan keras.
3.                  Susunan ayat pada surat Makkiyah jelas.
4.                  Umumnya akhir ayat surat Makkiyah menggunakan sajak.
5.                  Surat Makkiyah mengandung kata “ya ayyuhan nas’
6.                  Banyak mengajarkan ajaran tauhid dan akidah serta perintah dan beribadah kepada Allah SWT.
7.                  Banyak membahas mengenai hari kiamat, hari kebangkitan dan hari pembalasan beserta gambar surga dan neraka.
8.                  Mengandung dasar umum bagi perundang-udangan dan akhlak mulia dalam suatu masyarakat.

Ø  Surat Madaniyah
            Surat Madaniyah merupakan surat yang ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah SAW sesudah hijrah ke Madinah atau diturunkan di kota Madinah. Sebuah surat bisa saja sebagian ayatnya termasuk dalam kategori Madaniyah dan sebagian lain masuk dalam kategori Makkiyah. Umumnya ayat pada surat  Madaniyah termasuk agak panjang. Ciri-ciri surat Madaniyah :
1.                  Ayat-ayat pada surat madaniyah tergolong panjang.
2.                  Gaya bahasa dan kalimat dalam ayat surat Madaniyah cenderung agak lembut.
3.                  Surat Madaniyah mengandung kata “ya ayyuhal ladzina amanu”
4.                  Tiap surat Madaniyah berisi tentang kewajiban.
5.                  Banyak mengandung tentang penjelasa ibadah, muamalah, warisan, jihad dan hukum perundang-undangan.
6.                  Banyak mengandung seruan pada ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani untuk masuk Islam dan penjelasan mengenai penyimpangan terhadap kitab-kitab Allah.

Ø  Perbedaan surat Makkiyah dan Madaniyah
1.      Perbedaan waktu diturunkannya ayat.
2.      Perbedaan tempat diturunkannya ayat.
3.      Perbedaan jumlah ayat.
4.      Perbedaan tema surat.
5.      Perbedaan gaya bahasa.
6.      Perbedaan seruan yang disampaikan.

                               5.1       Cara turunnya Al-qur’an
Adapun tahap turunnya al-Qur’an ada 3 tahap, yaitu :
1.      Tahap pertama (At-Tanazzulul Awwalu)
Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudzh, yakni tempat dimana
manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam (QS Al-Buruj : 21-22)
“Artinya : Bahkan yang di dustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfudzh.”

2.      Tahap kedua (At-Tanazzulu Ats-Tsani)
            Al-Qur’an turun drai Lauh Mahfudzh ke Baitul ‘Izzah di Sama’ al-Dunya (langit dunia), yakni setelah al-Qur’an berada di lauh Mahfudzh, kitab al-Qur’an itu turun kr Baitul ‘Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasannya dai ayat-ayat al-Qur’an maupun hadist Nabi SAW. Antara lain sebagai berikut dalam surat Ad-Dukhan : 1-6
“Artinya : Ha-mim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus Rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Ad-Dukhan : 1-6).”

3.      Tahap ketiga (At-Tanazzulu Ats-Tsaalitsu)
            Al-Qur’an turun dari Baitul ‘Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Yakni setelah wahyu kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya ditempatkan di Lauh Mahfudz, lalu keduanya diturunkan ke Baitul’Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ke tiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam (QS Asy-Syu’ara’ : 193-194), (QS Al-Furqan : 32) sebagai berikut
“Artinya : Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan (Asy-Syu’ara’ : 193-194).”
“ Artinya : Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-aqur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok (Al-Furqan : 32).”
            Menurut As-Suyuthi berdasarkan 3 laporan dari Abdullah bin ‘Abbas, dalam riwayat al-Hakim , al-Bayhaqi dan an-Nasa’I telah menyatakan, bahwa al-Qur’an telah diturunkan melalui 2 tahap yaitu :

a.       Dari Lawh al-Mahfudl ke Baytal-‘Izzah (langit dunia yang paling rendah) secara keseluruhan dan turun sekaligus, yang terjadi pada malam Qadar (Laylah al-Qadar).
b.      Dari Bayt al-‘Izzah ke dalam hati Rasulullah saw. Secara bertahap selama 23 tahun kenabian Muhammad saw. Adapun yang pertama kali diturunkan terjadi di bulan Ramadhan, melalui malaikat Jibril as.
Proses turunnya Al-Qur’an
      Dalam proses pewahyuannya terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya :
1.      Turunnya wahyu kepada beliau seperti suara lonceng (kesamaan dalam kerasnya suara-ed), dan cara ini adalah cara yang paling berat bagi Rasulullah saw. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasannya al-Harits bin Hisyamradhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah saw, ia berkata : “Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu turun kepada anda?” maka Rasulullah saw menjawab : “Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan itu adalah yang paling berat bagiku. Kemudian ia terhenti sedangkan aku sudah memahami apa yang Jibril katakana.” Aisyah radhiuallahu’anha berkata : “Dan sungguh aku telah melihat wahyu itu turun kepada beliau (Nabi shallallahu’alaihi wasallam) pada hari yang sangat dingin, lalu wahyu itu terhenti sementara keringat telah mengalir di dahi beliau.”
2.      Dan terkadang wahyu turun dalam bnetuk seorang laki-laki yang menyampaikan kalamullah kepada Nabi shallalluhu’alaihi wasallam, sebagaimana hadits yang lalu dalam shahih al-Bukhari. Nabi shallallahu’alaihi wassalam telah ditanya tenanting tata cara turun wahyu, maka beliau menjawab : “Dan terkadang Malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu ia berbicara kepadaku dan kemudian aku memahami apa yang dia katakana.” Karena sesungguhnya malaikat telah menjelma menjadi sosok lelaki dalam bentuk yang beraneka macam, dan tidak ada yang terluput darinya apa yang dibawa oleh malaikat pembawa wahyu tersebut.
3.      Dan terkadang wahyu turun dengan cara Allah berbicara langsung kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur), sebagaimana dalam hadits Isra’ Mi’raj yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dan di dalamnya disebutkan : “Ketika aku lewat, ada penyeru yang berkata :”Aku telah berlakukan kewajibanku dan telah aku ringankan atas hamba-hambaku.”

                               6.1       Faedah turunnya Al-qu’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran
            Pada umumnya proses pengajaran berlandaskan 2 asas, yaitu : perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaninya dengan apa yang membawanya kea rah kebaikan dan kebenaran.
            Dalam hikmah turunnya al-Qur’an secara bertahap yaitu kita dapat melihat bahwa adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang telah disebutkan. Sebab turunnya al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Allah.
            Pertahapan turunnya al-Qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya menghafal al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan apa yg dikandungnya.
            Diantara celah-celah turunnya al-Qur’an yang pertama kali di dapatkan perintah untuk membaca dan  belajar dengan alat tulis : “Bacalah dengan menyebut naman Tuhanmu yang telah menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah; yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.” (al-‘Alaq : 1-5).
            Diantara itu semua, terdapat tahapan-tahapan pendidikan yang mempunyai berbagai cara dan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat islam yang sedang dan senantiasa berkembang, dari lemah menjadi kuat dan tangguh.
            Sistem belajar mengajar yang yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa dalam tahap-tahap pengajaran, bentuk bagian-bagian ilmu diatas yang bersifat menyeluruh serta perpindahannya dari yang umum menjadi lebih khusus; atau tidak memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani, maka ia adalah sistem pendidikan yang gagal dan tidak memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain hanya menambah kebekuan dan kemunduran.
            Petunjuk  ilahi tentang hikmah turunnya al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.

B.     KARAKTER MENGACU PADA SIKAP PERILAKU MOTIVASI DAN KETRAMPILAN
                               7.1       Pengertian Karakter
            Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual social, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik (Battishtich, 2008).
            Karakter menurut Alwisol (2008: 8) diartikan sebagai gambaran tentang tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meski demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan aktivitas individu.
            Jadi istilah karakter berkenaan dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
            Seiring dengan digalakkannya pendidikan karakter, karakter itu sendiri mulai banyak dibicarakan dalam dunia pendidikan. Para ahli telah mendefinisikan beberapa pengertian dari karakter itu sesuai dengan kapabilitas keilmuan masing-masing. Di bawah ini akan dijelaskan secara jelas apa pengertian dari karakter itu sendiri.
v  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yag lain; tabiat; watak. Berkarakter artinya mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; watak (W. J. S Poerwadarminta. 1926: 669).
v  Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut. Dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar dan merespons sesuatu. Ciri khas inipun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap sang individu. Karakter memungkinkan perusahaan atau individu mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena karakter memberikan konsistensi, integritas dan energi (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 13).
v  Menurut Hamka karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia. Sebagai contoh sederhana adalah kayu yang ada di hutan, yang masih berupa pohon-pohon adalah karakter. Sedangkan kayu yang sudah menjadi bangku, meja, lemari, dan sebagainya adalah komoditas. Pada hakikatnya semua adalah kayu hutan. Bedanya, kayu yang masih ada di hutan belum dicemari oleh gergaji, mesin, bahan atau zat kimia tertentu dan lain sebagainya. Sedangkan kayu yang sudah menjadi komoditas; meja, kursi, lemari dan sebagainya, sudah dikemas oleh “polesan dunia” berupa berbagai macam bentuk, desain, fungsi, dan zat kimia yang menempel pada kayu tersebut (Hamka Abdul Aziz. 2011: 73).

                               8.1       Pendidikan Karakter
            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.
            Menurut dokumen Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
            Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik penyelenggaraan pendidikan, apabila ditinjau dari standar nasional pendidikan, tujuan pendidikan  dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Karakter Sebagai Solusi, sebagai berikut.
·                     Pendidikan karakter hadir sebagai solusi untuk mengatasi berbagai pelik permasalahan di atas. Pendidikan karakter memang bukan sesuatu yang baru dalam pendidikan Kita, namun pendidikan karakter menjadi suatu solusi yang tepat sasaran karena pada dasarnya identitas bangsa yang berkarakter Pancasila sudah tertanam kuat bahkan semenjak zaman-zaman kerajaan hindu-buddha ada di Indonesia.
·                     Pendidikan karakter mampu memberikan kristalisasi dari seluruh warisan nilai-nilai yang luhur bagi generasi penerus bangsa ini. Para pendiri bangsa ini sudah menemukan dan mewariskan turun-temurun pendidikan karakter ini agar bangsa Kita bisa bertahan di segala tantangan zaman.
·                     Inilah yang menjadikan pendidikan karakter pada hakekatnya haruslah menjadi semangat yang menjiwai setiap pergerakan menuju keamajuan dan perkembangan bangsa ini. Ini penting agar di zaman globalisasi ini Indonesia bisa memunculkan falsafah kehidupannya tidak hanya di dalam negeri saja namun juga menunjukan peran indonesia di dunia internasional.

Pendidikan karakter ini dikembangkan dari sumber-sumber sebagai berikut.
1.                  Agama
Bangsa Indonesia hidup dengan berdasarkan norma ketuhanan sehingga untuk menjaga tatanan masyarakat yang madani dan thayibbah secara individu maupun bermasyarakat selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan yang diyakini oleh setiap pemeluk ajaran beragama. Penerapan pendidikan beragama ini diwujudkan dalam bentuk peran keluarga dalam pembentukan kepribadian di rumah, hingga pembekalan pentingnya peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa di lingkungan sosial.

2.                  Pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang telah tertanam kuat sejak nenek moyang bangsa ini memulai membangun peradaban bangsa Indonesia menjadi sumber nilai pendidikan karakter yang telah teruji di berbagai tantangan zaman di masa lampau, mulai dari zaman pra aksara, zaman kerajaan, zaman penjajahan, hingga dikukuhkan menjadi dasar negara ketika memasuki kemerdekaan. Adalah hal yang sangat utama menerapkan nilai-nilai Pancasila secara riil dalam setiap tutur kata, pikiran, dan perilaku kita.

3.                  Budaya
Nilai-nilai budaya menjadi pendasaran dalam memaknai suatu peristiwa, fenomena, dan kejadian yang berlangsung  dalam setiap interaksi antar anggota masyarakat. Budaya ini terwujud dari perilaku yang berlangsung terus-menerus hingga membentuk kebiasaan dalam masyarakat. Kebiasaan yang dinilai bagus inilah yang nantinya menjadi sumber karakter yang harus dipertahankan dalam pendidikan karakter bangsa Indonesia. Budaya juga menjadi suatu proses pembentukan karakter sejak berada di dalam kandungan hingga Kita dewasa. Budaya yang bersifat hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis ini juga menjadi cikal bakal bagi berbagai tindakan yang diambil dalam peran lembaga pengendalian sosial di masyarakat.

4.                  Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagai rumusan dari hasil yang harus dimiliki setiap generasi penerus bangsa ini, tujuan pendidikan nasional dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional terdiri dari berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia . Ini dilakukan agar secara riil bisa dilaksanakan implementasi pendidikan karakter di berbagai lembaga pendidikan

                               9.1       Nilai-nilai Karakter
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai The Golden Rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Karakter sebagai berikut.

Berdasarkan ke empat sumber nilai, maka dihasilkan sejumlah nilai nilai pendidikan karakter untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:
1.      Religius
Merupakan sikap yang memegang teguh perintah agamanya dan menjauhi larangan agamanya, seraya saling menjaga kerukunan dan kesatuan antar berbeda pemeluk agama dan keyakinan.


2.      Jujur
Merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk menghindari keburukan dengan menjaga perkataan, perasaan dan perbuatan untuk selalu berkata dengan benar dan dapat dipercaya.
3.      Toleransi
Perilaku yang cenderung menghargai perbedaan dengan mengurangi mempertajam perselisihan karena perbedaan. Perilaku ini diwujudkan dengan penerimaan atas perbedaan, dan keragaman sebagai suatu kekayaan bangsa Indonesia untuk mewujudkan fungsi toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.      Disiplin
                        Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan menghindari dan menjauhi segala larangan yang buruk secara konsisten dan berkomitmen.
5.      Kerja keras
Mencurahkan segala kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai hasil yang diharapkan dengan tepat waktu dan berorientasi lebih pada proses dan perkembangan daripada berorientasi pada hasil.
6.      Kreatif
Selalu mencari alternatif penyelesaian suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Ini dilakukan untuk mengembangkan tata cara atau pemahaman terhadap suatu masalah yang sudah ada terlebih dahulu melalui pendekatan sudut pandang yang baru.
7.      Mandiri
                        Meyakini potensi diri dan melakukan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh percaya diri dan berkomitmen.

8.      Demokratis
                        Sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama. Ini dilakukan untuk memberikan pengakuan secara setara dalam hak berbangsa seraya merawat kemajemukan bangsa Indonesia.
9.      Rasa ingin tahu
Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
10.  Semangat kebangsaan
Suatu sudut pandang yang memandang dirinya sebagai bagian dari bangsa dan negaranya. Sudut pandang yang mewujudkan sikap dan perilaku yang akan mempertahankan bangsa dari berbagai ancaman, serta memahami berbagai faktor penyebab konflik sosial baik
11.  Cinta tanah air
Tekad yang terwujud dalam perasaan, perilaku dan perkataan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap aspek sosial, fisik budaya, ekonomi, dan politik dari bangsa dan negaranya.
12.  Menghargai prestasi
                        Perasaan bangga terhadap kelebihan dan keunggulan yang dimiliki dirinya sebagai individu maupun dirinya sebagai anggota masyarakat. Perasaan bangsa ini akan mendorong untuk memperoleh pencapaian-pencapaian yang positif bagi kemajuan bangsa dan negara.
13.  Bersahabat/komunikatif
Perilaku yang ditunjukan dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan interaksi yang positif antar individu dalam suatu kelompok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
14.  Cinta damai
                        Perilaku yang selalu mengutamakan kesatuan rasa dan perwujudan harmoni dalam lingkungan yang majemuk dan multikultural.
15.  Senang membaca
                        Rasa ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman melalui gemar mencari informasi baru lewat bahan bacaan maupun mengajak masyarakat di lingkungan sekitarnya untuk memupuk perasaan gemar membaca ini.
16.  Peduli sosial
Kepekaan akan segala kesulitan yang dihadapi oleh lingkungannya dan masyarakatnya. Kepekaan ini kemudian terwujud dalam tindakan, perasaan, dan perbuatan yang berulang-ulang dan menjadi kebiasaan dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang di sekitarnya, yang mana individu tidak terfokus pada dirinya sendiri dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
17.  Peduli lingkungan
Menjadikan pelestarian alam sebagai salah satu dasar perilaku dan kebiasaan yang dicerminkan di lingkungannya agar terus terjadi siklus pembaharuan di alam yang berkesinambungan secara alami. Ini dilakukan agar alam yang ditempatinya tetap lestari dan abadi.
18.  Tanggung Jawab
                        Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan hanya merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, yaitu:
1)      Nilai karakter dengan hubungannya dengan Tuhan
a.                Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.

2)      Nilai karakter dengan hubungannya dengan diri sendiri
a.                   Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
b.                  Bertanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
c.                   Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
d.                  Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.


e.                   Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
f.                   Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
g.                  Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h.                  Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
i.                    Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3)      Nilai karakter dengan hubungannya dengan sesama
a.                   Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b.                  Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.


c.                   Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d.                  Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang
e.                   Demokratis
Cara berfikir, bersikapdan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.\

4)      Nilai karakter dengan hubungannya dengan lingkungan
a.                   Peduli sosial dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakanpada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5)      Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negaradi atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a.                   Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

b.                  Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama

                             10.1     Prinsip Pengenmban Karakter
Menurut Lickona, Schaps dan Lewis (2003), bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut:
1.      Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
2.      Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku,
3.      Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter,
4.      Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
5.      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik,
6.      Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua pserta didik, membangun karakter mereka dan membantu mmereka untuk meraih sukses,
7.      Mengusahakan tumbuhanya motovasi diri pada peserta didik,
8.      Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama,
9.      Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter,
10.  Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,
11.  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

                             11.1     Keberhasilan Implementasi Pendidikan Karakter
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1.      Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja
2.      Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3.      Menunjukkan sikap percaya diri
4.      Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas
5.      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional
6.      Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif
7.      Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
8.      Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
9.      Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
10.  Mendeskripsikan gejala alam dan sosial



C.    Pemaaf, Kritis, Hak orang tua, Hak guru, Hak Teman, Hak tetangga
                             12.1     Pemaaf
Yang dimaksud sikap pemaaf adalah sikap yang mengikhlaskan sesuatu perbuatan seorang terhadapnya, seorang pemaaf lawan dari sikap pendendam. Contohnya seorang yang telah ditipu atau telah disakiti, maka dia tidak akan mengungkit kembali masalah itu, atau menaruh dendam dan ingin membalas perbuatan yang telah dialaminya.

                             13.1     Kritis
Sebenarnya sikap spontan seseorang terhadap sesuatu yang terjadi secara tidak terduga, mungkin lewat perkataan, atau perbuatan. Supaya terjadi komunikasi secara 2 arah dan tidak adanya Doktrin. Sikap kritis itu mempunyai 3 arti yaitu :
·         pertama sikap tidak mudah percaya, besusaha selalu menemukan kesalahan, dan rasa ingin tahu yang tajam.
·         selalu mencari kesalahan mungkin kedengarannya memang sangat egois tetapi sebenarnya tidak ada unsur egois dari arti ini, karena memang selalu mencari kesalahan itu mengandung banyak arti.
·         rasa ingin tahu yang tajam sebenarnya ini adalah hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mempunyai sikap kritis karena banyak orang bilang semakin banyak kita mengetahui sesuatu semakin banyak ilmu yang kita miliki, disini saya ingin memberikan sesuatu kata-kata yang mungkin bisa berguna “jangan pernah menyesal jika dunia tidak mengenal kamu, tetapi menyesal lah jika kamu tidak mengenal apa itu dunia”.

                             14.1     Hak orang tua
·               Memberi perintah kepada anaknya
·               Mengontrol hidup anaknya
·               Melarang sesuatu yang tidak pantas dilakukan oleh si anak
·               Meninggikan suaranya, bahkan memarahi anaknya jika melakukan sesuatu yang buruk
·               Mendapat kasih sayang dari anaknya
·               Dipatuhi perintahnya oleh si anak
·               Berhak menolak keinginan si anak jika keinginan itu buruk dan tidak bisa dipenuhi
·               Mendapat perlakuan yang layak dari si anak
·               Mengingatkan dan menasihati si anak jika berbuat salah
·               Memberikan konsekuensi jika si anak berbuat salah
·               Bahaya melawan kepada kedua orangtua dan berbuat jahat kepada keduanya Salah satu dosa besar yang disepakati oleh semua agama adalah berbuat jahat kepada kedua orangtua. Nabi Muhammad saw bersabda “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa besar?” Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau menyatakan: “Menduakan Allah dan melawan kedua orang tua.” (HR. Al-Bukhari, no. 5918)
·               Mematuhi kedua orangtua dalam hal-hal yang bukan kemaksiatan kepada Allah
Wajib menaati semua perintah kedua orang tua, kecuali perintah untuk bermaksiat kepada Allah. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk yang menyuruh bermaksiat kepada Allah. Allah  swt berfirman, ”Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (Al-Ankabut: 8)

                             15.1     Hak guru
·               Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
·               Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
·               Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
·               Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
·               Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
·               Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik
·               Sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
·               Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
·               Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
·               Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.

                             16.1     Hak teman
·               Membantu kelapangan temannya (muwasah)
Muwasah adalah tanda persahabatan yang jujur. Seorang teman yang jujur dalam persahabatannya akan memberikan kemudahan (membantu) temannya sebatas kemampuannya. Dia senantiasa merasakan senang dan susahnya teman.
Dari Abu Hurairah z, bahwa Nabi n bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرَعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang melepaskan dari orang mukmin satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan dunia, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesukaran pasti Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu pasti Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, membaca dan mempelajari kitab Allah diantara mereka, kecuali turun kepada mereka sakinah dan mereka diliputi rahmat serta dinaungi malaikat. Allah menyebut mereka di majelis-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim)
·               Menjenguknya ketika sakit
·               Menjaga rahasianya
Dari Jabir bin Abdillah z, Rasulullah n berkata:
إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
“Jika seseorang berbicara (denganmu), kemudian dia menoleh (melihat sekeliling) maka ketahuilah itu adalah amanah.” (HR. Abu Dawud no. 4868 dan At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1090 dan Shahihul Jami’ no. 486)


·               Al-wafa dan ikhlas
Al-wafa adalah terus-menerus mencintainya sampai meninggal, dan ketika telah meninggal ia mencintai anak-anak dan teman-temannya. Nabi telah memuliakan sahabat dan famili Khadijah  setelah beliau wafat.

                             17.1     Hak tetangga
Islam Mewajibkan untuk Berbuat Baik pada Tetangga
Islam berusaha mewujudkan hal tersebut dan salah satu metodenya adalah dengan menekankan bagi pemeluknya untuk menunaikan hak-hak para tetangga. Islam memerintahkan untuk senantiasa berbuat baik terhadap tetangganya dan tidak menyakiti mereka. Allah swt berfirman yang artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisaa’ : 36).
Beberapa hak tetangga yang wajib kita ditunaikan adalah :
·                     Tidak menyakitinya baik dalam bentuk perbuatan maupun perkataan.
Dalilnya telah disebutkan di atas. Sebagian kaum muslimin merasa ‘enjoy’ menyakiti tetangganya dengan cara menggunjing dan menceritakan kejelekannya. Wahai saudaraku, sungguh ucapan itu telah menyakiti tetangga kita walaupun dia tidak mengetahuinya. Hal ini lebih sering dilakukan oleh para istri. Namun anehnya, kadang para suami juga tidak mau ketinggalan.
·                     Menolongnya dan bersedekah kepadanya jika dia termasuk golongan yang kurang mampu.
Termasuk hak tetangga adalah menolongnya saat dia kesulitan dan bersedekah jika dia membutuhkan bantuan. Rasulallah saw bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan dari berbagai kesulitan di hari kiamat kelak” (HR. Bukhori). Beliau juga bersabda,”Sedekah tidak halal bagi orang kaya, kecuali untuk di jalan Allah atau ibnu sabil atau kepada tetangga miskin …” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
·                     Menutup kekurangannya dan menasihatinya agar bertaubat dan bertakwa kepada Allah.
Jika kita mendapati tetangga kita memiliki cacat maka hendaklah kita merahasiakannya. Jika cacat itu berupa kemaksiatan kepada Allah maka nasihatilah dia untuk bertaubat dan ingatkanlah agar takut kepada adzab-Nya. Rasulallah saw bersabda,”Barangsiapa menutupi aib muslim lainnya, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak” (HR. Bukhori).
·                     Berbagi dengan tetangga
Jika kita memiliki nikmat berlebih maka hendaknya kita membagikan kepada tetangga kita sehingga mereka juga menikmatinya. Rasulallah saw bersabda, “Jika Engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu” (HR. Muslim). Dan tidak sepantasnya seorang muslim bersantai ria dengan keluarganya dalam keadaan kenyang sementara tetangganya sedang kelaparan. Rasulallah saw bersabda,”Bukanlah seorang mukmin yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangga sebelahnya kelaparan” (HR.  Bukhori dalam Adabul Mufrod).

·                     Jika Tetangga Menyakiti Kita
Untuk permasalahan ini, maka cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah bersabar dan berdo’a kepada Allah agar tetangga kita diberi taufik sehingga tidak menyakiti kita. Kita menghibur diri kita dengan sabda Rasulallah,”Ada 3 golongan yang dicintai Allah. (Salah satunya adalah) seseorang yang memiliki tetangga yang senantiasa menyakitinya, namun dia bersabar menghadapi gangguannya tersebut hingga kematian atau perpisahan memisahkan keduanya” (HR. Ahmad).

D.    Rendah Hati oleh Ibu Ani
                             18.1     Pengertian rendah hati
Rendah hati adalah sikap merendahkan diri di hadapan allah dan sopan santun terhadap sesama.Orang yang memiliki sikap rendah hati tidak akan meremehka orang lain dan tidak akan bersikap sombong walaupun dirinya orang yang mampu dan kuat selain itu dia juga rajin beribadah.

                             19.1     Hal-hal yang menumbuhkan sikap rendah hati
1.      Niat karena Allah
2.      Ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita karena disetiap tindakan akan dikenakan    pertanggungjawaban
3.      Merasakan apa yang orang lain rasakan
4.      Meniru akhlak Nabi Muhammad saw
5.      Bergaul dengan orang gang rendah hati.
6.      Menyadari kekurangan.




                             20.1     Contoh sikap rendah hati dalam kehidupan sehari hari
1.      Hindari Perilaku Narsisme yang Selalu Menonjolkan Diri Sendiri
Pada era modern seperti sekarang, tak sedikit orang yang narsis dan selalu ingin terlihat up to date. Sedikit-sedikit, jepret sana jepret sini, sekali tekan seluruh dunia menyaksikan. Ingin selalu terlihat hebat sehingga menonjolkan diri, dan beranggapan paling hebat, padahal tidak memiliki apa-apa. Jika ingin jadi seorang yang rendah hati, perilaku narsisme harus kita tenggelamkan agar gak muncul lagi. Ingin dikenal orang lain sejatinya gak harus narsis.
2.      Tidak perlu Fokus pada Kesalahan Orang Lain
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk Anda sendiri. Apabila hal ini terjadi pada orang lain, pandanglah kesalahan orang lain sebagai kekeliruan biasa yang bias diperbaiki. Jangan sekali-kali focus pada kesalahan yang dilakukannya, melainkan fokuskan pada usaha yang dilakukan, jika belum membuahkan hasil, maka itu merupakan benih yang semakin mendekatkan pada keberhasilan.

E.     Adab/etika dan perilaku dalam Islam
                             21.1     Pengertian etika
Etika adalah kebiasaan atau adab melakukan sesuatu.

                             22.1     Macam-macam etika
1.         Etika gurau atau bercanda
Bercanda atau bergurau diperbolehkan asal jangan berlebihan, Rasulullah SAW juga bercanda. Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Bercanda yang diperbolehkan yaitu:
a.       Meluruskan Tujuan.
Yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
b.      Jangan Melewati Batas.
Sebagian orang sering kebablasan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang. Terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11.
c.       Jangan Bercanda Dengan Orang Yang Tidak Suka Bercanda.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
d.      Jangan Bercanda Dalam Perkara-Perkara Yang Serius.
Ada beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya.
e.       Hindari Perkara-Perkara Yang Dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala saat bercanda.

2.         Etika bertamu
     Bertamu merupakan kegiatan sosial yang telah diatur adab dan etikanya dalam Islam. Di antara adab dan etika ketika bertamu adalah sebagai berikut:
a.       Memilih Waktu Berkunjung
Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu memilih waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang enak bagi tuan rumah bahkan terkadang mengganggunya.

b.      Meminta Izin kepada Tuan Rumah
Hal ini merupakan pengamalan dari perintah Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An-Nur: 27)
Di antara hikmah yang terkandung di dalam permintaan izin adalah untuk menjaga pandangan mata. 
Adapun tata cara meminta izin yaitu seperti, mengucapkan salam terlebih dahulu, meminta izin sebanyak tiga kali, jangan mengintip ke dalam rumah.

c.       Tidak Memberatkan Tuan Rumah dan Segera Kembali ketika Urusannya Selesai.
Bagi seorang tamu hendaknya berusaha tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah dan segera kembali ketika urusannya selesai. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
“…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan…” (Al-Ahzab: 53)

3.         Narkoba
     Dalam Islam, narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, dan lainnya disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini, apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Dr Yusuf Qardhawi dalam kumpulan fatwa kontemporernya menerangkan, akibat yang ditimbulkan pemakai narkotika sama saja dengan orang yang mabuk karena khamar. Lebih lanjut, Qardhawi menerangkan, kalau barang-barang mukhaddirat tersebut tidak dimasukkan dalam kategori khamar atau memabukkan, ia tetap haram dari segi melemahkan (menjadikan loyo). Banyak orang yang memang tidak mabuk mengonsumsi narkoba. Namun, tubuh mereka akan menjadi lemah dan memiliki efek halusinasi.

4.         Seks bebas
     Seks bebas dalam pandangan Islam dibagi menjadi dua kategori, yaitu seks bebas yang dilakukan kalangan lajang atau yang belum menikah (ghairu muhsan) dan seks bebas yang dilakukan orang yang sudah menikah (muhsan). Dalam pandangan hukum Islam, hukuman bagi orang yang melakukan seks bebas dengan predikat muhsan, maka ia harus mendapatkan hukuman yang lebih berat, yaitu rajam. Sementara itu, seks bebas bagi kalangan lajang atua ghairu muhsan, maka ia dikenakan hukuman cambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan.

5.         Gemar membaca
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Surah Al-‘Alaq ayat 1-5 memiliki tafsiran bahwa kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk membaca agar memiliki ilmu. Dengan membaca kita jadi tahu, membaca mampu menajamkan otak, mengasah memori dan mengembangkan imajinasi. Dengan membaca dan memiliki ilmu dapat membuat kita menjadi muslim yang cerdas.

6.         Demokrasi
     Istilah demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini terbentuk dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat.
QS Ali Imraan: 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran : 159)
Dalam demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat, konsekuensinya bahwa hak legislasi (penetapan hukum) berada di tangan rakyat (yang dilakukan oleh lembaga perwakilannya, seperti DPR). Sementara dalam Islam, kedaulatan berada di tangan syara’, bukan di tangan rakyat. Ketika syara’ telah mengharamkan sesuatu, maka sesuatu itu tetap haram walaupun seluruh rakyat sepakat membolehkannya.
Disisi lain, kalau diyakini bahwa hukum kesepakatan manusia adalah lebih baik daripada hukum Allah, maka hal ini bisa menjatuhkan kepada kekufuran dan kemusyrikan.



BAB III
PENUTUPAN

A.    KESIMPULAN
Pesantren Kilat ini benar-benar merupakan kegiatan yang sangat positif bagi aktivitas para generasi muda. Nah sekarang, apa yang kalian takutkan untuk mengikuti Pesantren Kilat? Apa kalian masih merasa malas untuk datang ke Pesantren Kilat? Sudah jelas kan, jika Pesantren Kilat ini tidaklah menakutkan ataupun membosankan. Karena sebenarnya, Pesantren Kilat merupakan wadah dari kumpulan kegiatan seru yang tidak akan kita lupakan.

B.     SARAN
Diharapkannya supaya kegiatan Pesantren Kilat ini dapat diadakan terus-menerus. Jadi tidak hanya dilakukan sekali setiap tahunnya, Melainkan kegiatan ini bisa diadakan berangsur-angsur di setiap minggu bulan Ramadhan. 

 DAFTAR PUSTAKA

 H.p Akhmad Yasin. 2002. Modul Pendidikan Islam. DiponegoroWilian.

Mungkin itu saja yang dapat saya bagikan, semoga bermanfaat

Related Post



Post a Comment