MAKALAH MERANCANG ANALISASI KEBUTUHAN

Posted by GLOBAL MAKALAH

MAKALAH  MERANCANG ANALISASI KENUTUHAN 


Keterangan :
Untuk download file makalahnya silihakan disini:

=====================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Seiring dengan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, dewasa ini  dalam sistem desentralisasi pendidikan setiap sekolah memiliki kesempatan yang luas dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan daerah dan karakteristik siswa yang berbeda. Untuk  membantu para pengembang kurikulum termasuk guru di sekolah diperlukan suatu model rancangan instruksional sesuai dengan jenis model kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi sesuai dengan model kurikulum yang berlaku dewasa ini.
       Disain instruksional dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.  Penentuan komponen beserta analisisnya dapat menjamin keberhasilan pencapaian tujuan.  Oleh karena itu   penelitian  mengenai sistem instruksional sangat diperlukan untuk ketercapaian kompetensi seperti  yang digariskan dalam kurikulum.
      Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, melalui Research and Development, penelitian ini  menghasilkan model pengembangan Disain Sistem Instruksional yang berorientasi pada pencapaian kompetensi (DSI-PK) yang dapat digunakan guru sebagai pedoman dalam merancang sistem pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.Dalam penerapan DSI-PK ada beberapa prosedur yang harus dilakukan ada hasil yang diharapkan dapat di dapatkan secara maksila, prosedur itu antara lain , analisis kebutuhan, pengembangan dan alat evaluasi. 


B.   RUMUSAN MASALAH
Dari penjabaran singkat pada latar belakan maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1.      Bagaimana langkah-langkah dalam menganalisis kebutuhan ?
2.      Apa saja yang menjadi Sumber analisi kebutuhan ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Analisis Kebutuhan
Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson dan kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is)[1]. Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).
Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Seels dan Glasgow (1990) yang menyatakan bahwa analisis kebutuhan adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan tersebut untuk dipecahkan.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian analisis kebutuhan (need assessment), seperti yang dikemukakan baik oleh mcneil maupun oleh Glasgow. Pertama, Need Assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian


kegiatan dalam pelaksanaan need assessment.  need assessment  bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan.
Kedua, Kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. dengan demikian maka, need assessrnent itu adaiah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.
Kegiatan melaksanakan need assessment merupakan suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain sistem instruksional. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya melacak nformasi tentang harapan dan kenyataan yakni kemampuan yang harus dimiliki dengan kemampuan yang telah dimiliki.

B.     Langlah-Langkah Analisis Kebutuhan
Sebagai suatu proses , need assissment terdiri atas rangkaian kegiantan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan berakhir pada perumusan masalah.
Secara lengkap kegiatan need assissment digambarkan oleh Glasgow dalam komponen – komponen need assessment, atara lain :
1.      Tahapan pengumpulan informasi
Dalam merancang.pembelajaran pertama kali seorang desainer perlu memahami terlebih dahulu informasi tentang siapa dapat mengerjakan apa, siapa memahami apa, siapa yang akan belajar, kendala-kendala apa yang akan dihadapi,dan bagaimana pengaruh keadaan keadaan tertentu terhadap karakteristik siswa. Berbagai informasi yang dikumpulkan akan bermanfaat dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai beserta skala prioritas dalam proses pemecahan masalah.
Witkin (1984) mendefinisikan analisis kebutuhan, sebagai proses membuat
keputusan dengan memanfaatkan informasi yang  dikumpulkan.
Tiga hal yang dapat diingat dalam proses  perencanaanpengumpulan data :
·         Apa yang anda ingin ketahui?
·         Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data tersebut?
·         Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses pengumpulan
data  tersebut?[4]
Data-data yang terkumpul akan bermanfaat dalam menentukan dan menyusun langkah-langkah selanjutnya, Yang jelas seorang desainer pembelaiaran dalam proses merancang sistem pembelaiaran harus berpijak pada informasi yang terkumpul. Seorang pengumpul data perlu memiliki kemampuan dalam pelaksanaan teknis, misalnya dalam melakukan wawancara, observasi, serta dalam memanfaatkan sumber yang ada. Sebaiknya proses pengumpulan data, tidak dilakukan hanya dengan satu teknik saja melainkan bisa dilakukan berbagai jenis teknik pengumpulan data secara bersarnaan. Misalnya ketika seorang pengumpul data melakukan wawancara sekaligus ia iuga melakukan observasi dan mungkin melakukan studi dokumentasi.
2.      Tahapan identifikasi kesenjangan
Dalam mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan identifikasi keseniangan melalui Organizational Elements Model (OEM). Dalam model OEM, Kaufman menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dua elemen pertama, yaitu input dan prosesadalah bagaimana menggunakan setiap potensi dan surnber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output dan outcome merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Selanjutnya untuk lebih jelas maka digambarkan sebagai berikut :
v  INPUT
v  PROSES
v  PRODUK
v  OUTPUT
v  OUTCOME
§  Input; kondisi yang tersedia pada saat ini, misalnya tentang  keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar, problem, tujuan,  materi kurikulum.
§  Proses; meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiri atas pola pembentukan staf,  pendidikan yang  berlangsung sesuai dengan kompentensi, perencanaan,  metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang  metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang  berlaku.
§  Produk; meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan,  pengetahuan, dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes  kompetensi
§  Output; meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
§  Outcome; hasil akhir yang diperoleh


3.      Analisis Performace
Analisis performance meliputi beberapa hal di antaranya :
v  Mengidentifikasi guru. Bagaimana kinerja guru selama ini dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan pembelajaran? Analisis performance mengenai hal ini perlu dilakukan, sebab bagaimanapun lengkap dan tersedianya segala kebutuhan pembelajaran maka tidak akan bermakna manakala kemampuan guru tidak menunjang. Menganalisis performance guru tidak terbatas pada penguasaan materi pernbelaiaran saja, akan tetapi iuga terhadap keterampilan dalam mengelola pembelajaran misalnya keterampilan dalam penggunaan berbagai strategi pembelajaran, pefnanfaatan alat, bahan dan sumber belafar serta kernarn. puan melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa.
v   Mengidentifkasi sarana dan kelengkapan penunjang. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran? Diakui, adanyakesenjangan bisa teriadi manakala proses pembelajaran tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Seorang desainer pembelajaran perlu mengevaluasi dan menganalisis kondisi ini, sebab bagaimanapun idealnya suatu pemecahan masalah yang diusulkan akhirnya akan kembali pada tersedia atau tidaknya sarana pendukung. Sistem pendidikan cenderung akan efektif manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas sebagai sumber pendukung.
v  Mengidentifikasi berbagai kebijakan sekolah. Bagaimana kebijakan-kebijakan sekolah dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran? Untuk menunjang keberhasilan, pimpinan sekolah perlu menerbitkan berbagai kebijakan yang dapat rnemfasilitasi guru dalam melaksanakan programnya. Dengan demikian, pimpinan sekolah dituntut untuk terbuka terhadap segala permasalah yang dihadapi semua unsur yang berkepentingan dalam pelaksanaan program sekolah baik terbuka terhadap guru, komite dan orang tua siswa dan unsur lainnya.
v   Mengidentifikasi iklim sosial dan iklim psikologis. Bagaimana suasana disekolah? Apakah sekolah memiliki iklim yang baik sehingga dapat mendukung keberhasilan setiap program? Iklim sosial adalah hubungan yang baik antara semua unsur sekolah; sedangkan iklim psikologis suasana kebersamaan antara semua unsur sekolah.
4.      Mengodentifikasi kendala beserta sumber-sumbernya
Tahap keempat dalam need assesstnent adalah mengidentifikasi berbagai kendala yang muncul beserta sumber-sumbernya.Dalam pelaksanaan suatu program berbagaikendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadapkelancaran suatu program. Berbagai kendala dapat meliputi,waktu, fasiliias, bahan, pengelompokan dan komposisinya, filosofi, personal, dan organisasi.  Sumber-sumberkendala bisa berasal dari:
pertama, orang yang terlibatdalam suaru program pembelaiaran, misalnya guru-kepalasekolah, dan siswa itu sendiri. Termasuk iuga dalam unsurorang ini adalah unsur filsafat atau pandangan orang terhadappekerjaannya, motivasi keria, dan kemampuan yangdimiilkinya.
kedua, fasilitas  yang ada, di dalamnya meliputiketersediaan dan kelengkapan fasilitas sertakondisi fasilitas. Dan Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan besertapengaturannya.
5.      Identifikasi karakter Siswa
Tujuan utama dalam desai pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah bagia dari need assissment. Identifikasi yang berkaitan dengan siswa diantaranya adalah tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap.
6.      Identifikasi tujuan
Kaufman (1983) mendefinisikan need assessrnent sebagai suatu proses mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi kesenjangan antara apa yangterjadi dan apa yang akan dihasilkan melalui penentuan skala prioritas dari
setiap kebutuhan. Definisi yang dikemukakan oleh Kaufman berhubungan erat dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan dalam proses need assesstnent.
7.      Penentuan permasalahan
Tahap akhir dalam proses analisis kebutuhan adalah menuliskan pernyataan masalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain instruksional. Penulisan masalah pada dasarnya merupakan rangkuman atau sari pati dari permasalahan yang ditentukan. Pernyataan masalah harus ditulis secara singkat dan padat yang biasanya tidak lebih dari satu atau dua paragraf.
C.    SUMBER ANALISIS KEBUTUHAN
Seperti yang telah dijelaskan desain instruksional berorientasi pencapaian kompetensi, adalah sistem desain yang dikembangkan untuk mendukung keberhasilan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi, seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum ada dua jenis analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan nonakademis.
1.      Analisis kebutuhan akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP. Kompetensi yang harus dicapai oleh KTSP tercermin dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SI dan SKL) sebagai standar kemampuan minimal yang harus dicapai. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan  mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan  mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan  mengikuti pendidikan lebih lanjut  sesuai dengan kejuruannya.

2.      Analisis kebutuhan nonakademis
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan kurikulum muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat siswa. Selanjumya ayat2, menjelaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan ienis pendidikarr dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik daerah masing-masing. Baik dalam proses pengembangan maupun proses implementasi kurikulum, siswa harus menjadi tumpuan utama, artinya seluruh proses pengembangan dan implementasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pada kenyataannya yang dibutuhkan siswa bukan saja ke-butuhan akademis, yakni kebutuhan untuk menguasai konsep dan pinsip seperti yang disaiikan dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi, akan tetapi iuga kebutuhan nonakademis yakni berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi, minat dan bakat setiap siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Dalam konteks inilah perlu dilaksanakan studi kebutuhan nonakademis setiap siswa.
Ada sejumlah prinsip pengembangan kebutuhan nonakademis, yaitu :
b.      Dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai lokal dimana siswa itu berada.
c.       Dikembangkan untuk meningkatkan nilai-nilai kebangsaan atau untuk menumbuhkankembangkan budaya nasional.
d.      Dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e.       Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berkompetensi pada masyarakat global.

BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan, bahwa model DSI-PK merupakan salah satu model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada tuntutan sosial kedaerahan dengan mengutamakan sejumlah kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat survive menjalani kehidupannya.

B.     SARAN
Untuk dapat melaksanakan kurikulum yang telah dirancang sesuai tujuan pendidikan, yakni kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi siswa (KBK/KTSP), sebaiknya diadakan penataran, dan sejenisnya bagi para pendidik, agar lebih dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya .Wina,  Perencanaan Dan Desain Pembelajaran,Kencana:Jakarta, 2008
http://teknikind.blogspot.com/2010/05/need-assessment.html
http://tepenr06.wordpress.com/2011/09/19/analisis-konten-dan-tujuan

Related Post



Post a Comment