Keterangan :
untuk download makalah ini silahkan di bawah ini :
-------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas.Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India.Sementara itu, pala dan cengkeh
yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di
Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah.Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam.Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut.Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
B.
Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-usul masuknya
Islam di Nusantara
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di
Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari
Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga
Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti
kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman,
Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang
besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya
muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam.Karena banyak
kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh
ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran
Islam terakhir tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah
kawasan yang dilewati oleh jalur sutera.Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan
penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan
Yahudi.Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat
berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta
Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun
Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang
tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu
Thalib.Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang
bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi
Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara
tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai “as-Sabiqun
al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan seterusnya secara
terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan
pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah
adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang
bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil yang baik walaupun ada di
antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat,
seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan
Islam.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses
perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara
lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan
Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) (Sumber: wikipedia).
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang
sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA
mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan
Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.Beberapa tahun kemudian,
tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di
pantai barat Sumatera.Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.Sejak
itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad.Mereka
membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi
mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.Aceh, daerah paling
barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama
Islam.Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni
kerajaan Samudra Pasai.Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang
menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa
di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum
Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.Berupa
komplek makam Islam, yang salah satu
diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun.Pada
makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan
Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan
makam para pedagang
Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada
pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran.Baru pada abad ke-9
H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal.Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada
abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik
yang berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam
seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.Para
penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi
pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M
antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan
Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan
Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan
Spanyol.Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang,
tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat.
Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.Yang sebagian besar
diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan
terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena kaum
Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena
berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara,
mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang
telah terjalin beratus-ratus tahun.Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan
ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang
mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad
ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka
untuk menguasai nusantara.Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk
kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat
Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu
daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan
pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur
pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511,
Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun
sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu
menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini
dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan
Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang
penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten,
Fathahillah sempat berguru di Makkah.Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari
serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah
membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain
membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren
(madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab
Syafi’i.Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah
dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah
sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih
terjadi hingga sekarang.Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah
orang-orang yang gigih menentang penjajahan.Meskipun banyak diantara mereka
yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang
sering bangkit melawan penjajah.Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini
berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat jutaan
syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak
perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia),
Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga
perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang
Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku
Umar).(Sumber : ummah.com).
B.
Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut
para ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori,
yaitu teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut
teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India seperti
Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari
daerah Doccon di India, berdasarkan fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang
dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian selatan mirip dengan
ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau
Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam
Deccon (salah satu kerjaan di India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran
negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2. Menurut
teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia terjadi
pada tahun 1111 atau abad ke 12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh dari
Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas ajakan seorang kebangsaan Arab
asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam khususnya di
daerah tersebut.
3. Menurut
teori China. Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia langsung
dari Mekah atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia
sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin.
Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang dari Arab sejak
awal abad hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal
abad ke 2 hijrah telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir
pantai Sumatera. Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim dan
menikah dengan penduduk setempat serta membentuk komunitas-komunitas muslim.
Teori ini adalah yang paling kuat dan diterima para sejarahwan masa kini.
C.
Sumber-sumber berita
masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia
1.
Sumber-sumber luar
negeri
Berita
Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan
sriwijaya (abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita
Eropa : berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan
untuk mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita
India: berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai
peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita
China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang
penulis yang mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui
tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam
yang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.
2. Sumber
dalam negri
1. Penemuan
sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2. Makam
sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun
676 H atau tahun 1297 M.
3. Makam
Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran
Islam diantaranya yaitu:
- Islam mengajarkan toleransi
terhadap sesama manusia,saling menghormati dan tolong menolong.
- Islam mengajarkan bahwa
dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
- Islam mengajarkan bahwa Allah
adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang dan mengharamkan
manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
- Islam mengajarkan agar
manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta
senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih
kasih.
D.
Cara Masuknya Islam ke
Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang
teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah:
256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan
Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran
Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang
bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di
Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok
Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan
kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan
Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan
Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat
dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat
dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya
di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang
sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
E.
Perkembangan Masuknya
Islam di Beberapa Wilayah Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
1.
Perkembangan Islam di
Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera
Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak
di pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten
Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai
telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan
Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para
ulama dari berbagai negara Islam.
2. Perkembangan
Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang
terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan
sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai
berikut :
a.
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh
Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara.Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa.Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam.
b.
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada
awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat
menganut keyakinan Islam yang murni.Ia tidak setuju dengan kebiasaan masyarakat
Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari
persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya menarik umat Hindhu dan
Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam
menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan
masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama
dewa dengan nama-nama malaikat.
d.
Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan
Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan
pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi
lemah.Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e.
Sunan Drajat (Raden Kasim)
Sunan
Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat
ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol
dalam dakwah sunan drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah
sosial, ia selalu menekan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
f.
Sunan Kalijaga (Raden Said)
Ketika
para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan
wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal
ini adalah Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang
bernafaskan Islam terutama mengenai etika.
g.
Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan
Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai
keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan
logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga
melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.
h.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan
Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah
utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah
dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat
biasa.
i.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan
gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448.ia mengembangkan ajaran islam di
cirebon, majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar
bagi perkembanganislam di Banten.
3.
Perkembangan Islam di
Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh
santri dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu.Pada abad ke-16 di sulsel telah
berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama
islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
4.
Perkembangan Islam di
Kalimantan
Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan
Kalimantan berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran
Suriansyah merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan.
Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok
pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa
dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau
yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.
5.
Perkembangan Islam di
Maluku dan Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat
yang berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang
berasal dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja
Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan
Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada
masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan
Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
F.
Hikmah Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut :
- Islam membawa ajaran yang
berisi kedamaian.
- Penyebar ajaran Islam di
Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
- Terjadi akulturasi budaya
antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki batasan
dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
G.
Manfaat dari Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat
yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran para
pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi
Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan
yang sudah ada di Nusantara ini.
2.
Hasil karaya para
ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3.
Kita dapat meneladani
Wali Songo
4.
Menjadikan masyarakat
gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu membangaun
masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee
seluruh pelosok Nusantara.
6.
Mampu memanfaatkan
peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa
makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang ulama atau
ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh
keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
8.
Para ulama dan umara
bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak
sebanding.
H.
Peradaban Islam di
Masa Depan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :
“Dialah yang
telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang
benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji
telah diberikan oleh Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan
kearifan dan kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun
tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi
Salallahu Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan pada masa
khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak
demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di
atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Salallahu Alaihi wa Salam melalui
sabdanya yang artinya:
“Malam
dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu
Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah
menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna
(realisasinya).”Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang
ditentukan oleh Allah.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam
yang lain]
Dari
hadits diatas tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan
semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap
kita perjuangkan. Perjuangan dapat dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud
jihad disini bukanlah peperangan atau pembunuhan massal pada kaum non muslim.
Tapi melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun tidak
keluar dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih
dunia Barat dari umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang
rapuh seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan
pula karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola
berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu
sendiri.Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam
sekarang ini. Jika umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama
mereka maka mereka akan jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh karena itu
umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam, umat Islam
akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan yang
selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada
Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang
telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan
syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
Seperti yang
telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.”(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah
telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat,
pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika
ikut turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan
menjadi golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat
besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus
dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang
di JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul
maka tunggulah keputusan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban
islam di masa depan yaitu dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid
dan kaum intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum
intelektual berperan besar di dalam upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam
di masa depan. Inilah yang dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi
dalam membangun peradaban Islam yang jaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses islamisasi tidak mempunyai awal
yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi lebih merupakan proses
berkesinambungan yang selain mempengaruhi masa kini, juga masa yang akan
datang.Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat Islam ber-pijak dan
berkembang. Di samping itu, Islam juga menjadi tra-disi tersendiri yang
tertanam dalam konteks
Agama Islam juga membawa
perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan memperkembangkan budaya
Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia
selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan mengalami proses
pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses islamisasi di berbagai
tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh rakyat
setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnya menunjukkan
unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut
dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat
agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara
menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan
cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau
orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam
sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama
dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
B.
Saran
Berkaitan dengan makalah ini, agar dapat memperoleh
gambaran lebih baik, penulis menyarankan agar pembaca, membagi ilmu yang
dimilikinya kepada orang lain, sehingga manfaat dari makalah ini juga dapat
tersalurkan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
· Hasjmy, A., Sejarah
Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
· Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas.Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India.Sementara itu, pala dan cengkeh
yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di
Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah.Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam.Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut.Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
B.
Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-usul masuknya
Islam di Nusantara
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di
Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari
Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga
Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti
kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman,
Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang
besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya
muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam.Karena banyak
kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh
ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran
Islam terakhir tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah
kawasan yang dilewati oleh jalur sutera.Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan
penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan
Yahudi.Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat
berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta
Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun
Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang
tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu
Thalib.Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang
bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi
Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara
tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai “as-Sabiqun
al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan seterusnya secara
terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan
pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah
adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang
bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil yang baik walaupun ada di
antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat,
seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan
Islam.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses
perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara
lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan
Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) (Sumber: wikipedia).
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang
sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA
mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan
Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.Beberapa tahun kemudian,
tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di
pantai barat Sumatera.Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.Sejak
itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad.Mereka
membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi
mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.Aceh, daerah paling
barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama
Islam.Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni
kerajaan Samudra Pasai.Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang
menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa
di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum
Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur.Berupa
komplek makam Islam, yang salah satu
diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun.Pada
makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan
Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan
makam para pedagang
Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada
pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran.Baru pada abad ke-9
H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal.Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada
abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik
yang berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam
seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.Para
penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi
pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M
antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan
Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan
Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan
Spanyol.Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang,
tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan
terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,
perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat.
Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak.Yang sebagian besar
diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut,
migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan
terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena kaum
Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena
berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali
para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara,
mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang
telah terjalin beratus-ratus tahun.Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan
ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang
mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad
ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka
untuk menguasai nusantara.Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk
kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat
Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu
daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan
pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur
pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511,
Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun
sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu
menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini
dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan
Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang
penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten,
Fathahillah sempat berguru di Makkah.Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari
serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah
membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain
membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren
(madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab
Syafi’i.Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah
dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah
sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih
terjadi hingga sekarang.Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah
orang-orang yang gigih menentang penjajahan.Meskipun banyak diantara mereka
yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang
sering bangkit melawan penjajah.Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini
berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat jutaan
syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak
perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia),
Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga
perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang
Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku
Umar).(Sumber : ummah.com).
B.
Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut
para ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori,
yaitu teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut
teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India seperti
Gujarat, Bengali, dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari
daerah Doccon di India, berdasarkan fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang
dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian selatan mirip dengan
ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau
Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam
Deccon (salah satu kerjaan di India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran
negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.
2. Menurut
teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia terjadi
pada tahun 1111 atau abad ke 12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh dari
Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas ajakan seorang kebangsaan Arab
asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam khususnya di
daerah tersebut.
3. Menurut
teori China. Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia langsung
dari Mekah atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia
sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin.
Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang dari Arab sejak
awal abad hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal
abad ke 2 hijrah telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir
pantai Sumatera. Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim dan
menikah dengan penduduk setempat serta membentuk komunitas-komunitas muslim.
Teori ini adalah yang paling kuat dan diterima para sejarahwan masa kini.
C.
Sumber-sumber berita
masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia
1.
Sumber-sumber luar
negeri
Berita
Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan
sriwijaya (abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita
Eropa : berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan
untuk mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita
India: berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai
peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita
China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang
penulis yang mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui
tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam
yang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.
2. Sumber
dalam negri
1. Penemuan
sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2. Makam
sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun
676 H atau tahun 1297 M.
3. Makam
Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran
Islam diantaranya yaitu:
- Islam mengajarkan toleransi
terhadap sesama manusia,saling menghormati dan tolong menolong.
- Islam mengajarkan bahwa
dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
- Islam mengajarkan bahwa Allah
adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang dan mengharamkan
manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
- Islam mengajarkan agar
manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta
senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih
kasih.
D.
Cara Masuknya Islam ke
Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang
teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah:
256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan
Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran
Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang
bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di
Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok
Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan
kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan
Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan
Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat
dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat
dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya
di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang
sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
E.
Perkembangan Masuknya
Islam di Beberapa Wilayah Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
1.
Perkembangan Islam di
Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera
Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak
di pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten
Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai
telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan
Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para
ulama dari berbagai negara Islam.
2. Perkembangan
Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang
terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan
sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali songo adalah sebagai
berikut :
a.
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh
Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara.Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa.Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam.
b.
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pada
awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat
menganut keyakinan Islam yang murni.Ia tidak setuju dengan kebiasaan masyarakat
Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari
persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya menarik umat Hindhu dan
Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam
menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan
masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama
dewa dengan nama-nama malaikat.
d.
Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan
Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan
pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi
lemah.Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e.
Sunan Drajat (Raden Kasim)
Sunan
Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat
ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol
dalam dakwah sunan drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah
sosial, ia selalu menekan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
f.
Sunan Kalijaga (Raden Said)
Ketika
para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan
wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal
ini adalah Sunan Kalijaga.Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang
bernafaskan Islam terutama mengenai etika.
g.
Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan
Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai
keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan
logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga
melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.
h.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan
Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah
utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah
dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat
biasa.
i.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan
gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448.ia mengembangkan ajaran islam di
cirebon, majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar
bagi perkembanganislam di Banten.
3.
Perkembangan Islam di
Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh
santri dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu.Pada abad ke-16 di sulsel telah
berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama
islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
4.
Perkembangan Islam di
Kalimantan
Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan
Kalimantan berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran
Suriansyah merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan.
Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok
pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa
dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau
yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.
5.
Perkembangan Islam di
Maluku dan Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat
yang berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang
berasal dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja
Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan
Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada
masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan
Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
F.
Hikmah Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut :
- Islam membawa ajaran yang
berisi kedamaian.
- Penyebar ajaran Islam di
Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
- Terjadi akulturasi budaya
antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki batasan
dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
G.
Manfaat dari Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat
yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran para
pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi
Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan
yang sudah ada di Nusantara ini.
2.
Hasil karaya para
ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3.
Kita dapat meneladani
Wali Songo
4.
Menjadikan masyarakat
gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu membangaun
masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee
seluruh pelosok Nusantara.
6.
Mampu memanfaatkan
peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa
makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang ulama atau
ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh
keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
8.
Para ulama dan umara
bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak
sebanding.
H.
Peradaban Islam di
Masa Depan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :
“Dialah yang
telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang
benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji
telah diberikan oleh Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan
kearifan dan kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun
tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi
Salallahu Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan pada masa
khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak
demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di
atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Salallahu Alaihi wa Salam melalui
sabdanya yang artinya:
“Malam
dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu
Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah
menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna
(realisasinya).”Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang
ditentukan oleh Allah.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam
yang lain]
Dari
hadits diatas tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan
semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap
kita perjuangkan. Perjuangan dapat dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud
jihad disini bukanlah peperangan atau pembunuhan massal pada kaum non muslim.
Tapi melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun tidak
keluar dari nilai-nilai ajaran islam.
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih
dunia Barat dari umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang
rapuh seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan
pula karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola
berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu
sendiri.Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam
sekarang ini. Jika umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama
mereka maka mereka akan jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh karena itu
umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam, umat Islam
akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan yang
selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada
Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang
telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan
syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
Seperti yang
telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.”(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah
telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat,
pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika
ikut turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan
menjadi golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat
besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus
dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang
di JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul
maka tunggulah keputusan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban
islam di masa depan yaitu dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid
dan kaum intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum
intelektual berperan besar di dalam upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam
di masa depan. Inilah yang dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi
dalam membangun peradaban Islam yang jaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses islamisasi tidak mempunyai awal
yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi lebih merupakan proses
berkesinambungan yang selain mempengaruhi masa kini, juga masa yang akan
datang.Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat Islam ber-pijak dan
berkembang. Di samping itu, Islam juga menjadi tra-disi tersendiri yang
tertanam dalam konteks
Agama Islam juga membawa
perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan memperkembangkan budaya
Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia
selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan mengalami proses
pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses islamisasi di berbagai
tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh rakyat
setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnya menunjukkan
unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut
dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat
agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara
menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan
cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau
orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam
sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama
dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
B.
Saran
Berkaitan dengan makalah ini, agar dapat memperoleh
gambaran lebih baik, penulis menyarankan agar pembaca, membagi ilmu yang
dimilikinya kepada orang lain, sehingga manfaat dari makalah ini juga dapat
tersalurkan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
· Hasjmy, A., Sejarah
Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
· Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.
Post a Comment