Keterangan
untuk download silahkan disini :
-----------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan limpahan
rahmatnya maka saya bisa menyelesaikan sebuah makalah bimbinagn konseling. berikut ini penulis
mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)”
Penulis
meminta maaf dan mohon pemaklumannya bila mana isi makalah ini ada kekurangan
dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan kita semua… amin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.
Latar Belakang
Masalah.......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................... 2
BAB II PEMABAHASAN............................................................................... 3
A.
Pengertian............................................................................................... 3
B.
Dasar Pemikiran
Bimbingan dan Konseling........................................... 3
C.
Ruang Lingkup
Anak Berkebutuhan Khusus......................................... 4
D.
Metode dan
Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK..................... 5
E.
Jenis Layanan Bimbingan
dan Konseling ABK..................................... 6
F.
Tujuan Bimbingan
dan Konseling ABK................................................. 8
G.
Teknik dan
Intervensi Bimbingan dan Konseling ABK......................... 8
BAB III ANALISIS.......................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 12
A.
Kesimpulan............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sekolah
sebagai tempat dimana peserta didik secara formal memperoleh pendidikan dan
pengajaran terkait dengan berbagai disiplin keilmuan serta nilai-nilai
kehidupan yang ditanamkan pada peserta didik. Peserta didik pada lembaga
sekolah memiliki keberagaman masing-masing antar satu dan lainnya, sehingga
kepribadian, jenis kebutuhan, hambatan dalam mengikuti pembelajaran pun
tentunya beragam. Disinilah yang menjadi titik awal persoalan penyelenggaran
pendidikan di sekolah, dan tentunya juga penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling disekolah.
Sekolah
memberikan perlakuan yang sama kepada semua siswa, hal ini berakibat pada
terhambatnya perkembangan peserta didik . Peserta didik dengan kemampuan
dibawah rata-rata akan tertinggal ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan siswa dengan kemampuan diatas rata-rata akan menjadi jenuh karena
harus menyesuaikan diri dengan kelambatan siswa lainnya dalam proses
pembelajaran. Hasil dari kesenjangan persoalan tersebut adalah tentunya
tehambatnya proses dan tugas perkembangan peserta didik.
ABK
membutuhkan jenis dan bentuk pelayanan yang khusus, terkait dengan aktivitas
pendidikan yang dijalani, maupun model bimbingan yang diberikan kepada mereka
atas berbagai persoalan, hambatan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini
disadari akan nilai urgensinya dan secara konstitusional merupakan tanggung
jawab semua pihak, sebagaimana yang termatub dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang mengatakan bahwa Anak berkebutuhan khusus merupakan
bagian dari anak Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan
dari pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Pemberian
layanan bagi ABK haruslah berdasarkan pada perencanaan program yang baik,
meliputi analisis, indentifikasi, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dari
program yang dilaksanakan. ABK yang termasuk dalam kategori permanen tentu akan
memiliki kebutuhan layanan yang berbeda, dibandingkan dengan ABK yang yang
termasuk kategori temporer. Penanaganan yang tepat bagi ABK akan membatu mereka
untuk dapat mencapai tugas perkembangan yang optimal sesuai dengan bakat,
potensi dan keterbatasan yang dimiliki. Oleh karenannya model layanan
konseling, tehnik konseling dan sifat dari layanan yang diberikan harus
benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan ABK agar tujuan dari program bimbingan
dapat tercapai dengan baik.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus ?
2. Bagaimana
Ruang Ringkup anak Berkebutuhan Khusus dalam disiplin ilmu Bimbingan dan
Konseling ?
3. Bagaimana
model Layanan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah/Madrasah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)
National Information Center for Children and
Youth with Disabilities (NICHCY) menyatakan bahwa “Children with special needs
or special needs refer to children who have disabilities or who are at risk or
developing disabilities”. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, social, maupun
emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak lain yang seusia dengannya.
2. Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang diberikan seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan
sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi
mandiri. Sedangkan “Konseling” dipandang sebagai bagian dari kegiatan Bimbingan
yang bermakna kontak antara dua orang (konselor dan konseli) untuk menangani
masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi
konseling.
B. Dasar
Pemikiran Bimbingan dan Konseling ABK
1. Landasan
Filosofis
Secara Filosofis “semua anak adalah spesial”.
Bersikap dan memandang mereka sesuai dengan filosofi bahwa tidak ada indivdu
yang sama, dimana semua individu adalah unik dan mereka memiliki kemampuan
untuk tumbuh mengembangkan potensi mereka. Kemudian, pendidikan (Bimbingan dan
Konseling) mengaktualisasikan perannya dalam proses “memanusiakan manusia”,
khususnya bagi mereka yang termasuk dalam kategori ABK.
Anak berkebutuhan Khusus bebeda dengan Anak
Luar Biasa, cacat dan berkelainan. Hal ini didasari bahwa spektrum ABK lebih
luas karena cakupannya ialah bahwa ABK tidak hanya mencakup anak berkebutuhan
khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu, tetapi juga bahwa
ABK mencakup persoalan yang bersifat temporer. Temporer disini mencakup PSTD
(Post Traumatic Syndrome Disorder) akibat Bencana Alam, Korban Kekerasan,
Korban Perang. Kemudian anak dengan Gizi Buruk, Kelahiran Prematur, Lahir dari
Keluarga Miskin, anak berpenyakit kronis, kesulitan belajar.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak
yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental,
emosi dan sosial, atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga
mereka mebutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus, yang disesuaikan dengan
penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka. Menerut Kauffman & Hallanah
(2005: 28-45), ada 10 (sepuluh) jenis ABK antara lain sebagai berikut: a)
Tunagrahita, b) Tunanetra, c) Kesulitan Belajar, d) Autis, e) Gangguan
Perilaku, f) Tunadaksa, g) Tunalaras, h) Tunaganda, i) Tunarungu dan j) Anak
Berbakat
C. Ruang
Lingkup ABK
1. Klasifikasi
ABK
a. ABK
Temporer
Kategori ini terjadi karena suatu persoalan
yang bersifat sementara, seperti masalah Kesulitan Belajar, Anak Berbakat,
Hiperaktif, Indigo dan masalah lain dalam diri individu. Masalah tersebut
dikatakan bersifat sementara karena, terdapat kemungkinan jika masalah tersebut
dapat teratasi dengan langkah-langkah tapeutik yang tepat.
b. ABK
Permanen
ABK permanen merupakan kasus dimana kelainan
pada anak merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan kemungkinan untuk
berubahnya kecil. ABK permanen dapat dilihat pada anak yang menderita
Tunagrahita, Tunanetra Cerebal Palsy (Lumpuh Otak) Tunadaksa, Tunalaras,
Tunaganda dan Autis.
2. Faktor
Penyebab
a. Faktor
Internal
Faktor internal dapat dikatakan sebagai
faktor yang ada atau berasal dari diri anak, seperti faktor bawaan atau
hereditas. Dimana hal tersebut terjadi bukan karena ada pengaruh dari pihak
luar atau suatu sebab yang berada dari luar diri anak. Contohnya kecacatan
sejak lahir, atau kekurangan kemampuan otak.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu bentuk
kecacatan yang terjadi akibat dari luar diri anak, seperti kecacatan akibat
kecelakaan atau traumatik dari suatu kejadian, seperti pada anak yang menjadi
korban pasca konflik/perang, dll.
D. Metode
dan Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK
Metode
dan pendekatan dalam bimbingan terhadap ABK dibutuhkan untuk pemberian layanan
yang efektif pada anak, hal ini dimungkinkan untuk terjadinya perubahan kearah
yang lebih baik bagi anak. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
layanan bimbingan dan konseling ABK, antara lain:
1.
Memahami kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).
a. Adanya
hubungan baik dalam pengasuhan yang berlangsung secara terus menerus.
b. Perlindungan
fisik dan rasa keamanan dengan aturan-aturan utnuk melindungi kebutuhannya.
c. Adanya
pengalam-pengalam yang menekankan kepada perbedaan individual untuk
masing-masing perkembangan optimal anak.
d. Pemberian
kesempatan yang tepat sebagai media untuk membangun keterampilan kognitif,
motorik, bahasa, emosional dan social.
e. Adanya
harapan yang tepat dari orang dewasa
f. Adanya
komunitas yang stabil dan konsisten
2.
Fokus Konselor dalam konseling ABK
a.
Berfokus pada konsep diri dan evaluasi diri
Pada tahap awal konselor bergerak terhadap
koseli ABK, maka yang harus menjadi focus terhadap individu adal mengenai
bagaimana mereka mememahami diri mereka, dan bagimana mereka berfikir tentang
diri mereka sendiri.
b.
Layanan Bk lanjutan dalam bentuk bimbingan
karir
Setelah individu mantap dengan pemahaman
dirinya baik berupa self esteem, self concept maupun efikasi dirinya, maka
tindakan selajutnya adalah membawa individu pada ranah actual dalam upaya
mewujudkan eksistensinya.
E. Jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling ABK
1. Layanan
Individu
Layanan individu pada ABK meliputi layanan
pribadi sosial yang berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki
penerimaan diri, konsep diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.
2. Layanan
Bimbingan dan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Didalam kegiatan
tersebut terjadi dinamika yang menyeluruh bagi seluruh peserta layanan,
sehingga pesan utama dari setiap materi layanan dapat ditangkap dengan baik oleh
anak.
3. Bimbingan
Belajar
Adalah kegiatan bimbingan yang diberikan
kepada anak agar dapat mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dimana
bimbingan belajar secara kebih spesifik diperuntukan bagi ABK yang mengalami
masalah kesulitan belajar.[8] Kesulitan belajar disni dapat
mencakup beberapa dimensi yang diderita oleh ABK sebagaimana termaktub dalam
ketoriasi ABK di awal. Diamana gangguan seperti disleksia, diskalkulia, dan
disgrafika merupakan suatu hambatan yang harus dapat dipecahkan bersama oleh
konselor dan konseli.
4. Bimbingan
Karir
Bimbingan karir bagi ABK tetap merupakan
suatu keharusan yang harus diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan
yang melihat individu secara utuh dalam hal bakat dan potensi yang harus
dikembangkan. Bimbingan karir dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk
mengarahkan ABK untuk dapat memahami potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis
karir yang tepat dan memahami konteks ruang lingkup dunia karir yang akan
dijalani, hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta penyikapan terhadap
hambatan-hambatan dalam berkarir.
5. Referal
Layanan referal atau alih tangan kasus
dimaksudkan sebagai sebuah tibdak lanjut bilamana dirasa program layanan yang
ada di sekolah tidak cukup mampu untuk mengatasi masalah anak ABK, sehingga
perlu untuk dirujuk kepada pihak lain yang lebih ahli dalam memberikan jenis
bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan sinergisitas
yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal ini tentu
saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.
F. Tujuan
Bimbingan dan Konseling ABK
Tujuan
yang ada dalam bimbingan dan konseling ABK tidak ubahnya tujuan yang ada secara
umum, namun demikian terdapat spesifikasi yang harus dijadikan acuan dalam
pemberian layanan, serta adanya tujuan yang dapat dijadikan patokan dari
penyelenggaraan program layanan bimbingan dan konseling ABK. Kegiatan layanan
bimbingan dan konseling ABK seyogyanya dapat membatu anak untuk dapat membantu
Abk keluar dari persoalan dalam lingkup pemahman diri, kemampuan belajar,
perencanaan karir, beradaptasi di masyarakat dan mengatasi berbagai hambatan
dalam dinamika kehidupannya secara mandiri.
Kemadirian
yang menjadi poin penting disini mengingat paradigma ketidakberdayaan yang
disematkan kepada ABK oleh segelintir orang merupakan sebuah kekeliruan, karena
pada hakikatnya manusia memiliki potensi, bakat dan kesempatan yang sama dalam
kapistasnya masing-masing.
G. Tehnik
dan Intervensi Bimbingan dan Konseling ABK
1. Tehnik
Konseling
a. Konseling
Adlerian.
Konseling ini melihat konseli secara utuh
dibalik kekurangannya, artinya bahwa keberadaan dirinya tetap sama dimata
konselor, tanpa adanya pandangan negatif atas kekurangan yang dimiliki oleh
konseli. Hal tersebut sangat membantu konseli untuk menekan perasaan
inferioritas atas kekurangan dirinya. Kemudian, dari situ maka akan terbentuk
paradigma baru (pencerahan) akan hakikat diri anak dan siap untuk merencanakan
kehidupan dengan bakat dan kemampuan yang telah dikembangkan berdasarkan pada
kondisi diri anak. Hal penting lainnya yang diperhatikan ialah, bahwa konselor
maupun pihak terkait harus memahami kebutuhan dari ABK.
b. Konseling
Humanistik-eksistensialis.
Tehnik konseling ini dimaksudkan untuk
mensinkronisasikan bakat dan kemampuan anak dengan hierarki tertinggi dari
kebutuhan manusia, yakni untuk bereksistensi secara penuh dengan cara
memanfaatkan potensi dan kelebihan secara maksimal.[13] Hal ini sejalan dengan kemampuan
luar biasa yang dimiliki oleh ABK yang termasuk dalam kategori anak berbakat.
2. Intervensi
Konseling ABK
a. Self
Esteem
Wells dan Marwell mendefinisikan self esteem
sebagai sebuah proses dalam karakteristik perasaan seseorang tentang dirinya
dan reaksi terhadap hal tersebut dengan emosional atau dengan prilaku. Konsep
ini menggunakan ide sikap dalam makna yang bervariasi yakni kognisi, perasaan,
keyakinan, kecenderungan, untuk berbuat dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa
self esteem sebagai bagian tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap
tentang obyek tertentu.
b. Self
Concept
Konsep Diri (Self-concept) ini dapat
diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang
tentang dirinya sendiri; (b) kualitas penyikapan individu tentang dirinya
sendiri; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
c. Meaning
Life’s
Merupakan jenis intervensi yang disandarkan
pada pemikiran akan hakikat (nilai) dalam hidup seseorang, sebagaimana Frankl
dalam Men Search of Meaning menyatakan bahwa segala yang ada dalam hidup
individu itu memiliki makna, tidak terkecuali Rasa Sakit bahkan Kematian.
BAB III
ANALISIS
Penanganan
terhadap ABK dalam bentuk pemberian layanan bimbingan konseling sebagaimana
telah dipaparkan diawal apabila ditarik garis besar sifat layanannya dapat
mencakup beberapa poin dimensi layanan BK terhadap ABK.
1.
Dimensi Edukatif
Yaitu peningkatan kemampuan anak berkebutuhan
khusus dalam memahami potensi diri, peluang dan tuntutan lingkungan, dan
pengambilan keputusan, serta penyelenggaraan program yang merujuk pada norma
idealis, filosofis dan pragmatis sebagai tugas bersama.
2.
Dimensi Developmental
Yaitu pengembangan secara optimal seluruh
aspek kepribadian ABK melalui pengembangan kesiapan atau kematangan
intelektual. Emosional, social, pribadi sesuai dengan system nilai yang dianut.
3.
Dimensi Preventif
Yaitu pencegahan timbulnya resiko (masalah)
yang dapat menghambat laju perkembangan kepribadian ABK.
4.
Dimensi Kuratif
Yakni upaya penanggulangan/penyembuhan
terhadap persoalan ABK, khususnya bagi mereka yang tergolong ABK Temporer.
5.
Dimensi Ekologis
Yaitu pengembangan kompetensi atau tugas-tugas
perkembangan anak secara optimal melalui rekayasa lingkungan baik fisik,
social, maupun psikologis dengan focus pada upaya mefasilitasi perkembangan
anak,intervensi pada system atau sub-sistem, dan tercapainya lingkungan belajar
yang kondusif bagi perkembangan individu dan keselarasan interaksi dan
interrelasi pribadi dan lingkungan menuju optimalisasi keberfungsian
individu.5.
6.
Dimensi Futuristik
Yaitu pengembangan wawasan, sikap dan
perilaku antisifatif ABK dalam pengambilan keputusan dan perencanaan kehidupan
serta karir masa depan yang lebih memuaskan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ABK
memerlukan perhatian, pemahaman dan penanganan yang baik agar segala bentuk
seluk-beluk persoalan yang dibahas dapat benar-benar dipahami untuk kemudian
dicari solusinya. Meyakini bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan
kekurangan berarti memiliki konsekuensi untuk menaggulangi masalah dan
mengembangkan potensi. Hal inilah yang harus diperjatikan seorang konselor,
agar tidak hanya terjebak dalam langkah-langkah penanggulangan yang praktis.
Terdapat
banyak sekali jenis-jenis masalah individu yang mewakili istilah ABK, sehingga
disegenap tingkatan dan unsure pendidikan pihak terkait harus mengetahui
pengetahuan dasar serta model-model pengkajian ABK. Hampir semua jenis layanan
Bimbingan dan Konseling yang diselenggrakan disekolah dapat digunakan untuk
masalah ABK, artinya tidak ada perbedaan antara ABK dan individu yang dianggap
normal.
Masalah
ABK adalah masalah bersama, masalah peradaban kita, sehingga dimensi keilmuan
Bimbingan dan Konseling harus dapat menjawab persoalan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dwinita, Dina, Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol.
1 No. 3 Sept. 2012., Padang:UNP,2012.
Sukardi, Dewa Ketut, Desak P.E. Nila
Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Madrasah: Berbasis Integrasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Marsud, Saring,dkk., Layanan Bimbingan
Konseling di Sekolah, Surakarta: UMP Press, 2010.
Abdurrahman, Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan
Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling: Studi
dan Karir, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010..
Yusuf , Syamsu., LN, Juntika Nurihsan,
Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Post a Comment