untuk Download file ini anda bisa donwload di bawah ini
===================================================================
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya tulis Ilmiah tentang laporan
kasus pre, intra, dan post operasi HIL. Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat dalam mengikuti stase elektif Saya berharap dengan
diselesaikannya laporan ini, dapat mengetahui lebih dalam mengenai Asuhan
keperawatan HIL di RSUD Kabupaten Indramayu, dalam pembahasan yang saya akan
ulas tentang Asuhan Keperawatan pada HIL, saya selaku mahasiswa mengucapkan
terima kasih kepada:
1.Drs. H.Turmin, B.Sc.
Ketua pengurus yayasan Indra Husada
Indramayu
2.Hery
sugiharto,S.KM.,M.Kes. ketua sekolah Tinggi ilmu Kesehatan(STIkes) indramayu
3.Wayunah,S.Kp.,M.Kep.
Ketua program studi Profesi Ners STIkes Indramayu
4.Hj. Kuriah,S.kep.,Ns
selaku Kepala Ruang IBS RSUD Indramayu yang telah banyak memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung sehigga peneliti dapat menyelesaikan KTI ini.
5.Teman teman angkatan XI
yang selalu mendukung dalam hal moril
maupun material.
6.Suami dan anak anaku
yang memberikan semangat kepada saya.
7.Semua pihak yang tidak
dapat penelti sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik secara
langsug maupun tidak langsung sehingga peneliti dapat menyelaikan KTI ini.
.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, serta
hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis ilmiah. Untuk itu,
saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan agar
menjadi acuan di waktu yang mendatang.
Indramayu,
23 Mei 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
Lembar Persetujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Lembar Persembahan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . 1
B. Tujuan
Penulisan . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.
Tujuan Umum . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.
Tujuan Khusus . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C. Ruang Lingkup . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 4
D. Metode
Penulisan . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
E.
Sistematika Penulisan . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 10
C.
Patofisiologi . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
1.
Proses perjalanan penyakit . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 10
2.
Manifestasi klinik . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.
Komplikasi .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
4.
Derajat / klasifikasi . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
D. Penatalaksanaan
. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 15
1.
Terapi .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.
Tindakan medis . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
E. Konsep
Hospitalisasi . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 17
F.
Pengkajian Keperawatan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
G. Diagnosa
Keperawatan . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 21
H. Perencanaan
Keperawatan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 22
I.
Pelaksanaan Keperawatan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
J.
Evaluasi Keperawatan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
B. Diagnosa .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
C.
Perencanaan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
D. Pelaksanaan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 48
E. Evaluasi .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
F.
Tinjauan Kasus .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
B. Diagnosa . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
C.
Perencanaan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
D. Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 62
E. Evaluasi . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 65
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 70
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai
tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini
semakin besar, sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan
yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini
sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian
perawatan pada pasien penderita penyakit bedah. Salah satunya adalah penyakit
HIL yang paling sering ditemui di RSUD Kabupaten Indramayu. Hernia adalah tonjolan yang timbul
apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara
spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.
Hernia
adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis
yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga
perut yang meninggi.
Menurut
keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian
skrotum ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien
beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, HIL menduduki peringkat
pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh ahli
bedah Amerika pada tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001).
Penelitian terhadap 2.538 veteran
pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada tahun 1966-1980
memperlihatkan 57% kasus Hernia Inguinalis Lateralis (Kong & Hiatt, 1997).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili
Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000 anak.
Resiko yang ditimbulkan dari
penyakit HIL kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada juga resiko Hernia pada
anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh, kebanyakan
penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,
maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal
sering kali mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan.
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi
selama pembedahan ketika menggunakan anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada
luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari
dapat terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan
yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari
komplikasi pada pasien dengan post operasi HIL.
Dalam mencermati masalah-masalah
tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara nyata pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan pre, intra dan post operasi HIL. Dengan
mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien
HIL.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana konsep teori HIL.
2. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan
pre, intra dan post operasi HIL.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan dengan pre, intra dan post operasi HIL di RSUD Kabupaten Indramayu dengan
pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian dengan pre, intra dan post operasi HIL.
b.
Mampu menentukan diagnosa keperawatan dengan pre, intra danpost operasi HIL.
c.
Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada dengan pre, intra
dan post operasi HIL.
d.
Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan dengan pre, intra dan post operasi HIL.
e.
Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan dengan
pre, intra dan post operasi HIL.
f.
Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan dengan pre, intra dan post operasi HIL.
D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dari adanya
penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kebanyak pihak diantaranya :
1. Bagi penulis, memberikan gambaran
mengenai pre, intra dan post operasi HIl secara umum maupun terperinci.
2. Bagi mahasiswa, dapat dimanfaatkan dan
digunnakan oleh teman-teman sebagai bahan referensi terkait pre, intra dan post
operasi HIl
3. Bagi Rumah sakit RSUD Indramayu, supaya
rekan rekan perawat khususnya di RSUD indramayu bisa mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien pre, intra dan post operasi HIL dengan baik dan benar.
4.
Bagi Masyarakat supaya bisa mengenal adanya penyakit HIL di rumah dan untuk
pengetahuan deteksi dini penyakit HIL
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot
perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan,
peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau
organ-organ internal lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada
peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban
berat atau batuk yang lebih bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan
tekanan intra-abdomen berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites.
(Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of Surgery. Companion handbook.
Jakarta: EGC,2000).
Hernia
adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati
diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius,
Donna, et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany,2000)
Hernia
mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan
kembali di rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran
mungkin menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan
supply darah obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi
intestinal akut. (Lewis, Heitkemper, Dirksen. MedicalSurgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem.
Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia
adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam
dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus
atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan
materi abnormal. (dr. Jan Tambayong,Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan
isi Hernia. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
B.
Etiologi Penyakit
Penyebab
penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1.
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan
otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2.
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3.
Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4.
Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5.
Dan terlalu seringnya mengangkat
beban berat.
C. Manifestasi
Menurut Oswari E.
Pada buku Bedah dan Perawatannya.
Jakarta: PT Gramedia,1993.
Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a.
Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.
Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan,
batuk-batuk, menangis. Jika pasien
tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.
b.
Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada
bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan
kembali rongga abdomen.
c.
Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila tidak dapat kembali
disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali
karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.
d.
Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun
(31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasus Hernia.
e.
Bila isinya terjepit akan
menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual. Bila terjadi
Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.
f.
Hernia Femoralis kecil mungkin
berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing
(disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
g.
Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan
sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h.
Bila pasien mengejan atau batuk maka
benjolan Hernia akan bertambah besar.
D. Patofisiologi
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia
diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia
terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau
Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia
Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki.
Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang
sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang
berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan
mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam
skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka
seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan
intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk
memasuki saluran tersebut.
Hernia
Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding
Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang
dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung
peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada
obesitas atau wanita hamil.
Hernia
Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau
tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien
laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang
memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan
dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk)
dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia
Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik secara
spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau
dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi.
Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat
diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya
dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko
komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus
yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping
dari sebuah selang.
Jika suplai
darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini
dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang
parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari
sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah,
takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap
Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu
tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam Fascia.
Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering
terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat
pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C,
Barbara, Perawatan Medikal Bedah,
Jilid 2,1996).
E. Epidemiologi
F. Pemeriksaaan Penunjang
a.
Foto Rontgen Spinal
b.
Elektromiograf
c. Venogram
epidural
d.
Scan CT
e. MRI
f.
Mielogram
g.
Kolaborative Care
G Penatalaksanaan Medis
a.
Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi
terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa juga
dengan pendekatan krural, Hernioplastik
dapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini melalui region Inguinalis,
ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase Gimbernati.
b.
Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi
berupa ligasi Plofesis vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena
resiko terjadinya inkarserata.
c.
Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba
sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan intra
peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1,2000)
1.
TERAPI
a.
Pra Operasi:
1.
Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik),
terlentang (Hernia Femoralis)
2.
Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.
3.
Hindari melakukan tindakan sendiri.
4.
Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.
5.
Gunakan tindakan kenyamanan.
b.
Pasca Operasi:
1.
Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2.
Berikan tindakan kenyamanan
3.
Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s
nursing care of infant and children. St. Louis,2004)
2.
Tindakan Medis yang BertujuanUntuk Pengobatan Menurut Oswari E. Bedah dan
Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993. Yaitu:
a.
Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif
bila Hernia responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan
kantung Hernia sampai kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantung Hernia di jahit-ikat
setinggi mungkin lalu di potong.
b.
Herniorrhaphy : Membuang kantong
Hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian
bawah di belakang Kanalis Inguinalis.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan sebelumnya. Pada pengkajian
fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika ada sesuatu yang
muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus memeriksa perut
ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan, Herniasi
akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan
regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong, Donna L. Wong’s
nursing care of infant and children. St. Louis,2003)
Perut adalah
tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising
usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba
Hernia, dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan
memasukkan jari di cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat
tidak boleh memaksa pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien,
sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari
E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta:
PT Gramedia,1993). Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
1.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
daerah Inguinal dan femoral.
Meskipun
Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia
ditemukan di daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari
pada diraba. Ajak pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan Hernia. Jika terlihat
benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini
dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.
b. Palpasi
Hernia Inguinal
Palpasi
Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa
didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada
kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari
harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan
kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang
lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral
masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan
ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral
dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh
jari tangan.
Dengan jari
telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal,
mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau
bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan
perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan
terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan dengan kulit
skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini
tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan. Tambayong,Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Uraian
tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini
diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan.
Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi
kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada
massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu Hernia Inguinal
indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
2. Analisa
data
3. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi
berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Rencana Keperawatan
1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang
atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien
mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-
tanda-tanda vital normal
-
pasien tampak tenang dan
rileks.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
-
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
-
Atur posisi pasien senyaman mungkin
-
Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
-
Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
|
-
Mengenal dan memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
-
Istirahat untuk
mengurangi intesitas nyeri
-
posisi yang tepat mengurangi penekanan danmencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
-
relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat
perasaan lebih nyaman
-
analgetik berguna untuk mengurangi nyerisehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
|
2. Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi atau operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak
ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak
lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Pantau tanda-tanda vital.
-
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
-
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll
-
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi
untuk pemeriksaan darah, seperti Hb danleukosit.
-
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
.
|
-
Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besarkemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
-
perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah
risiko infeksi. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
-
penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari
normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
-
antibiotic mencegah perkembanganmikroorganisme
patogen.
|
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
-
pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas
tidur normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak,
anjurkan latihan pada siang hari,turunkanaktivitas mental / fisik pada sore
hari.
-
Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara
terusmenerus
-
Evaluasi tingkat stress orientasi sesuaiperkembangan
hari demi hari.
-
lengkapi jadwal
tidur dan ritoal secara teratur.Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah
waktu untuk tidur.
-
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat,
mandi dan masase punggung
-
Turunkan jumlah minum pada sore hari.
Lakukan berkemih sebelum tidur.
Kolaborasi
-
berikan obat
sesuai indikasi : Antidepresi, sepertiamitriptilin (Elavil); deksepin
(Senequan) dantrasolon (Desyrel).
-
Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam
(Halcion).
-
Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
|
-
Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yangterprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang meningkatkan waktu tidur
-
Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi
dan menghambat waktu istirahat.
-
Peningkatan kebingungan, disorientasi dan
tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola
tidur yang mencapai tidur pulas.\
-
Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan
kestabilan lingkungan.Catatan :Penundaan waktu tidur mungkin di indikasikan untuk memungkin
pasien membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
-
Meningkatkan relaksasi dengan perasanmengantuk
-
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi
kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
-
Mungkin efektif dalam
menanganiPseudodimensia atau depresi, meningkatkankemampuan
untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan
memperburuk kognitif dalam efeksamping tertentu (seperti hipotensi
ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.
-
Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah
mungkin efektif dalam mengatasi insomnia atau sindrom sundowner.
-
Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang
dikontraindikasikan karena obat inimempengaruhi produksi asetilkon yang
sudahdihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
|
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : -perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : -perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan
anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Rencanakan periode istirahat yang cukup
-
Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
-
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
-
Setelah latihan dan aktivitas kaji responspasien
|
-
mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,dan
energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar
optimal.
-
tahapan-tahapan yang diberikan membantuproses
aktivitas secara perlahan dengan menghemattenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
-
mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan
pasien pulih kembali.
-
menjaga kemungkinan adanya responsabnormal dari
tubuh sebagai akibat dari latihan.
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA
8. Analisa
Data
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
DS: Pasien datang dengan keluhan ada rasa nyeri di
perut kanan bawah dan ada benjolan di skrotum.
DO: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada
kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme
(+)
|
Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
|
Terjadinya
gangguan aliran darah di usus yang terjepit yang menyebabkan kematian
jaringan (Nekrosis) dan menimbulkan Perforasi.
|
2.
|
DS: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
DO: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis
kesakitan, dan berhati-hati saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg,
oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
|
Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (insisi bedah)
|
Terputusnya
kontuinitas jaringan kulit pada post-op, yang menstimulasi saraf nyeri dan
menimbulkan rasa nyeri.
|
3.
|
DS: Pasien mengatakan nyeri bagian operasi berkurang,
namun pasien merasa mual dan lemas.
DO: Pasien telihat lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg,
oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB
(+) kuning jernih.
|
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
|
Efek luka
operasi yang menimbulkan rasa mual yang
memicu terjadinya intoleransi aktifitas terhadap respon tubuh.
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Ditemukan
|
Tanggal Teratasi
|
Nama Jelas
|
1.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan (usus terjepit).
|
17-06-2012
|
18-06-2012
|
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah)
|
18-06-2012
|
18-06-2012
|
|
3.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan respon tubuh akibat luka post-op.
|
19-06-2012
|
19-06-2012
|
C.PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
(PES)
|
Tujuan
dan Kriteria
Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Paraf & nama jelas
|
18 Juni 2012
|
1.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus
terjepit).
|
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan keluhan nyeri
(-)
|
a.
Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
c.
Memberi posisi semi fowler.
d.
Memberi informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
|
|
18 Juni 2012
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op
(insisi bedah)
|
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang, pasien rileks,
dan skala nyeri 0.
|
a.
Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau keluhan nyeri.
c.
Mengjarkan tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
|
|
19 Juni 2012
|
3.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh
akibat luka post-op.
|
Tujuan: Aktifitas dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d
mandiri dan ada respon positif terhadap aktifitas.
|
a.
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi
b.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
|
D.PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu
|
No.
DK
|
Tindakan
Keperawatan dan Hasil
|
Paraf
dan nama jelas
|
17 Juni 2012
|
1.
|
Tindakan:
a. Kaji
tanda-tanda nyeri (0-10)
b.
Ajarkan tehnik relaksasi.
c.
Berikan posisi semi fowler.
d.
Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
Hasil:
a. Skala nyeri
sedang (4-5)
b. Pasien tampak
lebih rileks.
c. Keluhan nyeri
berkurang.
|
|
18 Juni 2012
|
2.
|
Tindakan:
a.
Kaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Pantau keluhan nyeri.
c.
Ajarkan tehnik relaksasi.
d.
Anjurkan mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
Hasil:
a.
Skala nyeri sedang 4-5
b.
Keluhan nyeri berkurang.
c.
Pasien sudah bisa beristirahat dengan tenang.
|
|
19 Juni 2012
|
3.
|
Tindakan:
a.
Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b.
Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
c.
Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Berikan motivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.
Hasil:
a.
Pasien tampak lebih rileks.
b.
Pasien sudah dapat melakukan eliminasi sendiri.
c.
Keluhan nyeri 0.
d. Pasien diizinkan
pulang.
|
E. EVALUASI (CATATAN PENGEMBANGAN)
No.DK
|
Tgl/Jam
|
Evaluasi
Hasil (SOAP)
|
Paraf
dan Nama jelas
|
1
|
17 Juni 2012
|
S: Pasien datang dengan keluhan ada rasa nyeri di perut
kanan bawah.
O: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada
kemaluan (+) S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus
terjepit).
P:
a. Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik
relaksasi.
c. Memberikan
posisi semi fowler.
d. Memberikan informasi
yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
|
|
2
|
18 Juni 2012
|
S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
O: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis
kesakitan, berhati-hat saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg,
oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op
(insisi bedah)
P:
a. Mengkaji
pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau keluhan
nyeri.
c. Mengajarkan
tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
|
|
3
|
19 Juni 2012
|
S: Pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang, namun
ada rasa lemas, dan mual.
O: Pasien telihat lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg,
oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan,
BAB (+) kuning jernih.
A: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon
tubuh akibat luka post-op.
P:
a. Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas
secara bertahap.
c. Merencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan
dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
|
TINJAUAN KASUS
1.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit) ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien
mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak
meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Tujuan: Nyeri
berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak
rileks dan keluhan nyeri (-)
Rencana
Tindakan:
a. Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik
relaksasi.
c. Memberi posisi
semi fowler.
d. Memberi informasi yang
akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 17 Juni
2012
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37°C,
Nadi: 74x/mnt, Pernafasan: 30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji tanda-tanda nyeri
pada Tn.T dan mengajarkan tehnik relaksasi agar tidak tegang; Pukul 18.25
memotivasi pasien untuk banyak minum dan beristirahat serta memberikan posisi
semi fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien untuk istirahat, puasa, mandi
dan cukur.
Tanggal 18 Juni
2012
Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90 mmHg, Suhu: 36,5°C,
Nadi 72x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt dan memasang infus Ringer Laktat 20 tpm;
Pukul 06.10 skin test Cefotaxime; Pukul 06.30 memberi terapi Captrofil 25mg
melalui I.V dan mengajarkan tehnik nafas dalam agar lebih rileks dalam
menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Tanggal 17 Juni
2012
Subjektif: Pasien mengatakan
ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Objektif: Pasien tampak
meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+),
S: 37°C, N:
72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Analisa: Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
Perencanaan:
a. Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik
relaksasi.
c. Memberikan posisi
semi fowler.
d. Memberikan informasi
yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
2.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien
mengeluh nyeri bagian luka post-op.
Data Objektif: Keluhan lemah,
kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan berhati-hati saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-).
Tujuan: Nyeri
berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri
berkurang, pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji pengalaman
nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau keluhan nyeri.
c. Mengajarkan tehnik
relaksasi.
d. Menganjurkan mobilisasi
dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 18 Juni
2012
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi; Pukul 14.50
mengukur TTV, TD: 160/70 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt, Pernafasan 37x/mnt;
Pukul 15.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan
Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji tanda-tanda nyeri dan
membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan memotivasi
pasien untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan infus dengan D 5% melalui
I.V dengan 20 tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan dan minum secara
bertahap; Pukul 22.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan
memberikan Ketorolac 1 amp dan mengobservasi pasien untuk melakukan mobilisasi
dini sesuai dengan batas kemampuan.
Tanggal 19 Juni
2012
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat
melalui I.V 20 tpm, dan memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan
memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus.
Evaluasi:
Tanggal 18 Juni
2012
Subjektif: Pasien
mengeluh nyeri bagian luka post-op.
Objektif: Keluhan lemah,
kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat bergerak. S:
36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
Analisa: Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
Perencanaan:
a.
Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau keluhan nyeri.
c.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien
mengatakan lemas, dan mual.
Data Objektif: Pasien telihat
lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt, RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, oedeme
(-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB (+)
kuning jernih.
Tujuan: Aktifitas
dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan
kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif terhadap aktifitas.
Rencana
Tindakan:
a. Menjelaskan batasan
aktifitas pasien sesuai dengan kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas
secara bertahap.
c. Merencanakan waktu
istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan
dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni
2012
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas
sesuai dengan kondisi pasien, melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan
oleh perawat jaga, dan harus berlatih agar dapat melakukan kegiatan eliminasi
secara mandiri; Pukul 10.00 mengukur TTV, TD: 130/70 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi:
70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt. Pukul 12.00 memberikan makanan siang dengan diet
lunak; Pukul 14.30 mengikuti visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Tanggal 19 Juni
2012
Subjektif: Pasien mengatakan
lemas, dan mual.
Objektif: Pasien telihat
lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg,
oedeme (-), mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB
(+) kuning jernih.
Analisa: Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
a. Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas
secara bertahap.
c. Merencanakan waktu
istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan
dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa
penyakit.
Hernia
adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati
diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius,
Donna, et.All. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B Saunders Company,2000)
Hernia
adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan
diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
Penyebab
penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital, Obesitas
Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Komplikasi
yang disebabkan dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang,Kerusakan pada
pasokan darah, testis dan saraf,Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka
bedah,Luka pada usus (jika tidak hati-hati),Setelah Herniografi dapat terjadi
Hematoma,Fostes urin dan feses,Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta:
PT Gramedia,1993).
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah
ditegakkan. Antibotik diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik juga
dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam melakukan pengkajian penulis
tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor pendukung yang
mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara penulis
dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat
ruangan yang membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya
alat-alat pemeriksaan fisik. (Syamsul
Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC, 2005)
B. Analisis Diagnosa Keperawatan
Pada
tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan
edisi 3. Jakarta : EGC,2000).
Dari
Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai
dengan kasus yang dialami Tn.T, yaitu:
1.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
2.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Diagnosa
keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan status
kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.
C. Analisis Perencanaan Keperawatan
Dalam
menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
tercapai seperti perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding
terbalik dengan teoritis yang dikemukakan para ahli.
1.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
Rencana
Keperawatan:
a.
Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
c.
Memberikan posisi semi fowler.
d.
Memerikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
2.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
Rencana
Keperawatan:
a.
Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau keluhan nyeri.
c.
Mengajarkan tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi dalam pemberian terapi.
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Rencana
Keperawatan:
a.
Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi
b.
Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c.
Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan
tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan
prioritas masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah
dilakukan, dalam melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias
dalam membantu terlaksananya proses pelaksanaan, sehingga tercapainya tujuan
yang diharapkan.
Pada
diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien,
mengajarkan tehnik relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Pada
diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah),
telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien,
dan menetukan tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan
tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi dini dan kolaborasi dalam pemberian
terapi.
Pada
diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka
post-op, telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan
aktifitas pasien sesuai kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap,
merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi peningkatan dan memberi
penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E.
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini,
penulis akan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga
diagnosa tersebut, akan penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada
kasus Tn.T.
Diagnosa
nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi
sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi
pembedahan. Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri
berkurang.
Diagnosa
nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak
terdapat perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi
tidak terjadi kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil
evaluasi: Skala nyeri sedang, keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat
istirahat dengan tenang.
Diagnosa
intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op,
masalah telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah
mampu duduk dan melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk
pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan nyeri 0.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah
mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang
penulis hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya
sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur
organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang
didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab
penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan
kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan
faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah
dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2.
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993. Komplikasi yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia
berulang,Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf,Pendarahan yang
berlebihan / infeksi luka bedah,Luka pada usus (jika tidak hati-hati),Setelah
Herniografi dapat terjadi Hematoma,Fostes urin dan feses,Residip, dan Komplikasi
lama merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah
yang ditimbulkan, perlu deteksi dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar
tidak terjadi komplikasi. Salah satu tindakan yang tepat adalah pembedahan,
karena pembedahan akan menyingkirkan atau mengurangi gejala dari komplikasi.
Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien
juga mendukung timbulnya penyakit yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya
Hernia. Ini diperlukan peningkatan pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan kepada pasien untuk dapat membantu proses penyembuhan penyakit.
Hernia kongenital disebabkan
oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan melemahnya
otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul.
Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai
hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau
insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat
mencakup hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas
maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan yang ada
kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah:
a.
Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien
melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga berat badan normal,
sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah
Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat membantu dalam
pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari perhatian
medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada cekikan.
b.
Bagi perawat dan tenaga kesehatan:
Selalu mengingatkan pasien
tentang cara-cara membatasi terjadinya kontribusi cekikan yang memperparah
kondisi pasien.
c.
Bagi Mahasiswa:
Memberikan
informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang batasan-batasan
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat
menimbulkan Hernia.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
dr. Jan
Tambayong, 2000. Patofisiologi
untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan
Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam. Jakarta:
Hand out.
2007. hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang.
http://
nugealjamela.blogspot.com, diakses
12 agustus 2010
Ignatavicius, Donna, et.All.
2000. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B SaundersCompany.
John L. Cameron. 1997. Current Surgical Therapy. Jakarta:
Binarupa Aksara.
LeMone, and Burke, M.K.
2000. Medical Surgical Nursing:Critical
Thinking in ClientCare. Second Edition. New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Lewis, Heitkemper, Dirksen.
2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem.
Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Lewis, Heitkemper, Dirksen.
2000. MedicalSurgical Nursing: Assessment
and Management of Clinical Problem. Volume 2.
Fifth Edition. Mosby.
Long C, Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta: EGC
Oswari E. 1993. Bedah dan
Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Seymour I. Schwartz, et.All
2000. Principles of Surgery. Companion
handbook. Jakarta: EGC.
Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC.
Syamsul Hidayat R. dan Wim
De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
Revisi. Jakarta: EGC
Tambayong,dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wong, 2004. Wong’s
nursing care of infant and children. St. Louis
Post a Comment