BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Preeklampsia adalah penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante,intra, dan post partum. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester ke-3 pada kehamilan. Preeklampsia kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskular atau
hipertensi sebelumnya (Prawirohardjo, 2011).
Preeklampsia
menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin. Di
negara maju, preeklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu, dan di Inggris
Raya, sebagian besar kematian masih disebabkan oleh perawatan tak-optimal, terutama
yang diberikan oleh pemberi perawatan intrapartum (Depatment of Health [DoH],
1996; CEMACH, 2004).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2013,
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab langkung kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan yang disebabkan oleh perdarahan,preeklampsia-eklampsia, infeksi,
komplikasi masa nifas dan partus lama/macet (DEPKES 2013).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), kematian
maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun,terlepas dari tuanya kehamilandan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. (Prawirohardjo, 2009).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka
kematian maternal dan perinatal adalah meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan pada setiapibu yang memerlukan dengan memenuhi standar
asuhan kebidanan tertentu agar aman dan efektif (Prawirohardjo, 2012:16).
Adapun upaya yang dilakukan oleh bidan dalam kasus
preeklampsia dimana bidan selaku tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah dan
penyuluhan secara teratur bersama kader bidan memotivasi ibu hamil. Bidan
hendaknya paling sedikit memberikan 4 kalipelayanan antenatal. Bidan harus
melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan
tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklampsia serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya. Adapun tindakan yang dilakukan bidan yaitu
rutin memeriksa tekanan darah ibu hamil dan mencatatnya (Winter, 2012).
B.
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui jumlah preeklampsi yang ada di Puskesmas Jatibarang dan mampu memberikan
asuhan kebidanan pada ibu preeklampsia sehingga dapat menurunkan AKI.
C.
Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Mendapatkan
pengetahuan dalam aplikasinya yang lebih nyata di lapangan.
1.3.2 Secara Umum
Dapat
menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalammelakukan penatalaksanaan
preeklampsia sehingga dapat dierikan tindak lanjut dan peningkatan mutu
pelayanan pada pasien.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
STIKes Indramayu
Sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan dalam hal menambah ilmu pengetahuan dan
perkembangan tentang preeklampsia
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Preeklampsia
Preeklampsia
merupakan kondisi yang hanya terjadi selama kehamilan,yang dikarakeristikan
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Kondisi ini dapat disertai
kejang (eklampsia) dan kegagalan multi-organ pada ibu, sedangkan komplikasi
pada janin meliputi hambatan pertumbuhan intrauterus (IUGR) dan abrupsi
plasenta (Shennan & Chappell, 2001).
Rustam
(1998) menyatakan bahwa preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan
berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasiendotel,
proteinuria adalah tanda penting preeklampsia. Chesley (1985) menyimpulkan
bahwa diagnosis preeklampsia dipertanyakan jika tidak terjadi proteinuria.
Proteinuria didefinisan sebagai adanya 300 mg atau lebih protein dalamurine 24
jam atau 30 mg/dL (+1) menggunakan pemeriksaan dipstick pada sampelurine acak.
Mansjoer (1999)
menyatakan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai
proteinuria dan oedema akibat kehamilan setelah usia gestasi mencapai 20 minggu
atau segera setelah persalinan.
Prawirohardjo
(2002) berpendapat bahwa preeklampsia terjadi jika ibu memiliki tekanan
darah140/90mmHg setelah usia gestasi 20 minggu yang disertai kadar proteinuria
300 mg/24 jam atau pemeriksaan dipstick
+1.
Rustam (2008) menyatakan bahwa preeklampsia
adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, melahirkan, dan nifas yang
terdiri atas hipertensi,oedema, dan proteinuria tetapi sebelumnya tidak menujukan
tanda kelainan vaskular atau hipertensi. Gejala preeklampsia biasanya muncul
setelah usia gestasi mencapai 28 minggu atau lebih.
Manuaba (2009)
menyatakan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai
proteinuria dan oedema akibat kehamilan setelah usia gestasi 20 minggu atau
segera setelah persalinan.
B.
Etiologi
Preeklampsia
Penyebab
preeklampsia belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian kondisi ini lebih
sering dialami oleh ibu hamil primigravida. Ibu yang mengalami hiperplasentosis,
seperti pada kehamilan kembar, mengalami gangguan vaskular, seperti hipertensi
atau diabetes melitus, dan ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia atau
eklmapsia dalam keluarga. Zweifel (1992) mengemukakan bahwa gestosis yaitu
manifestasi preeklampsia dalam kehamilan, tidak dapat diterangkan hanya dengan
satu faktor atau teori. Preeklampsia bersifat multifaktor dan ditandai dengan
manifestasi klinis yang kompleks, antara lain :
a)
Hipertensi.
Gejala
preeklampsia yang paling dahulu timbul adalah hipertensi yang tiba-tiba. Batas
yang digunakan untuk menentukan hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140
mmHg dan diastolik 90 mmHg. Akan tetapi kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg
atau tekanan darah diastolik 15 mmHg diatas tekanan biasanya juga digunakan
sebagai indikator hipertensi. Biasanya tekanan darah sistolik mencapai 180 mmHg
dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah sistolik 200 mmHg jarang
terjadi. Jika timbul tekanan darah sistolik melebihi 200 mmHg, maka hipertensi
kronis terjadi.
b)
Oedema dan kenaikan
berat badan yang berlebihan.
Terjadinya
oedema didahului dengan kenaikan berat badan yang berlebihan. Kenaikan berat
0,5 kg dalam waktu seminggu pada ibu hamil merupakan hal yang normal. Akan
tetapikenaikan berat badan 1 kg dalam waktu seminggu atau 3 kg dalam waktu
sebulan harus menimbulkan kecurigaan adanya preeklampsia. Kenaikan berat badan
yang tiba-tiba disebabkan oleh retensi air dalam jaringan, yang selanjutnya
menyebabkan oedema dan oedema tersebut tidak hilang walaupun beristirahat.
c)
Proteinuria
Kondisi ini
sering dijumpai pada kondisi preeklampsia. Proteinuria terjadi karena
vasospasme pembuluh darah ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan oedema.
C.
Patofisiologi
Preeklampsia
Preeklampsia
disebabkan oleh implantasi (penanaman) plasenta yang abnormal dan invasi
trofoblastik dangkal yang terjadi secara bersamaan (Pijnenborg,1994) yang
mengakibatkan penurunan perfusi plasenta. Arteri spinal ibu (disebut juga
dengan arteri uterus)tidak mampu melakukan vasodilatasi fisiologis normal;
aliran darah akan semakin terhambat oleh adanya perubahan aterotik yang
menyebabkan obstruksi didalampembuluh darah.
Patofisiologi
ini menyebabkan peningkatan resistensi sirkulasi uteroplasenta disertai dengan
hambatan aliran darah intervili yang mengakibatkan iskemia dan hipoksia;
kondisi ini termanifestasi pada paruh kedua kehamilan (Graham et aL, 2000).
Kondisi
yang menyerupai invasi trofoblastik tak-adekuat dijumpai pada kehamilan dengan
komplikasi IUGR pada ibu yang tidak mengalami preeklampsia. Halini menunjukan
bahwa sindrom preeklampsia pada ibu sudah tentu berkaitan dengan kondisi
lainnya.
D.
Tanda
dan Gejala Preeklampsia
Dokter
tidak bisa hanya mengandalkan pemeriksaan tekanan darah dan proteinuria untuk
mendiagnosis preeklampsia, sebab keduanya hanya merupakan tanda-tanda klinis
kerusakan organ akhir. Kurang dari 50% ibu yang mengalami preeklampsia tidak
memilikiriwayat hipertensi atau proteinuria (Douglas & Redman, 1994; Milne et al., 2005). Diagnosis preeklampsia
harus dipertimbangkan pada ibu dan janinnya mungkin turut mengalami gangguan
atau tanda lain seperti:
a)
Sakit kepala yang
berat.
b) Masalah
penglihatan.
c) Pandangan
kabur.
d) Nyeri
epigastrium.
e) Mual
atau muntah.
f) Emosi
dan mudah marah.
g) IUGR
h) Hingga
syok dan kematian (Maryunani,2009:140).
E.
Diagnosa
Preeklampsia
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya 2 dari 4 gejala klinis preeklampsia, yaitu
kenaikan berat badan yang berlebihan, oedema, proteinuria yang signifikan, dan
tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg atau peningkatan
tekanan darah sistolik >30 mmHg dan tekanan darah diastolik >15 mmHg atau
peningkatan Mean Anterial Pressure (MAP) >20 mmHg.
Pemeriksaan
diagnostik juga dilakukan dalam menegakkan diagnosis preeklampsia. Pemeriksaan
diagnostik yang lazim digunakan antara lain:
a)
Pemeriksaan Hemoglobin
(Hb) dan Hematokrit (Ht).
Pemeriksaan
Hb dan Ht mengindikasikan adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis
preeklampsia. Selain itu peningkatan Hb dan Ht juga menjelaskan tingkat
keparahan hipovolemia yang dialami ibu. Kadar Hb dan Ht akan mengalami
penurunan jika terjadi hemolisis.
b) Morfologi
seldarah merah pada apusan darah tepi.
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menentukan adanya anemia hemolitik mikroangiopatik dan
morfologi eritrosit yang abnormal, seperti schizocytosis
dan spherocytosis.
c) Pemeriksaan
trombosit.
Trombositopenia
mengindikasikan preeklampsia berat.
d) Pemeriksaan
kreatinin serum, asam urat, dan nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen, BUN).
Peningkatan
hasil pemeriksaan kreatinin serum, asam urat, dan BUN mengindikasikan tingkat
keparahan hipovolemia, penurunan aliran darah ke ginjal, oliguria, dan
preeklampsia berat.
e) Pemeriksaan
transaminase serum.
Peningkatan
kadar transaminase serum mengindikasikan preeklampsia berat yang disertai
gangguan fungsi hati.
f) Lactate
Dehydrogenase (LDH).
Pemeriksaan
ini menunjukan adanya hemolisis.
g) Pemeriksaan
albumin serum dan faktor koagulasi.
Pemeriksaan
albumin serum dan faktor koagulasi menunjukan adanya kebocoran endotel dan
kemungkinan koagulopati.
F.
Klasifikasi
Preeklampsia
a) Preeklampsia
ringan.
Ibu
yang mengalami preeklampsia ringan biasanya memiliki tekanan darah >140/90
mmHg, tetapi <160/110 mmHg. Kadar proteinuria yang terjadi >300 mg/24 jam
atau >+1 menggunakan pemeriksaan dipstick.
b) Preeklampsia
berat.
Diagnosis
preeklampsia berat ditegakkan jika tekanan darah sistolik ibu dalamkeadaan
istirahat >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg, kadar
proteinuria >5 g/24 jam atau >+2 menggunakan pemeriksaan dipstick, terjadi oliguria <500 mL/24
jam, oedema paru, dan sianosis.
c) Preeklampsia
yang akan datang.
Preeklampsia
yang akan datang biasanya terjadi jika ibu mengeluh nyeri epigastrium, nyeri
kepala frontal, skotoma, dan pandangan kabur akibat gangguan pada susunan saraf
pusat, gangguan fungsi hati yang ditandai dengan peningkatan alanin atau aspartate amino transferase, terdapat
tanda hemolisis dan mikro angiopati, trombositopenia dengan kadar trombosit
>100.000/mm3, dan terjadinya komplikasi sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver enzymes, low
platelet count).
d) Eklampsia.
Eklampsia
terjadi jika ibu yang menderita preeklampsia berat mengalami kejang klonik dan
dan tonik yang dapat disertaikoma.
G.
Pencegahan
Pencegahan preeklampsia
dan eklampsia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, antara lain:
1)
Pencegahan primer
dengan mencegah terjadinya preeklampsiadan eklampsia
Dokker
dan Van Geijn (1996) melakukan tinjauan mengenai pencegahan primer preeklampsia
dalam dekade mendatang yang dikaitkan dengan 3 hipotesis utama etiologi preeklampsia,
yaitu:
·
Hipotesis iskemia
plasenta.
Hipotesis
ini menyatakan bahwa plasenta yang mengalami iskemia menyebabkan peningkatan
pelepasan membran mikrovili sinsitiotrofoblas, yang dapat menjadi penyebab
disfungsi sel endotel.
·
Hipotesis maladaptasi
imun.
Hipotesis ini
menyatakan bahwa mekanisme imun terlibat dalam patogenesis preeklampsia. Hipotesis
maladaptasi imun memberi penjelasan yang menarik tentang gangguan invasi
trofoblas endovaskular. Selain itu aktivasi abnormal sel limfoid desidua dapat
menelaskan peningkatan kadar radikal bebas, neutrofil elastase, dan sitokin,
seperti Tumor Necrosis Factor (TNF) dan interleukin-1 (IL-1), yang ditemukan
pada kondisi preeklampsia.
·
Preeklampsia sebagai
penyakit genetik.
Preeklampsia
berat dan eklampsia memiliki kecenderungan yang bersifat hereditas.
Perkembangan preeklampsia dan eklampsia dapat didasarkan pada gen resesif
tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak komplet. Penetrasi dapat
bergantung pada genotip janin. Keterkaitan multifaktori merupakan kemungkinan
lainnya.
2)
Pencegahan sekunder
dengan memutus proses penyakit sebelum muncul penyakit yang dikenal secara
klinis.
Pencegahan sekunder hanya dapat dilakukan
jika terdapat 3 hal dasar yang diperlukan, antara lain:
·
Pengetahuan tentang
mekanisme patofisiologi penyakit
·
Ketersediaan metode
deteksi dini.
·
Intervensi dan koreksi
perubahan patofisiologi yang terjadi.
3)
Pencegahan tersier
dengan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat preeklampsia dan
eklampsia. Pencegahan tersier hampir serupa dengan mengobati preeklampsia dan
eklampsia.
H.
Penatalaksanaan
Preeklampsia
Prinsip penatalaksanaan
preeklampsia secara umum, antara lain:
1. Melindungi
ibu dari efek peningkatan tekanan darah.
2. Mencegah
berkembangnya penyakit menjadi eklampsia.
3. Mengatasiatau
menurunkan resiko pada janin,sepertisolusio plasenta, hambatan pertumbuhan
janin, hipoksia hingga kematian janin.
4. Melahirkan
janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah cukup
bulan atau kurang bulan jika penundaan persalinan diketahui menimbulkan
resikoyang lebih berat bagi janin atau ibu.
I.
Inovasi
terbaru
Dari
data tersebut saya dapat mencetuskan sebuah gagasan berupa membuat daftar
checklis untuk para ibu hamil yang menderita preeklampsia agar tenaga kesehatan khususnya bidan mampu
memantau lebih maksimal terhadap ibu hamil yang menderita preeklampsia sehingga
kematian ibu yang disebabkan oleh preeklampsia menurun.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Waktu
dan tempat penelitian.
Penelitian
dilaksanakan di Puskesmas Jatibarang
pada bulan februari 2019 selama 2 minggu. Pada minggu pertama dengan
memberikan konseling dan kuisioner dan pada minggu kedua melakukan pengecekan
apakah terdapat perubahan atau tidak.
B.
Alat
dan bahan
1. Kertas
HVS
2. Tinta
3. Printer
4. Komputer/laptop
5. Timbangan
6. Tensi
C.
Cara
kerja
a. Pengumpulan
fakta dan informasi
Pengumpulan
fakta dan informasi dilakukan di lapangan untuk mengetahui berapa banyak ibu
hamil yang terkena preeklampsi khususnya di wilayah kerja Puskesmas Jatibarang.
Kemudian dilakukan pengkajian mengenai masalah yang berhubungan dengan penyebab
masih rendahnya pengetahuan tentang preeklampsia yang terjadi dilapangan, dari hasil
pengkajian ditemukan bahwa faktor banyaknya ibu hamil yang menderita
preeklampsia dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan dalam mendeteksi dini dan
pengetahuan ibu hamil untuk mencegah preeklampsia.
Oleh
karena itu, tujuan dari inovasi yang saya buat bukan hanya berfokus pada
pencegahan preeklampsia melainkan juga untuk meningkatkan kesejahteraan ibu
hamil dan Kabupaten Indramayu sehingga mewujudkan generasi yang bermutu dan
sehat.
b. Perencanaan dan persiapan proses
pembuatan checklis
Pembuatan checklis dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau
laptop yang kemudian akan dibuat tabel
sebagai acuan tenaga kesehatan khususnya bidan terhadap ibu hamil yang
menderita preeklampsia,
c. Metode yang
akan dilakukan untuk pembuatan checklis
Komputer
atau laptop sebagai bahan pertama yang digunakan untuk pembuatan checklis yang
kemudian akan dibuat tabel sebagai acuan tenaga kesehatan khususnya bidan
terhadap ibu hamil yang menderita preeklampsia dengan melalui tahapan-tahapan
berikut:
· Cara
membuat checklis
1) Sediakan
laptop atau komputer sebagai syarat utama pembuatan cheklis.
2) Hidupkan
laptop atau komputer anda.
3) Klik
microsoft office.
4) Klik
bagian “insert” pada microsoft office dan pilihlah “table”.
5) Buatlah
tabel tersebut dengan kolom yang sesuai kebutuhan dan penjelasan terhadap kolom
tersebut seperti identitas pasien.
6) Print
checklis yang telah dibuat dengan menggunakan kertas HVS ukuran A4 dan cheklis
siap digunakan.
d. Perancangan desain
checklis
Checklis
dibuat dengan cover resmi sesuai dengan pembuatan pada umumnya di Puskesmas
Jatibarang. Pembuatan checklis ini dapat diikuti oleh seluruh Puskesmas di
wilayah Indramayu setelah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Indramayu akan
mudahnya pemantauan ibu hamil dengan preeklampsia sehingga dapat menurunkan
AKI.
e. Evaluasi
Setelah
pembuatan checklis selesai dan dapat digunakan maka di evaluasikan dengan cara
memperhatikan dan merasakan apakah dengan adanya checklis dapat memudahkan
tenaga kesehatan atau bidan melakukan pemantauan maksimal terhadap ibu hamil
dengan preeklampsia atau sama saja tidak memudahkan tenaga kesehatan atau bidan
melakukan pemantauan terhadap ibu hamil dengan preeklampsia.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL
KEGIATAN
A.
Anggaran
Biaya
No.
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya (Rp)
|
1.
|
Perlengkapan
yang diperlukan
|
Rp. 6.735.000,-
|
2.
|
Bahan habis
pakai
|
Rp. 100.000,-
|
3.
|
Akomodasi
|
Rp. 300.000,-
|
4.
|
Izin Dinas Kesehatan
|
Rp. 1.500.000,-
|
|
Jumlah
|
Rp. . 8.635.000,-
|
B.
Jadwal
Kegiatan
No
|
Kegiatan
|
Bulan desember
|
Bulan januari
|
Bulan februari
|
Bulan maret
|
Bulan april
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Studi pustaka
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pembuatan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Perancangan desain
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pembuatan desain
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penggunaan inovasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Laporan akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Post a Comment