Untuk download file MAKALAH ini anda tinggal download di bawah ini :
==========================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis
namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada umumnya kehamilan
seharusnya berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat dan
cukup bulan melalui jalan lahir namun terkadang menjadi masalah, apabila dalam
perjalanannya muncul perubahan dengan proses patologis yang menyebabkan kehamilan
menjadi terganggu dan beresiko. (Prawirohardjo, 2014)
Kematian
ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin atau 42 hari
setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung terhadap persalinan. World Health
Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya
akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh
kematian ibu terjadi di Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal
merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan. (WHO, 2014)
Menurut definisi
World Health Organization (WHO)
kematian ibu diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian neonatus turun 47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000
kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Dari hasil
survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan angka
fertilitas total (Total Fertility Rate
atau TFR) sebesar 2,4 anak yang berarti wanita diindonesia rata-rata melahirkan
2,4 anak selama masa reproduksinya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat tahun 2016 jumlah kematian ibu adalah 780 kasus. Penyebab kematian
ibu tertinggi akibat hipertensi dalam kehamilan (31%). Kematian bayi sebanyak
3.810 kasus, penyebab kematian bayi dijawa barat yaitu bayi berat lahir rendah
(BBLR) (31%), asfiksia (23%) dan lahir cacat bawaan. (Dinas Kesehatan Jawa
Barat, 2016)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu tahun 2016 kematian
ibu yang dilaporkan sebanyak 60 kasus kematian ibu. Dari jumlah kematian ibu
tersebut 16 kasus diantaranya terjadi saat hamil, 14 kasus saat persalinan dan
30 kasus setelh melahirkan atau dalam masa nifas. Rata-rata, sejumlah kasus
tersebut terjadi pada persalinan pertama, rentang usia sebagian besar kematian
ibu yaitu <20 tahun sebanyak 6 kasus, pada usia lebih 20-34 tahun sebanyak 3
kasus dan pada usia >35 tahun sebanyak 5 kasus. (Dinas Kesehatan Kabupaten
Indramayu, 2016).
Berdasarkan data dari Puskesmas
Sliyeg Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu di tahun 2017, didapatkan data
jumlah kejadian kematian ibu sebanyak 1 orang yang disebabkan oleh eklampsia,
dan kematian bayi sebanyak 11 bayi yang disebabkan oleh Asfiksia 4 kasus,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1 kasus,
Ikterus 1 Kasus, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 3 kasus, Letak muka 1
kasus, dan kelainan kongenital 1 kasus. (Puskesmas Sliyeg, 2017
Berdasarkan dari uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk menyusun
studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. C usia 33 tahun G3P2A0 wilayah kerja Puskesmas Sliyeg Tahun 2018”.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. C usia 33 tahun G3P2A0 wilayah kerja Puskesmas Sliyeg Tahun 2018”?.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. C usia 33
tahun G3P2A0 di wilayah kerja di Puskesmas Sliyeg sesuai dengan standar Asuhan
Kebidanan serta mendokumentasikan dalam bentuk Laporan Tugas Akhir.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu
menginterpretasikan data untuk melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada
Ny. C usia 33 tahun G3P2A0, di wilayah
kerja Puskesmas Sliyeg dengan standar ANC.
b.
Mampu
melaksanakan asuhan persalinan pada pada Ny. C usia 33 tahun G3P2A0, di wilayah
kerja Puskesmas Sliyeg dengan standar APN.
c.
Mampu
melaksanakan asuhan masa nifas pada Ny. C usia 33 tahun G3P2A0, di wilayah
kerja Puskesmas Sliyeg dengan standar asuhan nifas.
d.
Mampu
melaksanakan asuhan BBL pada bayi Ny. C usia 33 tahun G3P2A0, di wilayah
kerja Puskesmas Sliyeg dengan standar BBL.
D. Ruang
Lingkup
Asuhan
kebidanan ini dilakukan untuk memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensifpada Ny. C usia 33 tahun G3P2A0, di wilayah kerja Puskesmas Sliyeg,
mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang dilakukan
dengan sesuai standar asuhan kebidanan yang dilaksanakan dimulai dari akhir
maret 2018hinggaakhir April 2018 di wilayah kerja Puskesmas Sliyeg Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.
E.
Manfaat Penulisan
1.
Teoritis
Dapat digunakan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan secara langsung dalam memberikan
asuhan yang komprehensif.
2.
Praktis
a.
Bagi
Instansi Pendidikan
Sebagai
metode penilaian bagi mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusunan
Laporan Tugas Akhir, mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif.
b.
Bagi Klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif
yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dari
hasil asuhan komprehensif yang penulis lakukan pada Ny. C dari tanggal 21 Maret 2018 sampai dengan tanggal 18 April 2018 dimulai dari umur kehamilan 35 minggu (masa hamil), persalinan dan
nifas sudah dilakukan sesuai 7 langkah varney dan sudah sesuai dengan tujuan
khsusus penulis, adapun didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Kehamilan
Kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahir bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Walyani, 2015 : 69)
Dari
hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. C
didapatkan bahwa Ny. C
berumur 33
tahun hamil yang ketiga
belum pernah keguguran pada saat hamil, Ny. C terakhir haid pada tanggal 16 juli 2017.
Usia kehamilan 35
minggu,
sehingga termasuk kehamilan preterm
(kurang
bulan).
Pemeriksaan
antenatal minimal dilakukan :
1.
Satu kali pada trimester pertama (0-12
minggu)
2.
Satu kali pada trimester kedua (13-27
minggu)
3.
Dua kali pada trimester ketiga (28-40
minggu)
Ibu
dinyatakan hamil oleh bidan setelah Ny. C
merasa telat haid 2 bulan.Setelah ibu tahu bahwa dirinya hamil, ibu rajin untuk
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas setempat. Pada kasus Ny. C kunjungan ANC dilakukan sebanyak 8 kali di Puskesmas dan di posyandu. Yaitu pada trimester pertama sebanyak 2 kali, pada trimester kedua sebanyak 3 kali dan pada trimester ketiga sebanyak 3
kali Pemeriksaan melebihi
standar minimal kunjungan antenatal.
Pelayanan/asuhan
standar minimal termasuk “10T” yaitu : Timbang Berat badan dan ukur Tinggi
Badan (T1), Ukur Tekanan Darah (T2), ukur tinggi fundus uteri (T3), Pemberian imunisasi (Tetanus
Toxsoid) TT lengkap (T4), pemberian Tablet tambah darah (Fe)
(T5), Tes laboratorium Hb dan
protein urine (T6), tes penyakit
menular seksual (T7), Nilai Status
Gizi (T8), Tata laksana Kasus (T9), Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan (konseling dan (T10)
Asuhan
kebidanan yang diberikan kepada Ny. C meliputi :
1.
Timbang Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan.
Penimbangan
berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin.Penambahan berat badan yang kurang dari 9
kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulanya menunjukan
adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi
badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
(kemenkes RI, 2012 : 8).
Asuhan kebidanan
yang dilakukan penulis pada Ny. C adalah menimbang berat badan yang hasilnya adalah selama
hamil meningkat 14 kg dari sebelum hamil (65 kg
menjadi 79 kg), sedangkan untuk tinggi badan Ny. C adalah 157 cm. Pada
kasus Ny.C kenaikan berat badan selama hamil 14 kg dapat dikategorikan
normal, dan tinggi badan Ny. C juga termasuk kedalam kategori normal
sehingga tidak ada resiko untuk terjadinya CPD, dari data yang
didapat tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
2.
Tekanan Darah
Pengukuran
tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklamsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah atau
proteinuria) (kemenkes RI, 2012 : 9). Asuhan
yang dilakukan penulis didapatkan hasil tekanan darah pada Ny. C pada
kunjungan ANC pertama 100/70 mmHg, hal tersebut dapat dikatakan masih dalam batasan
normal.
3.
Status Gizi
Pengukuran LILA hanya
dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester 1 untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK), disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) (kemenkes RI, 2012 : 9). Dari pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. C didapatkan hasil LILA adalah 31 cm, dan IMT Ny. C
adalah 32,11 (kategori Obesitas) sehingga
Ny. C tidak beresiko untuk melahirkan anak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan tidak mengalami KEK.
4.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap
kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai
atau tidak dengan umur kehamilan.Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan >22 minggu (kemenkes RI, 2012 : 9). Hasil
pengukuran tinggi fundus uteri terakhir pada Ny. C adalah 30 cm. Hal
tersebut masih normal karena tidak lebih dari 40 cm.
5.
Tentukan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung
Janin (DJJ)
Menentukan
presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester 1 dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160 kali/menit menunjukan adanya gawat janin (kemenkes RI, 2012 :
9). Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.C didapatkan bahwa bagian
teratas janin adalah bokong, bagian
sebelah kanan yaitu punggung janin, bagian sebelah kiri yaitu ekstremitas
janin, dan bagian terendah janin yaitu kepala, pada Ny. C tidak dilakukan pemeriksaan dalam karena tidak
ada indikasi. DJJ pada kunjungan kehamilan yang dilakukan pada Ny. C yaitu 138x/menit, hal tersebut masih ke dalam kategori normal.
6.
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi tetanus toksoid (TT) bila diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu
hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi T-nya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki
status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 (TT long
life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (kemenkes RI, 2012 : 9-10). Penulis
tidak melakukan/ memberikan imunisasi TT karena ibu sudah di imunisasi TT
sebanyak 2 kali. Pada tanggal 18-10-2017dan 22-11-2017.
Pada kasus
Ny.C penulis tidak melakukan pemberian imunisasi TT karena sudah mendapatkan imunisasi TT2, hal ini
sudah mengikuti prosedur yang ada dan dapat mencegah resiko bayi Ny.C terkena
penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
7.
Tablet zat besi (Fe)
Untuk
mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah
(tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang
diberikan sejak kontak pertama (kemenkes RI, 2012 : 10).
Hb normal
pada ibu hamil adalah lebih dari 11 gr %, jika Hb kurang dari 11 gr % adalah
gejala anemia. Apabila kekurangan Hb akan mengganggu tumbuh kembang janin,
dapat juga lahir dengan premature, IUGR (Intra Uterin Growth Retardation) serta
gangguan persalinan dan post partum. (Astuti,2012:79)
Pada Ny.
C didapati kadar HB berrnilai 11,8 gr%, pada saat tanggal 7 -03-2018 oleh bidan
pada saat melakukan pemeriksaan di KIA oleh karena itu penulis tidak melakukan pemeriksaan HB
kembali. Ny.C telah rutin mengkonsumsi
tablet zat besi, dengan kadar Hb yang normal dapat mencegah resiko perdarahan
pada pospartum. Maka hal ini sesuai dengan teori dan tidak
memiliki kesenjangan dengan teori.
8.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada
setiap ibu hamil yaitu golongan darah, haemoglobin darah,
protein urine, glukosa urine. Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal (kemenkes RI, 2012 : 10). Pada pemeriksaan protein urine dan glukosa urine Ny. C hasilnya adalah negatif,
tidak ada kesenjangan dengan teori.
9.
Temu wicara
Temu
wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : Kesehatan
ibu, Perilaku hidup bersih dan sehat, Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan, Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi, Asupan gizi seimbang, Gejala penyakit menular
dan tidak menular, Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di
daerah terkonsentrasi HIV/ibu hamil risiko tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI esklusif, Keluarga Berencana (KB) paska
persalinan, Imunisasi, Peningkatan kesehatan intelegensi pada kehamilan (brainbooster).(Kemenkes RI, 2012 :
12-13). Pada Ny. C penulis memberikan penjelasan ini secara bertahap pada saat
kunjungan ibu hamil.
10.
Tata Laksana Kasus
Berdasarkan
hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan (kemenkes RI, 2012 : 11).
Dari hasil asuhan pada Ny.C yang dilakukan oleh
penulis tidak ada keluhan yang mengarah
pada tanda bahaya.
Setelah
melakukan pemeriksaan dan pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. C, ditemukan adanya kekurangan dalam
pemeriksaan “10T” yaitu pemeriksaan T7
“tes penyakit menular seksual”, pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
tersebut karena tidak ada indikasi dan tidak dilakukan pemeriksaan tersebut dan
apabila ada tanda-tanda tersebut maka pasiennya kami rujuk ke puskesmas yang
tersedia fasilitas pelayanan tersebut.
B. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepalayang berlangsung selama 18 jam
produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progesif, sering
dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan
untuk melahirkan bayi. (Walyani, 2015)
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan,
bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia 37 minggu
hingga 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik. (Walyani, 2015)
Pada
saat usia kehamilan 37
minggu pukul 02.20 WIB, Ny. C datang ke PONED Sliyeg mengeluh mulas-mulas, telah
mengeluarkan lendir
bercampur darah dan belum
keluar air-air, menurut referensi tanda-tanda
awal persalinan adalah mulas-mulas yang datang lebih kuat dan teratur,
diikuti dengan keluarnya lendir
bercampur darah yang menandakan bahwa jalan lahir telah mulai membuka. Kemudian
bidan melakukan pemeriksaan didapati hasilnya Ny. C adalah :
1.
Kala
I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm
(pembukaan lengkap).(sulistyawati, 2010 : 7)
Pada
Ny. C dilakukan
pengkajian kala I fase aktif karena saat Ny. C datang dilakukan pemeriksaan ternyata
pembukaan sudah 4 cm,Fase aktif yaitu serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm)
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih), terjadi penurunan bagian terbawah
janin kala I pada primigravida 10-12 jam dan multigravida 6-8 jam (Rohani,
2014)
Dalam
kala I penulis melakukan asuhan kebidanan antara lain dengan memberikan dukungan moral
dan emosional, mengajarkan teknik relaksasi, menganjurkan pada ibu untuk makan
dan minum, menganjurkan untuk tidak menahan BAB dan BAK. Memberi posisi yang
nyaman yaitu miring kiri/kanan dan mengajarkan ibu untuk relaksasi.
2.
Kala
II
Kala
II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung sampai 2 jam
dan multipara 1 jam (Rohani, 2014)
Pada
pukul 04.35 WIB dilakukan pemeriksaan untuk
memantau kemajuan persalinan dan didapatkan hasil bahwa persalinan Ny. C normal. Ibu mengatakan bahwa ia ingin
meneran, dan terdapat tanda gejala kala II yaitu : ada dorongan meneran,
tekanan anus, perineum menonjol, dan vulva membuka, kala II berlangsung selama 35 menit dari pembukaan lengkap, memimpin
persalinan sampai lahirnya bayi, jam 05.05
WIB bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif,
jenis kelamin perempuan, Berat Badan 4200 gram Panjang badan 52 cm
Dalam
kala II penulis tidak menemukan adanya kesenjangan pada kasus Ny. C selama pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi sesuai dengan standar asuhan dan tindakan yang dilakukan.
3.
Kala
III
Kala
III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban, seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir (Rohani, 2013)
Manajemen
aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
Yang
pertama pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
kemudian melakukan penegangan tali pusat terkendali dan memantau tanda-tanda
pelepasan plasenta, setelah itu melakukan massase
fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15 detik
Setelah
bayi lahir, maka manajemen aktif kala III segera dilakukan pemberian suntik oksitosin 10 unit IM pada
1/3 kanan atas bagian luar, kemudian dilakukan penegangan tali pusat terkendali
pada jam 05.05
WIB plasenta lahir spontan lengkap, berlangsung selama 7 menit 05.12 WIB.
Dalam
kala III penulis tidak menemukan adanya kesenjangan pada kasus Ny. C dari mulai
plasenta lahir sampai dilakukan manajemen aktif kala III sesuai standar asuhan
dan tindakan yang dilakukan.
4.
Kala
IV
Kala
IV dimulai setelah lahir plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut,
(Rohani, 2013)
Pemantauan
keadaan umum ibu (selama dua jam pertama pasca persalinan) yaitu memantau
tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar,
kontraksi uterus, temperatur
tubuh dan perdarahan, pada setiap 15 menit 1 jam pertama dan setiap 30 menit
selama 1 jam kedua kala IV, kecuali temperatur tubuh setiap 1 jam sekali.
Setelah
proses persalinan selesai maka penulis memantau kondisi Ny. C selama 2 jam, 1 jam pertama setiap 15
menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit dan selama 2 jam tersebut melakukan
pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan, menilai kontraksi, kandung kemih, dan
TFU. Dari hasil tersebut keadaan ibu baik, tanda-tanda vital normal, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong, TFU 2
jari dibawah pusat dan pengeluaran darah normal.
Secara
keseluruhan hasil pemeriksaan Ny. C
berlangsung normal tanpa ada penyulit dan hasil pengkajian sudah sesuai dengan
tinjauan kasus
C. Nifas
Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa Latin
yaitu dari kata “puer” yang artinya
bayi dan “parous” yang berarti
melahirkan.Definisi masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi
pascapersalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi
sebelum hamil.Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda
berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti
keadaan sebelum hamil.Sebagai acuan, rentang masa nifas berdasarkan penanda
tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari.(Astuti, 2015).
Penyebab kematian ibu karena perdarahan, kehilangan
darah pasca persalinan seringkali diperhatikan secara lebih rendah dengan
perbedaan 30-50%.Kehilangan darah ibu karena setelah persalinan pervaginam
rata-rata 500 ml, dengan 5% ibu mengalami perdarahan > 1000 ml. perdarahan
post partum dini adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dalam 2 jam
pertama persalinan. Dan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam persalinan, kurang dari 6
minggu persalinan.
Tujuan kunjungan 2 sampai 6 jam nifas adalah
mencegah perdarahan memberi konseling kepada ibu dan keluarga tentang bagaimana
cara mencegah perdarahan dengan cara
melakukan massase, pemberian ASI awal, memfasilitasi ibu melakukan hubungan
dengan bayi, menganjurkan untuk tidak menahan BAB, istirahat yang cukup dan
personal hygiene.
Setelah melakukan pemeriksaan,
dan pemberian asuhan kebidanan pada Ny. C 2 jam setelah
nifas perdarahannya normal, tidak ada tanda-tanda perdarahan dan sudah
melakukan posisi sesuai yang dianjurkan oleh bidan, yaitu miring kanan dan
miring kiri Ny. C melakukan massase sampai uterus teraba keras, tujuannya untuk mencegah
perdarahan, dan memberitahukan kepada ibu jika terjadi
sesuatu atau masalah dengan ibu atau bayinya harap segera hubungi bidannya atau
datang ke tempat praktek bidannya.
Melakukan pemeriksaan pada Ny. C 2 hari sampai 6 hari tidak ada tanda-tanda infeksi
pada vagina dan mengajarkan breastcare.
Ditemukan adanya kekurangan dalam pemeriksaan yaitu penulis tidak melakukan
asuhan sampai 6 minggu dan sasaran dalam masa nifas pada 6 minggu tersebut
adalah berKB dikarena penulis sudah pulang dalam menyelesaikan praktik
dipuskesmas Sliyeg Indramayu, akan tetapi
pada saat kunjungan nifas 2 minggu penulis sudah memberikan konseling tentang
KB sehingga tidak mengurangi asuhan yang diberikan oleh penulis dan sudah menyarankan
pasien ke bidan atau puskesmas untuk memakai KB kembali.
Secara keseluruhan masa nifas pasien Ny. C berlangsung normal tanpa adanya penyulit dan tidak
ada kesenjangan antara teori dengan Praktik sehingga sudah sesuai dengan tujuan
khusus
D. Bayi Baru lahir
Pada
Bayi Ny. C
asuhan yang dilakukan segera setelah bayi lahir adalah mengeringkan bayi,
memotong tali pusat, menjaga kehangatan bayi
kemudian melakukan
inisiasi menyusu dini ibu dengan bayinya selama 1 jam dengan cara kontak kulit
dengan kulit dan tubuh bayi ditutupin dengan kain yang kering dan bersih dan
bayi dipakaikan penutup kepala agar tidak terjadi hipotermi.
Bayi
Ny. C diberikan salep
mata tetracycline 1 % dan diberikan
vitamin KI
1 mg IM di 1/3 paha kiri bagian luar. Kemuadian melakukan penimbang bayi,
mengukur panjang bayi, mengukur lingkar dada dan lingkar kepala bayi, Hasil
dari asuhan 1 jam bayi baru lahir adalah Berat Badan 4200 gram Panjang badan 52 cm.
Pada
2 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan adalah memberikan imunisasi HB0
0,5 ml IM pada 1/3 atas paha kanan bagian luar, menjaga kehangatan bayi
dan informasi tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Pada
6 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan bayi,
informasi tentang manfaat colostrum dan
pemberian ASI, informasi tentang perawatan tali pusat dan informasi personal hygiene. Hasil asuhan 6 jam bayi baru
lahir adalah keadaan bayi baik, tidak ditemukan tanda-tanda bahaya, bayi
terbungkus kain bersih, kering dan ibu mau menyusuinya.
Asuhan
2 hari bayi baru lahir yang diberikan pada bayi Ny. C adalah keadaan bayi normal, bayi
menyusu kuat, bayi dalam keadaan bersih dan hangat .hasil asuhan 6 hari bayi
baru lahir adalah keadaan bayi baik, bayi aktif dan tali pusat sudah lepas.
Hasil asuhan 2 minggu bayi baru lahir adalah keadaan bayi baik, bayi menyusu
kuat dan berat badan bertambah. Penyebab
berat badan naik pada bayi baru lahir terus menerus itu dikarenakan menyusui
dengan cara yang benar bisa membantu bayi mendapatkan kenaikan berat badan
setelah dilahirkan, jaga kualitas ASI, gunakan bedong bayi untuk membantu bayi
merasa lebih nyaman.
Dari
hasil uraian diatas penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktik. Secara keseluruhan asuhan bayi baru lahir Ny. C berlangsung normal tanpa ada penyulit
dan sudah sesuai dengan tujuan khusus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah Penulis melakukan pengkajian,
pengumpulan data dan asuhan kebidanan pada Ny. C dari masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir di Puskesmas Sliyeg telah melakukan
pendokumentasian atas semua asuhan yang diberikan melalui penyusunan studi
kasus ini. Penulis dapat menyimpulkan dengan hasil asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. C di puskesmas Sliyeg tahun 2018 yaitu sebagai berikut :
1.
Asuhan kehamilan pada
Ny. C yang diberikan selama masa kehamilan sudah sesuai dengan standar
pelayanan ANC
2.
Asuhan persalinan pada
Ny. C diberikan sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal
3.
Asuhan nifas pada Ny. C
berjalan dengan baik tanpa ada komplikasi
4.
Asuhan BBL pada By. Ny.
C sudah sesuai dengan standar asuhan BBL
B.
Saran
1.
Institusi
Pendidikan
Institusi
pendidikan diharapkan dapat terus memberikan dorongan dan perbaikan pada
mahasiswa dalam memberikan bimbingan baik secara teori maupun praktik agar
mahasiswa dapat meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
2.
Pasien
dan Keluarga
Diharapkan
Ny. C dan keluarga dapat mengenali serta mengerti keadaan normal maupun tanda
bahaya yang dapat terjadi selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir. Serta keluarga dapat mendukung kondisi pasien dalam masa tersebut
agar proses tersebut dapat dilalui secara normal.
Post a Comment